Juanxi dan adiknya dibawa paksa menjadi tamu Shushu oleh Ibu Yanyan dan Paman Zinbei. Mereka bertiga di sana telah memasak hidangan makan siang terlalu banyak. Juanxi menolak. Namun adiknya yang penasaran dengan cepat menerima ajakan untuk bertamu di rumah tetangga kakanya itu.
Shushu dan Juanxi saling bertatap-tatapan saat melihat Dongxi masuk ke tempat Shushu. Paman Zinbei dengan cepat mengobrol bersama Dongxi seperti keduanya teman yang sudah mengenal satu sama lain sejak lama. Padahal keduanya memiliki selisih umur yang rentang tahunnya terlalu jauh.
“Jadi Paman Zinbei, ayahnya Ka Shushu ya?” tanya Dongxi yang langsung memulai sesi interograsinya.
“Dongxi!” Pekik Juanxi yang mencoba mengingatkan adiknya.
Paman Zinbei tertawa dan menggibaskan tangannya tanda tak mempermasalahkan hal tersebut. Dia menatap wajah Shushu yang datar seperti biasa. Itu tanda tidak ada masalah. &l
“Terima kasih banyak Kakak Ipar! Ibu Yanyan, dan Paman Zinbei,” ucap Dongxi untuk kesekian kalinya sebelum menutup pintunya.“Kakak-beradik itu sangat sopan ya,” bisik Ibu Yanyan pada Shushu. Dia menyetujui Juanxi untuk meminang putri angkatnya ini. Walaupun belum pernah diangkat secara langsung. Namun mereka sudah menganggap Shushu sebagai anak mereka.“Hum. Benar. Kalian harus lebih banyak mengobrol semenjak rumah kalian berdekatan,” ucap Paman Zinbei juga. Sebenarnya dia merasa sedih haru melepas Shushu sejauh ini. Namun mereka sudah mendapatkan izin dari Shushu untuk berkunjung kemari jika kangen. Itu tandanya hubungan mereka tidak akan terputus.Shushu dan kedua orang tua asuhnya itu mengobrol lebih lama lagi sampai sore. Kemudian mereka berdua memilih untuk kembali ke rumahnya. Hal ini membuat Shushu teringat ia belum tahu kapan orang Juanxi akan pindah di dekat mereka berdua. Di
“Ah, maaf,” ucap Shushu dengan segan. Dia terlihat canggung menyimpan ponselnya ke kantong celananya. Baru beberapa menit dia mengantar pergi Paman Zinbei dan Ibu Yanyan naik taxi online. Pasti mereka juga tidak nyaman untuk membuka ponsel di dalam mobil.Shushu melirik ke arah beberapa kursi di taman tersebut. Lalu mengisyaratkan Juanxi untuk mengikutinya. Keduanya langsung duduk bersebelahan ketika sampai di sana. Kemudian sama-sama diam sehingga membuat suasananya sedikit canggung.Di kepala Juanxi sekarang ini, dia benar-benar heran dengan Shushu yang mengabaikannya. Tubuhnya sebesar ini, dan auranya cukup sering membuat orang sekitarnya tak nyaman. Namun dia malah asik chatan dengan orang lain. Sedangkan di kepala Shushu saat ini tidak memikirkan apapun. Dia hanya diam menatap lingkungan sekitarnya.“Kau?” ucap Juanxi sebagai pembuka. Dia menatap Shushu di sebelah kanannya untuk memastikan wanita itu ada di sana. Kemudian Shushu tetap tenang melihat sekitarnya. Juanxi kembli meng
Juanxi melihat Shushu masuk ke dalam apartemennya lebih dahulu. Sedangkan dirinya masih terpaku diam sesaat di depan pintunya. “Bahkan dia tak terlihat kecewa akan berpisah secepat ini?” gumamnya.Juanxi pernah bertemu wanita yang menggunakan trik tidak peduli untuk menarik perhatiannya. Ada banyak yang menggunakan cara itu. Namun untuk kasus Shushu, dia memang tidak peduli. Juanxi yakin sekali itu semua bukan sandiwara. Jika memang demikian, Juanxi akan berusaha bagaimanapun agar Shushu mendapatkan penghargaan Oscar.Juanxi yang bingung harus ngapain di dalam rumah memutuskan untuk olahraga di gym umum apartemen ini. Walaupun dia juga punya set beberapa alat peraga di dalam tempat huniannya itu. Ia merasa perlu menyegarkan pikirannya.Sedangkan Shushu di dalam rumahnya asik membaca buku yang sudah pernah ia baca puluhan kali. Dia menyukai cerita petualangan Doroty dan tiga temannya yang unik. Benar, Th
Juanxi membantu Shushu untuk bisa berdiri perlahan. Sebab perbedaan tinggi tubuh yang jauh, pinggang Juanxi mulai merasa pegal dan tak nyaman. Ia berniat menggedong wanita itu langsung. Namun Shushu terus kesakitan bila dipaksa angkat. “Sebenarnya sudah berapa lama kau di sini?” tanya Juanxi yang pasrah dengan keadaannya yang harus memapah Shushu berjalan sendiri perlahan. Sungguh seluruh alam semesta tahu betapa pegal pinggangnya, dan beberapa area lainnya yang tak nyaman. Otaknya terus berkomentar, kenapa wanita merepotkan ini punya langkah yang kecil? “Ini jam berapa?” tanya Shushu balik. Juanxi yang mendengar itu hanya bisa menghembuskan nafas panjang lagi. Berjalan masuk ke rumah saja memakan waktu 15 menit lamanya. Dia melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. “Jam setengah 10 malam,” jawabnya. “Berarti dua jam lebih,” jawab Shushu. “Kau.. serius?” tanya Juanx
Juanxi tertawa heran setelah mendengar Shushu mengatakan untuk kedua kalinya bahwa ia mempercayai dirinya. Dia tertawa bukan hanya karena jawaban tersebut. Namun juga untuk menenangkan dirinya yang menjadi gugup setelah ditanya.Dia melihat Shushu diam saja menatapnya. “Karena aku akan menjadi suamimu. Jadi rupanya kau sedang berlatih menjadi istri begitu?” tanya Juanxi. Bagaimanapun setelah diingat-ingat respon yang diberikan Shushu tidak wajar.“Um.” Jawab Shushu sembari mengangguka kepalanya.“Kalau begitu tidur di sini malam ini,” tegas Juanxi. Dia ingin melihat seberapa jauh Shushu akan memberikan respon normal seperti orang-orang pada umumnya.“Tidur di ruang tengah?” tanyanya.“Ha?” kaget Juanxi untuk kesekian kalinya.“Sofanya empuk jadi tak masalah,” ucap Shushu lagi dan hendak b
Juanxi bisa melihat tonjolan yang semakin meninggi diantara kedua kakinya tersebut. Sebab sesuatu di dalam sana masih terbalut dua lapis kain celananya, Juanxi merasa sesak dan berniat untuk menyelesaikan masalah ini.Ia bangkit dari posisi tidurnya dan duduk di atas kasur. Ketika ia ingin beranjak dari sana, dirinya baru sadar tangannya digenggam Shushu cukup erat. Namun itu tidak terlalu kuat seperti ketika ia mabuk dahulu. Hanya saja Juanxi tak ingin melepaskannya juga. Padahal jika ia menarik paksa tangannya dia akan terbebas.Dia menatap Shushu yang sudah terlelap tanpa ada beban dan kewaspadaan. Dia menatap mata yang tertutup itu. Juanxi merasa dirinya sangat mesum sebab terbayang ketika Shuhsu masih sadar dan menatap dirinya dengan wajah memerah, sembari mengusap dadanya. Dia tidak sadar tangannya yang lain kini menyentuh putingnya sendiri. Dia terbuai dalam lamunan. “Haaa.. ah,” desahnya.Dia sudah tidak pikir panjang lagi, dia mengenggam erat tangan Shushu. Sedangkan tanganny
Shushu terbangun menatap wajah Juanxi yang terlelap begitu tenangnya. Dia tampan. Hanya itu yang bisa diakui Shushu. Dia merasa malu ketika mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Shushu tidak terlalu ingat apa yang menyebabkannya sesak nafas di depan pintu rumah Juanxi. Dia merasa bingung, kenapa ingatannya terhapus?Hanya saja ia tak bisa melamun terlalu lama. Dia tak tahu ini jam berapa, yang ia tahu ini hari kerja. Dia melihat ke arah jam digital yang mengantung di dinding. Sudah pukul setengah enam pagi.Masa tidur Shushu itu tidak teratur. Terkadang ia bangun tengah malam, pagi buta, siang hari, atau sore hari. Pokoknya ia akan terbangun secara otomatis ketika tubuhnya sudah merasa cukup tidur. Sedari awal juga waktu ia terlelap tidak selalu melulu di malam hari. Tergantung kapan dirinya selesai dengan pekerjaannya.Sekarang ia tak bisa kembali tidur. Jadi ia memutuskan untuk memasak sarapan. Dia tidak tahu, apak
Setelah Juanxi mengganti pakaiannya dengan terburu-buru, ia keluar dari kamar dan melihat Shushu masih betah duduk di sofanya sembari menggambar dengan kertas yang ia temukan. Juanxi menduga kertas dan pensil itu diambil Shushu dekat printer di ruang tengah. Biasanya Juanxi melakukan pekerjaan yang terburu-buru di meja panjang itu.“Apa kau akan pergi kerja?” tanyanya menghentikan kegiatannya. Juanxi terkejut dirinya tidak diabaikan kehadirannya kali ini. “Ya,” jawabnya.“Kapan menikahnya?” tanya Shushu lagi.“Ah, benar, hari ini?” tanya Juanxi lagi dengan ragu-ragu.“Kau terlihat akan sibuk hari ini?” ungkap Shushu dengan ragu-ragu juga.“Sebenarnya tidak terlalu. Namun aku sudah membuat janji,” ungkapnya lagi. Juanxi melihat Shushu diam saja tak merespon dan menatapnya dengan begitu tenang. Sehingga membuatnya tak nyaman, “Bagaimana kalau kau ikut denganku? Ini berkaitan dengan kasusmu,” ucapnya lagi.“Oke,” jawab Shushu. Kemudian ia melenggang pergi keluar lebih dahulu. Tentunya un