Siapa sangka waktu bersih-bersih semua barangnya hanya memakan waktu sehari saja. Shushu kini berada di sebuah komplek bangunan apartemen elit yang terletak di Pusat Kota B. Dia mengawasi langsung para pekerja jasa pindahan bersama Ibu Yanyan di sampingnya.“Ini tempat yang mahal sekali, Nak,” bisik Ibu Yanyan untuk kelima kalinya. Shushu hanya bisa tertawa kecil untuk menanggapinya.Keduanya tengah berada di lobi lantai satu, dan duduk di sofa setelah berkeliling di taman. Sedangkan Paman Zinbei aktif membantu para pekerja jasa itu. Dia takut mereka menjatuhkan barang-barang Shushu. Sangat tidak nyaman diawasi seperti itu, Shushu menyadarinya. Namun dia sudah memberi pesan sebelum menyewa jasa mereka, kemungkinan sikap Paman Zinbei yang seperti ini. Jadi Shushu meminta untuk dimaklumi dan akan memberikan tip tambahan.Oleh sebab itu, mereka tidak terlalu peduli dengan sikap Paman Zinbei yang sebenarnya cukup mengesalkan. Bagaimanapun pria tua itu bersuara keras dan memerintah para pe
“Dimana Kakak?” tanya Lin Yi pada ibunya yang sedang mencuci piring bersama tante-tante yang lainnya.“Tadi, sama Yenni di halaman belakang,” jawab Lili—Nyonya Huang. Adapun Yenni yang dimaksud ialah Penyidik Huang. Jadi, ketika Lin Yi mendengarnya, dia langsung mengurungkan niat untuk bertanya lebih dalam soal sosok wanita yang disukai kakaknya ituDi belakang sana, hanya ada Penyidik Huang dan Juanxi yang mengobrol di bawah gajebo dekat kolam buatan. Lampu kuning di taman itu tidak terlalu terang dan membuat suasana keduanya sangat serius. Sehingga tidak ada yang berani mendekatinya. Di lihat dari jauh, ekspresi keduanya sangat serius, dan sudah pasti itu berkaitan dengan kasus.Juanxi membeberkan fakta Shushu mencari bukti untuk ketidakterlibatannya dengan situs judi online itu. Apalagi caranya yang begitu nekad. Juanxi masih belum tahu apa hubungan Binbin Club dengan kasus judi itu. Namu
Juanxi dan adiknya dibawa paksa menjadi tamu Shushu oleh Ibu Yanyan dan Paman Zinbei. Mereka bertiga di sana telah memasak hidangan makan siang terlalu banyak. Juanxi menolak. Namun adiknya yang penasaran dengan cepat menerima ajakan untuk bertamu di rumah tetangga kakanya itu.Shushu dan Juanxi saling bertatap-tatapan saat melihat Dongxi masuk ke tempat Shushu. Paman Zinbei dengan cepat mengobrol bersama Dongxi seperti keduanya teman yang sudah mengenal satu sama lain sejak lama. Padahal keduanya memiliki selisih umur yang rentang tahunnya terlalu jauh.“Jadi Paman Zinbei, ayahnya Ka Shushu ya?” tanya Dongxi yang langsung memulai sesi interograsinya.“Dongxi!” Pekik Juanxi yang mencoba mengingatkan adiknya.Paman Zinbei tertawa dan menggibaskan tangannya tanda tak mempermasalahkan hal tersebut. Dia menatap wajah Shushu yang datar seperti biasa. Itu tanda tidak ada masalah. &l
“Terima kasih banyak Kakak Ipar! Ibu Yanyan, dan Paman Zinbei,” ucap Dongxi untuk kesekian kalinya sebelum menutup pintunya.“Kakak-beradik itu sangat sopan ya,” bisik Ibu Yanyan pada Shushu. Dia menyetujui Juanxi untuk meminang putri angkatnya ini. Walaupun belum pernah diangkat secara langsung. Namun mereka sudah menganggap Shushu sebagai anak mereka.“Hum. Benar. Kalian harus lebih banyak mengobrol semenjak rumah kalian berdekatan,” ucap Paman Zinbei juga. Sebenarnya dia merasa sedih haru melepas Shushu sejauh ini. Namun mereka sudah mendapatkan izin dari Shushu untuk berkunjung kemari jika kangen. Itu tandanya hubungan mereka tidak akan terputus.Shushu dan kedua orang tua asuhnya itu mengobrol lebih lama lagi sampai sore. Kemudian mereka berdua memilih untuk kembali ke rumahnya. Hal ini membuat Shushu teringat ia belum tahu kapan orang Juanxi akan pindah di dekat mereka berdua. Di
“Ah, maaf,” ucap Shushu dengan segan. Dia terlihat canggung menyimpan ponselnya ke kantong celananya. Baru beberapa menit dia mengantar pergi Paman Zinbei dan Ibu Yanyan naik taxi online. Pasti mereka juga tidak nyaman untuk membuka ponsel di dalam mobil.Shushu melirik ke arah beberapa kursi di taman tersebut. Lalu mengisyaratkan Juanxi untuk mengikutinya. Keduanya langsung duduk bersebelahan ketika sampai di sana. Kemudian sama-sama diam sehingga membuat suasananya sedikit canggung.Di kepala Juanxi sekarang ini, dia benar-benar heran dengan Shushu yang mengabaikannya. Tubuhnya sebesar ini, dan auranya cukup sering membuat orang sekitarnya tak nyaman. Namun dia malah asik chatan dengan orang lain. Sedangkan di kepala Shushu saat ini tidak memikirkan apapun. Dia hanya diam menatap lingkungan sekitarnya.“Kau?” ucap Juanxi sebagai pembuka. Dia menatap Shushu di sebelah kanannya untuk memastikan wanita itu ada di sana. Kemudian Shushu tetap tenang melihat sekitarnya. Juanxi kembli meng
Juanxi melihat Shushu masuk ke dalam apartemennya lebih dahulu. Sedangkan dirinya masih terpaku diam sesaat di depan pintunya. “Bahkan dia tak terlihat kecewa akan berpisah secepat ini?” gumamnya.Juanxi pernah bertemu wanita yang menggunakan trik tidak peduli untuk menarik perhatiannya. Ada banyak yang menggunakan cara itu. Namun untuk kasus Shushu, dia memang tidak peduli. Juanxi yakin sekali itu semua bukan sandiwara. Jika memang demikian, Juanxi akan berusaha bagaimanapun agar Shushu mendapatkan penghargaan Oscar.Juanxi yang bingung harus ngapain di dalam rumah memutuskan untuk olahraga di gym umum apartemen ini. Walaupun dia juga punya set beberapa alat peraga di dalam tempat huniannya itu. Ia merasa perlu menyegarkan pikirannya.Sedangkan Shushu di dalam rumahnya asik membaca buku yang sudah pernah ia baca puluhan kali. Dia menyukai cerita petualangan Doroty dan tiga temannya yang unik. Benar, Th
Juanxi membantu Shushu untuk bisa berdiri perlahan. Sebab perbedaan tinggi tubuh yang jauh, pinggang Juanxi mulai merasa pegal dan tak nyaman. Ia berniat menggedong wanita itu langsung. Namun Shushu terus kesakitan bila dipaksa angkat. “Sebenarnya sudah berapa lama kau di sini?” tanya Juanxi yang pasrah dengan keadaannya yang harus memapah Shushu berjalan sendiri perlahan. Sungguh seluruh alam semesta tahu betapa pegal pinggangnya, dan beberapa area lainnya yang tak nyaman. Otaknya terus berkomentar, kenapa wanita merepotkan ini punya langkah yang kecil? “Ini jam berapa?” tanya Shushu balik. Juanxi yang mendengar itu hanya bisa menghembuskan nafas panjang lagi. Berjalan masuk ke rumah saja memakan waktu 15 menit lamanya. Dia melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. “Jam setengah 10 malam,” jawabnya. “Berarti dua jam lebih,” jawab Shushu. “Kau.. serius?” tanya Juanx
Juanxi tertawa heran setelah mendengar Shushu mengatakan untuk kedua kalinya bahwa ia mempercayai dirinya. Dia tertawa bukan hanya karena jawaban tersebut. Namun juga untuk menenangkan dirinya yang menjadi gugup setelah ditanya.Dia melihat Shushu diam saja menatapnya. “Karena aku akan menjadi suamimu. Jadi rupanya kau sedang berlatih menjadi istri begitu?” tanya Juanxi. Bagaimanapun setelah diingat-ingat respon yang diberikan Shushu tidak wajar.“Um.” Jawab Shushu sembari mengangguka kepalanya.“Kalau begitu tidur di sini malam ini,” tegas Juanxi. Dia ingin melihat seberapa jauh Shushu akan memberikan respon normal seperti orang-orang pada umumnya.“Tidur di ruang tengah?” tanyanya.“Ha?” kaget Juanxi untuk kesekian kalinya.“Sofanya empuk jadi tak masalah,” ucap Shushu lagi dan hendak b