Juanxi tertawa heran setelah mendengar Shushu mengatakan untuk kedua kalinya bahwa ia mempercayai dirinya. Dia tertawa bukan hanya karena jawaban tersebut. Namun juga untuk menenangkan dirinya yang menjadi gugup setelah ditanya.
Dia melihat Shushu diam saja menatapnya. “Karena aku akan menjadi suamimu. Jadi rupanya kau sedang berlatih menjadi istri begitu?” tanya Juanxi. Bagaimanapun setelah diingat-ingat respon yang diberikan Shushu tidak wajar.
“Um.” Jawab Shushu sembari mengangguka kepalanya.
“Kalau begitu tidur di sini malam ini,” tegas Juanxi. Dia ingin melihat seberapa jauh Shushu akan memberikan respon normal seperti orang-orang pada umumnya.
“Tidur di ruang tengah?” tanyanya.
“Ha?” kaget Juanxi untuk kesekian kalinya.
“Sofanya empuk jadi tak masalah,” ucap Shushu lagi dan hendak b
Juanxi bisa melihat tonjolan yang semakin meninggi diantara kedua kakinya tersebut. Sebab sesuatu di dalam sana masih terbalut dua lapis kain celananya, Juanxi merasa sesak dan berniat untuk menyelesaikan masalah ini.Ia bangkit dari posisi tidurnya dan duduk di atas kasur. Ketika ia ingin beranjak dari sana, dirinya baru sadar tangannya digenggam Shushu cukup erat. Namun itu tidak terlalu kuat seperti ketika ia mabuk dahulu. Hanya saja Juanxi tak ingin melepaskannya juga. Padahal jika ia menarik paksa tangannya dia akan terbebas.Dia menatap Shushu yang sudah terlelap tanpa ada beban dan kewaspadaan. Dia menatap mata yang tertutup itu. Juanxi merasa dirinya sangat mesum sebab terbayang ketika Shuhsu masih sadar dan menatap dirinya dengan wajah memerah, sembari mengusap dadanya. Dia tidak sadar tangannya yang lain kini menyentuh putingnya sendiri. Dia terbuai dalam lamunan. “Haaa.. ah,” desahnya.Dia sudah tidak pikir panjang lagi, dia mengenggam erat tangan Shushu. Sedangkan tanganny
Shushu terbangun menatap wajah Juanxi yang terlelap begitu tenangnya. Dia tampan. Hanya itu yang bisa diakui Shushu. Dia merasa malu ketika mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Shushu tidak terlalu ingat apa yang menyebabkannya sesak nafas di depan pintu rumah Juanxi. Dia merasa bingung, kenapa ingatannya terhapus?Hanya saja ia tak bisa melamun terlalu lama. Dia tak tahu ini jam berapa, yang ia tahu ini hari kerja. Dia melihat ke arah jam digital yang mengantung di dinding. Sudah pukul setengah enam pagi.Masa tidur Shushu itu tidak teratur. Terkadang ia bangun tengah malam, pagi buta, siang hari, atau sore hari. Pokoknya ia akan terbangun secara otomatis ketika tubuhnya sudah merasa cukup tidur. Sedari awal juga waktu ia terlelap tidak selalu melulu di malam hari. Tergantung kapan dirinya selesai dengan pekerjaannya.Sekarang ia tak bisa kembali tidur. Jadi ia memutuskan untuk memasak sarapan. Dia tidak tahu, apak
Setelah Juanxi mengganti pakaiannya dengan terburu-buru, ia keluar dari kamar dan melihat Shushu masih betah duduk di sofanya sembari menggambar dengan kertas yang ia temukan. Juanxi menduga kertas dan pensil itu diambil Shushu dekat printer di ruang tengah. Biasanya Juanxi melakukan pekerjaan yang terburu-buru di meja panjang itu.“Apa kau akan pergi kerja?” tanyanya menghentikan kegiatannya. Juanxi terkejut dirinya tidak diabaikan kehadirannya kali ini. “Ya,” jawabnya.“Kapan menikahnya?” tanya Shushu lagi.“Ah, benar, hari ini?” tanya Juanxi lagi dengan ragu-ragu.“Kau terlihat akan sibuk hari ini?” ungkap Shushu dengan ragu-ragu juga.“Sebenarnya tidak terlalu. Namun aku sudah membuat janji,” ungkapnya lagi. Juanxi melihat Shushu diam saja tak merespon dan menatapnya dengan begitu tenang. Sehingga membuatnya tak nyaman, “Bagaimana kalau kau ikut denganku? Ini berkaitan dengan kasusmu,” ucapnya lagi.“Oke,” jawab Shushu. Kemudian ia melenggang pergi keluar lebih dahulu. Tentunya un
Shushu baru pertama kali masuk ke ruang tamu tertutup di Kantor Polisi Kota B ini. Dia melihat-lihat sekelilingnya dengan cermat. Kesannya sederhana namun juga terlihat sedikit mewah dengan adanya karpet yang melapisi permukaan lantainya. Pasti para cleaning service-nya rajin menyedot debu setiap hari. Hanya itu yang dia pikirkan.Dinding di ruangan itu dihiasi dengan berbagai penghargaan dan foto wajah orang yang penting. Shushu tak mengenalnya, namun ia menyukai struktur wajah mereka yang unik. Itu membuatnya ingin menggambar mereka.Penyidik Huang mentap keponakannya dengan curiga. Lalu menatap Shuhsu yang sibuk melihat-lihat ruangan dengan tenang. Dia ingat betul semalam Juanxi bilang pertemuannya ini untuk membahas soal Shushu yang ke Binbin Club dan kecurigaannya bahwa Shushu mencoba mencari bukti dengan caranya. Tapi malah terjerumus masalah baru. Dia tak menyangka Juanxi akan membawa Shushu ke tempat ini juga.“Nona Shushu duduklah,” sapa Penyidik Huang dengan ramah.“Terima k
Sebenarnya Shushu merasa bingung kenapa dirinya harus berdiam diri di ruangan itu seorang diri setelah diminta untuk menjelaskan kejadian kenapa ia sampai menyelidiki soal bisnis.Shushu masih ingat wajah Penyidik Huang dan Juanxi saat mereka mendengar pemikirannya, “Setelah memesan bisnis permen pertama kali. Saya menyimpulkan maling rumah Ka Quo Xin yang punya permen, dia ada di binbin club. Jadi aku ke sana setiap hari untuk bertemu dengannya. Namun bertemu terduga pembuat permen. Jika aku berteman dengan pembuatnya mungkin aku bisa menemukan yang membobol rumah Ka Quo Xin. Jadi aku selidiki, tapi bisa jadi pembuat permen ada kaitannya dengan Zhou.co? Bukankah dasar perusahaan mereka farmasi?”Namun setelah mendengar penjelasan Shushu, mereka bedua diam saja. Lalu keduanya pergi meninggalkannya. Jadi Shushu penasaran apakah dirinya mengatakan sesuatu yang salah. “Memang benar sih, bisnis permen itu tak ada hubungannya de
“Tidak mungkin!” hardik Ding Pong yang masih tidak percaya. “Kau sudah menipu kami!” sambungnya.Dengan cepat Shushu melempar tasnya ke arah Ding Pong. “Heh. Padahal kau sendiri yang bilang gambaran di kertas itu bukan aku yang menggambar dan kau melihatku ke rumah turis asing itu. Apa kau lupa!” sanggah Shushu dengan cepat.“Kau kan bisa mengatakan yang sebenarnya!” kesal Ding Pong yang tak suka perilaku Shushu. Dia menaruh tas Shushu di sampingnya. “Bahkan aku mengeluarkan uang banyak untuk mengoleksinya juga. Dua yuan itu kekayaan anak SD tahu!” lanjutnya.“Kalian dikasih sangu dua yuan saja waktu kecil?” timpal Juanxi. Sebenarnya ia menimpali percakapan keduanya sebab tidak suka melihat pribadi Shushu yang berubah drastis.“Lagian tidak ada yang percaya waktu aku bilang begitu kok!” kesal Shushu yang mengabaikan J
Shushu terbiasa dilupakan dalam sebuah pertemuan atau diskusi. Jadi inilah sebabnya ia lebih suka berinteraksi melalui email saja.Posisi duduk dirinya bersebelahan dengan Juanxi yang berseberangan dengan Ding Pong. Pria dengan style ke Arab-Arab-an itu duduk seorang diri pada sofa yang cukup panjang. Sedangkan Penyidik Huang duduk di sofa utama di samping kiri Juanxi, dan sudah pasti di sisi kanan Ding Pong.Terlihat memang dia yang paling ujung dari ketiga yang asik berdiskusi. Dia diam dengan tenang mendengarkan mereka semua. Tidak bergerak sama sekali, hanya mengamati pergerakan Penyidik Huang, Juanxi, dan Ding Pong.“Ah, untuh hal tersebut masih belum pasti. Sebab saya akan jelaskan dengan tim devisi lain rencana ini. Jadi, jika memang akan berlaku seperti itu, saya akan mengabari Juanxi untuk mendampingi Nona Shushu melakukan press conference,“ ucap Penyidik Huang.“Baik
Shushu dan Juanxi berpisah setelah mereka mendaftarakan pernikahan mereka. Juanxi sempat menawarkan untuk mengantar Shushu pulang. Namun wanita itu menolak sebab ia ingin mampir ke toko buku terlebih dahulu.Kini Shushu sudah memeluk lima buku tentang keluarga, dua diantara lima itu judulnya ialah Harmonis Bersama Keluarga Besan, dan Cara Mencari Teman Dalam Keluarga Mertua. Sisanya kalian bisa menebak sendiri. Shushu benar-benas sudah bertekad menjalankan perannya sesuai yang diingin Pihak A, alias Huang Juanxi.Dia malu bila Juanxi melihat buku-buku itu. Ini pertama kalinya Shushu menjadi istri dan ia menyadari bahwa kemampuan sosialnya kurang. Jadi ia ingin belajar.Setelah membeli buku-buku tersebut, Shushu kembali ke hotel dimana dirinya pertama kali tidur bersama Juanxi. Tentunya untuk menanyakan apakah mereka melihat kalungnya yang hilang. Shushu ingin memberikan informasi itu kepada Penyidik Huang, dan Juanxi.
Setelah pemeriksaan singkat, Shushu menyadarinya dirinya mengalami gejala anemia dan tekanan darah rendah. Dokter meminta ners yang mendampinginya untuk memasukan Shushu sebagai daftar pasien agar bisa diberi beberapa obat untuk dikonsumsi.Pada akhirnya, ada dua pasien di dalam satu bangsal ini. Satu yang terlihat seperti akan mati kapan saja. Satu lagi yang berusaha meyakinkan semua orang dirinya tak sakit.Sebenarnya Shushu melakukan itu sebab dirinya takut disuntik dan diinfus. Dia terlihat ingin pergi dari tempat itu kapan saja. Namun Juanxi mengenggam erat pergelangan tangannya.Para perawat telah memasukan satu ranjang lagi ke ruangan rawat inap itu. Posisinya bersampingan dengan ranjang milik Juanxi.“Tidurlah dengan benar,” tegas Juanxi yang sudah mulai berbicara lancar.“Sa-sa-saya tak sakit kok,” jawab Shushu dengan formal dan tergagap. Dia terl
Tempat yang paling tak disukai Shushu terpaksa harus ia tempati selama empat hari lamanya. Sebab, kondisi suaminya yang baru ia nikahi belum seminggu itu terlihat sangat mengkhawatirkan. Suhu demamnya mencapai 40 derajat celcius.Selama dirinya di rumah sakit, bohong, jika Shushu juga tidak merasa sakit. Wajahnya pucat, makannya pun tidak karuan.Siapapun yang mengunjungi mengira Shushu sangat khawatir dengan suaminya yang terbaring tak sadarkan diri. Bahkan makan pun harus dipenuhi dengan cairan nutrisi melalui selang infus.Ada kalanya setiap Juanxi sadarkan diri untuk beberapa menit, Shushu akan membantu menyuapi air hangat atau sup hangat perlahan dengan sendok kecil. Sebab pria itu sendiri tak memiliki tenaga untuk mengangkat kepalanya.“Nak, kamu pulang saja dulu, tidak apa-apa,” tutur Sun Lili yang datang pagi sekali untuk membantu Shushu. Juanxi masih tak sadarkan diri. Namun suhu
“Kenapa kau tak cerita soal kebakaran itu padaku? Bukankah kita teman?” tanya Quo Xin. Dia benar-benar tidak tahu soal itu.Sejujurnya Quo Xin bisa menyelesaikan permasalahan dokumen yang rusak itu secepat mungkin. Hanya saja keadaannya dengan mantan mertua serta putrinya kala itu cukup rumit. Dia jarang punya waktu leluasa membuka laptopnya.Semua menjadi mudah ketika ia sudah memindahkan data putrinya di Kota B ini. Namun ini semua hanya alasan. Quo Xin merasa bersalah atas waktu yang terbuang secara cuma-cuma. Dia tak mengira masalah keterlibatan Shushu dengan situs judi online ini begitu berat. Bahkan pihak di sana berani mengancam dengan cara murahan seperti itu.“Walaupun begitu kau setuju begitu cepat untuk menikah,” ungkap Quo Xin. Kemudian ia meraih tangan Shushu dan menggenggamnya erat. “Batalkan saja kontraknya!”“Tidak bisa, kita sudah menikah. Lagipula keadaanya tidak sesimpel ini, Zhou.co itu mungkin saja tidak terlibat dengan judi online saja,” ucap Shushu. Dia menginga
Pukul enam pagi, seorang wanita paruh baya berjalan cepat menelusuri lorong rumah sakit yang panjang. Dia hanya menggunakan sandal, dan jaket untuk menutupi pakaian tidurnya. Bahkan helm pun masih bertengger setia di kepalanya.Ruang 278, tanpa ragu-ragu, dia langsung membukanya. Di dalam sana ada seorang wanita muda berdiri menganggukan kepala berulang kali atas penjelasan dokter yang bertugas.“Bagaimana?” tanya Quo Xin.“Baru saja dipindahkan dari UGD, dia demam sushu 40 derajat, sepertinya kelelahan bekerja,” tutur Shushu dengan wajah yang lelah.“Ibu juga harus istirahat yang baik untuk menjaga suami Anda. Wajah Ibu kurang baik,” ucap dokter pria itu lagi. Shushu hanya menganggukan kepalanya berulang kaliFokus Quo Xin bukan lagi cerita dibalik kenapa ia membutuhkan ambulans di pagi buta lagi. Namun, bagaimana bisa ia mendapatkan suami dalam waktu yang begitu cepat setelah ia tinggal beberapa bulan di kota lain?Setelah kepergian dokter dan perawat tersebut. Quo Xin hanya diam sa
Juanxi terus mengalami mimpi yang panjang, dan semua kejadian itu membuatnya merasa tak nyaman. Kepalanya terasa berat dan panas menerima semua informasi itu. Fakta bahwa kematian Shushu itu begitu menyedihkan membuatnya sangat terpukul.Tidak seharusnya Shushu mengalami itu semua. Dia bukan seperti apa yang digambarkan semua artikel tersebut. Wanita nakal, pemakai narkoba, penipu, dan lainnya.Hal yang membuatnya lebih terpukul ialah adegan dimana Paman Zinbei dan Ibu Yanyan datang ke kantornya untuk meminta tolong mencari kebenaran kematian Shushu.Kini Juanxi paham kenapa Shushu tadi menangis begitu lelah ketika ia tahu bahwa namanya bisa dibersihkan tidak terlibat situs judi online itu. Semua usaha Shushu menyelidiki kasusnya sendiri selama ini, agar tidak membuat dua orang tua itu sedih dan terpukul.Dalam kehidupan pertama itu, ia melihat wajah Paman Zinbei, dan Ibu Yanyan, lima kali lipat terlihat lebih tua dibandingkan kehidupannya sekarang. Mereka telah mendatangi berbagai ka
Juanxi menjadi kesal melihat ponsel milik Shushu yang terus berdering sedari tadi. Dia langsung mematikannya secara total. Lalu membawa tubuh Shushu yang tertidur karena lelah menangis ke kamarnya. Juanxi melihat keseluruhan interior ruangan yang sederhana, namun memiliki tiga pintu ruangan lainnya lagi. Dia penasaran untuk apa saja tiga ruangan di dalam kamarnya ini. Juanxi menerka salah satunya pasti toilet, dan ruang pakaian. Adapun sisanya ia tak begitu yakin. Juanxi menyadari beberapa hal dari mengenal Shushu dalam waktu yang sangat singkat ini. Dia terlalu mudah untuk percaya, namun tak ingin menaruh rasa percaya begitu dalam. Kontradiksi sekali bukan? Dua kata yang bisa dijelaskan ialah polos kebangetan. Kendati dikatakan polos, dia tahu dunia lebih baik. Apalagi soal pekerjaannya dan mengatur finansialnya. Hanya saja melihat ia menangis begitu lepas karena namanya bisa dibersihkan dari tuduhan sindikat judi online itu. Juanxi melihat sosok Shushu menjadi lebih kompleks lagi
Setelah Juanxi memakan hidangan makan malam, ia sepakat dengan satu hal penting dalam kisah cinta keduanya bahwa Juanxi lah yang pertama kali tertarik. Untungnya kesimpulan ini bisa ditarik setelah keduanya mengetahui kegemaran yang mirip dalam mengumpulkan pundi-pundi kekayaan.“Kau benar-benar yang merancang semua perhiasan itu?” tanya Juanxi masih tak percaya. Shushu hanya menganggukan kepalanya. “Aku tak menyangka kau designernya!” pekik Juanxi lagi dengan bersemangat.Tiga tahun yang lalu ia pernah dipaksa ikut adiknya, Lin Yi mengunjungi sebuah lelang perhiasan esklusif di Negara S. Tak pernah terbayang anting yang dibeli adiknya itu dengan harga 2 juta dollar. Itu sebuah karya duet antara desainer dan pengrajin yang berbeda. Anting itu termasuk salah satu barang termahal kelima yang terjual dalam lelang malam itu.“Aku masih tidak paham bagaimana kau bisa melakukan itu semua? Kebanyakan illustrator akan mengambil jalan sebagai komikus,” tanya Juanxi.“Seberapa baik kamu menggam
Shushu dan Juanxi diam di depan pintu lift yang sudah tertutup lama. Suasana yang heboh sebelumnya mendadak tenang.Juanxi sibuk dengan pikirannya, dia tak tahu harus memulai obrolan dengan membahas hal apa, ataukah basa-basi saja terlebih dahulu? Dia merasa canggung dengan keheningan ini. “Kau menangani mereka lebih baik dari dugaanku,” ujarnya.“Nenek Huang dan Ibu Lili orang yang baik, Paman Haifeng juga,” ungkap Shushu.Juanxi yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. “Panggil mereka Ibu dan Ayah saja mulai dari sekarang,” timpal Juanxi.“Aku memahami kekhawatiranmu. Namun, tidak. Ini batasanku ketika tidak ada mereka. Pernikahan ini hanya berlangsung sebentar. Apa kau sudah makan?” ujar Shushu sembari mengalihkan pembicaraan.“Aku belum makan malam,” jujur Juanxi tanpa pikir panjang.“Kalau begitu makan di tempatku saja,” balas Shushu. Kemudian ia berjalan lebih dahulu untuk membuka pintu apartemennya, lalu membuka pintu lebar-lebar agar pria bertubuh tinggi dan besar itu
“Gege, bagaimana bisa kau menikah begitu cepat?” bisik Dongxi, si anak bungsu.“Ugh, tak bisakah kalian datang itu mengabari terlebih dahulu,” ucap Juanxi yang mulai kesal dengan ribuan pertanyaan yang dilontarkan anggota keluarganya.Awalnya ia senang melihat kepanikan yang muncul di wajah Shushu. Kini semua berubah semenjak, Shushu berkomunikasi dengan sangat baik dengan nenek, dan kedua orang tuanya di ruang tengah apartemennya. Padahal tadi dia benar-benar terlihat seperti tak tahu harus apa.Juanxi yang melihat itu merasa senang sebab merasakan Shushu bergantung untuk pertolongannya. Namun lihat sekarang, dia tertawa santai dengan nenek, ibu, dan ayahnya juga.“Santailah ka, aku juga penasaran kenapa kalian berdua tiba-tiba mendaftarkan pernikahan,” sanggah Lin Yi, adik perempuan Juanxi.Shushu diam saja menatap Juanxi. Dia juga ingin mendengar alasan apa yang akan dilontarkan Juanxi. Sisanya ia akan mengikuti alur dari cerita pria itu.Sedari Shushu bertemu Keluarga Huang secara