Shushu diberi tahu oleh Penyidik Huang bahwa mereka berharap bisa bertemu dengan peretas yang ia temui di internet itu. Selama tiga hari ia menginap di hotel bintang empat itu. Shushu jarang sekali keluar kamar selain sarapan atau mengambil paket di lobi bawah. Terkadang ia juga meminta tolong bellboy di bawah yang mengantarkan barangnya ke kamar.
Dia hanya menghabiskan waktu untuk menonton film, berendam, lalu tidur. Dia menganggap rentetan kegiatan yang ia lalui sebagai liburan.
Tak lupa ia juga sering menelpon Ibu Yanyan dan Paman Zinbei untuk mengabarkan keadaanya agar kedua orang tua itu tidak khawatir. Selain itu ia juga menceritakan kisahnya pada Quo Xin. Namun itu semua melalui chat semata. Sayangnya masih belum ada respon dari Kakak Peretas tersebut.
Shushu pernah mengalaminya, dan proses pemakaman itu cukup menguras energi dan mental. Jadi ia hanya bisa menjelaskan keadaan Ka Quo Xin pada Penyidik Huang, dan ke
“Kau melihatnya dua kali ya,” ucap seorang pria dengan kemeja biru muda dengan dasi yang sudah tak rapi lagi. Ia mengenggam jasnya dengan tas laptop di tangan kirinya. Dia melirik ke arah wanita yang merupakan klien dari Pengacara Jung. Siapa lagi kalau bukan Shushu. “Dan dua kali memutuskan untuk tetap bertahan,” jawab Shushu dengan santai. “Tuan Bai santai saja, tak perlu merasa tak enak,” sambungnya lagi. Semua ini terjadi saat Ketua Tim HRD Dantons, Pak Jin datang dan memberikan surat peringatan kepada Pengacara Jung. Jika mendapat surat cinta ke dua kalinya. Maka, Pengacara Jung akan diberhentikan secara tidak terhormat. Pak Jin datang sebelum perdebatan antara Tuan Bai, staf laki-laki yang berusia 29 tahun, selesai mendiskusikan proses pengunduran diri dalam tim kerja Pengacara Jung. Alhasil, dirinya pun masih terikat dengan pengacara tersebut. Hanya saja ia masih bertekad untuk tetap keluar dari tim tersebut. Tuan Bai benar-benar yakin dengan cara bekerjanya Pengacara Jung,
Shushu memutuskan untuk kembali pulang ke kontrakannya. Empat hari adalah waktu yang cukup untuk menjadikan kenyataan sandiwara dinas luar. Selain itu ia merasa dirinya juga diawasi di hotel itu. Ada kalanya ia bertemu dengan Penyidik Huang di restoran saat sarapan. Dia tidak sendirian ada putranya bersama keluarga kecilnya di sana. Shushu sepat berkenalan langsung dengan mereka. Sedikit informasi juga ia dapatkan bahwa usia Penyidik Huang adalah 54 tahun. Sedangkan putranya berusia lebih tua lima tahun dibandingkan Huang Juanxi, Pemilik Firma Hukum Dantons saat ini. Shushu juga baru mengetahui usia pria tinggi itu adalah 32 tahun. Putranya Penyidik Huang adalah anak tunggal. Dia sudah menikah dengan wanita berkembangsaan Belanda. Juga telah memiliki anak kembar, putra dan putri yang berusia lima tahun. Shushu tidak banyak mengobrol dengan mereka dan memilih untuk makan sendirian setiap kali bertemu. Lagipula tidak nyaman untuk bergabung dengan keluarga orang. Sedangkan posisi diri
Shushu melepaskan helm yang ia kenakan dan memberikannya pada ojek online yang membawanya ke salah satu bangunan di Distrik Merah. Kendati pemiliknya berniat mengambil helm tersebut, Shushu menahannya dengan sangat kuat. “Pak, boleh saya minta tolong?” ucap Shushu dengan serius.“Ya?” bingung Bapak Ojek tersebut.“Boleh Bapak tunggu saya di sini. Saya akan segera turun setelah bertemu dengan teman saya,” ucap Shushu. Kemudian ia melihat wajah ragu pria yang baru saja mengantarnya ke area tersebut. “Saya akan beri uang tambahan, tip, dan bintang lima!” Pekik Shushu lagi.Bapak Ojek itu menatap Shushu penuh dengan keraguan. Bukan kerana dirinya tak ingin menunggu. Namun sejauh ini anak-anak muda yang menjadi penumpangnya selalu berbohong dengan alasan yang sama. Pada akhirnya mereka lebih asik bermain dengan temannya dan melupakan dirinya yang menunggu. Hanya saja ia melihat dari sorot mata Shushu yang dalam keadaan sulit. Jadi ia mengira dia akan bertemu orang yang jahat.“Perlu saya t
Setelah menanyakan beberapa hal pada pria paruh baya yang menjadi ojek Shushu, Penyidik Huang melanjutkannya dengan menelpon Lian Quo Xin. Pemilk apartemen yang baru saja dibobol. Hanya saja panggilan itu tak berjalan mulus sebab mertua Quo Xin berteriak histeris mengira mantan menantunya itu menjadi pengaruh buruk untuk cucunya. Hanya karena tahu Quo Xin sedang berbicara dengan Penyidik Huang, polisi.Shushu yang mendengarkan cerita itu dari Senho dan Xi Ming—dua polisi intel yang menetap di area perumahannya untuk mengawasinya.“Mertunya itu sangat tak adil. Padahal dia sendiri yang memenjarakan Ka Quo Xin,” ucap Shushu setelah diam sangat lama.“Oi, fokusmu dari cerita tadi soal masalah keluarganya si peretas? Bukan kondisimu sekarang?” tanya Xi Ming yang menggendong seekor kucing bengal yang cukup gemuk. Dia duduk diam di paha Xi Ming tanpa peduli sekitarnya.“Terus?” tanya Shushu yang bingung.Senho yang berada di samping Xi Ming hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Kedua pemu
Penyidik Huang mengambil batang rokok dari bungkusnya dan langsung memantik korek api untuk itu. Asap mulai mengepul dan ia langsung menyodot asapnya masuk ke paru-parunya. Lalu menghembuskan semua asapnya keluar dalam waktu yang cepat. Dia duduk di teras rumahnya, melamun dengan laptop menyala yang terabaikan. “Yenni, mau mie gak?” tanya seorang pria paruh baya yang membuka pintu teras . Dia juga memberikan selimut tebal untuk wanita itu. “Mau sayang,” jawab Yenni santai. Pria paruh baya yang merupakan suaminya itu langsung memberi tanda OK dengan tangan kirinya. Lalu melenggang masuk ke dalam lagi. Penyidik Huang kembali menyelesaikan laporannya. Ia membalut tubuhnya dengan selimut yang baru ia dapatkan. Cuaca semakin dingin dan ia sudah terbiasa mengurung diri sendirian di teras rumahnya ketika mendapatkan kasus. Penyidik Huang yakin sekali dalam kasus ini, Ding Shu hanya digunakan sebagai kambing hitam. Berkas laporan dari para penjudi yang merasa ditipu itu ada tepat di sampin
Shushu sedang terlentang di atas kursi makan dengan posisi yang sedikit aneh. Dia seperti kayang dengan dibantu satu kursi untuk menampu punggungnya. Salah satu tangannya menahan dirinya agar tak terjatuh dengan memegang sofa di depannya. Tangan lainnya ia gunakan untuk melihat ponselnya.Lebih tepatnya melihat sebuah topik pembicaraan yang hangat terjadi di semua sosial media. Tentu saja ia menggunakan akun baru yang sudah ia buat.“Kemarin hanya nama Samara Gwenn saja yang menjadi pembicaraan hangat. Kini orangnya secara langsung tampak namun semua orang tidak sadar dia adalah Samara Gwenn. Ironi sekali,” gumam Shushu.Dalam semua unggahan video tentang penggebrekan di Distrik Merah memperlihatkan dirinya digendong seorang polisi intel, bernama Senho. Untung saja ia cukup pintar untuk menyembunyikan wajahnya di tengkuk pria itu. Jika tidak wajahnya akan terlihat. Pasti berita ini juga akan terdengar o
Pembobolan salah satu apartemen di daerah Distrik Merah itu masih menjadi obrolan terhangat sejagat raya Internet. Ada banyak isu yang berkembang, di sana ada narkoba, pembunuhan, dan hal bohong lainnya.Shushu menatap wajah Pengacara Jung yang terlihat kaget dengan kabar yang baru saja ia ceritakan. Walaupun Pengacara Jung belum pernah ke rumah Ka Quo Xin. Namun ia pernah diberitahu pemilik apartemen itu, tentang dimana Ka Quo Xin tinggal. Apa dia melupakannya?“Ah, saya benar-benar lupa rumahnya Ahli Peretas itu daerah Distrik Merah. Maafkan saya Shushu, ada banyak klien yang sedang dikejar tenggan waktu penyelesaian kasus. Bahkan ada beberapa yang mempunyai jadwal sidang yang bersamaan,” ungkap Pengacara Jung.Shushu menatap wajah yang terlihat lelah itu. Ia memaafkan Pengacara Jung dengan cepat. Dia juga tahu ada banyak klien yang ia urus. “Lalu, apa yang harus saya lakukan sekarang?” tanya Sh
“Kau benar-benar yakin tidak ada jejak yang tertinggal kan?” tanya Pengacara Jung dengan penuh curiga pada pemuda yang terlihat berantakan penampilannya itu. Dia sudah menanyakan ini berulang kali. Bahkan ketika mau pergi dari ruangan kecil itu saja ia masih menanyakan hal yang sama lagi.“Kau ini merepotkan. Kalau saja kau mengontrol dia lebih baik, aku tak perlu turun tangan. Sudah kubilang aman!” kesal pemuda itu lagi sembari menendang bokong Pengacara Jung dengan kakinya.“Sialan kau, Weizhe!” pekik Pengacara Jung dari luar sana. Namun pemuda itu tak menghiraukannya.Ia segera menutup pintu ketika tamu tak diundang itu keluar dari tempatnya.Kemudian dia langsung melangkah ke ruangan kerjanya yang dikunci dengan pengamanan khusus. Dia meletakan telapak tangannya ke sebuah dinding, yang sebenarnya adalah sebuah pintu ke ruang kerjanya.Siapa sangka dinding beton yang putih itu sebenarnya adalah layar yang mampu mendeteksi sidik jari yang sudah dikenali. Saat pemilknya sudah teriden
Setelah pemeriksaan singkat, Shushu menyadarinya dirinya mengalami gejala anemia dan tekanan darah rendah. Dokter meminta ners yang mendampinginya untuk memasukan Shushu sebagai daftar pasien agar bisa diberi beberapa obat untuk dikonsumsi.Pada akhirnya, ada dua pasien di dalam satu bangsal ini. Satu yang terlihat seperti akan mati kapan saja. Satu lagi yang berusaha meyakinkan semua orang dirinya tak sakit.Sebenarnya Shushu melakukan itu sebab dirinya takut disuntik dan diinfus. Dia terlihat ingin pergi dari tempat itu kapan saja. Namun Juanxi mengenggam erat pergelangan tangannya.Para perawat telah memasukan satu ranjang lagi ke ruangan rawat inap itu. Posisinya bersampingan dengan ranjang milik Juanxi.“Tidurlah dengan benar,” tegas Juanxi yang sudah mulai berbicara lancar.“Sa-sa-saya tak sakit kok,” jawab Shushu dengan formal dan tergagap. Dia terl
Tempat yang paling tak disukai Shushu terpaksa harus ia tempati selama empat hari lamanya. Sebab, kondisi suaminya yang baru ia nikahi belum seminggu itu terlihat sangat mengkhawatirkan. Suhu demamnya mencapai 40 derajat celcius.Selama dirinya di rumah sakit, bohong, jika Shushu juga tidak merasa sakit. Wajahnya pucat, makannya pun tidak karuan.Siapapun yang mengunjungi mengira Shushu sangat khawatir dengan suaminya yang terbaring tak sadarkan diri. Bahkan makan pun harus dipenuhi dengan cairan nutrisi melalui selang infus.Ada kalanya setiap Juanxi sadarkan diri untuk beberapa menit, Shushu akan membantu menyuapi air hangat atau sup hangat perlahan dengan sendok kecil. Sebab pria itu sendiri tak memiliki tenaga untuk mengangkat kepalanya.“Nak, kamu pulang saja dulu, tidak apa-apa,” tutur Sun Lili yang datang pagi sekali untuk membantu Shushu. Juanxi masih tak sadarkan diri. Namun suhu
“Kenapa kau tak cerita soal kebakaran itu padaku? Bukankah kita teman?” tanya Quo Xin. Dia benar-benar tidak tahu soal itu.Sejujurnya Quo Xin bisa menyelesaikan permasalahan dokumen yang rusak itu secepat mungkin. Hanya saja keadaannya dengan mantan mertua serta putrinya kala itu cukup rumit. Dia jarang punya waktu leluasa membuka laptopnya.Semua menjadi mudah ketika ia sudah memindahkan data putrinya di Kota B ini. Namun ini semua hanya alasan. Quo Xin merasa bersalah atas waktu yang terbuang secara cuma-cuma. Dia tak mengira masalah keterlibatan Shushu dengan situs judi online ini begitu berat. Bahkan pihak di sana berani mengancam dengan cara murahan seperti itu.“Walaupun begitu kau setuju begitu cepat untuk menikah,” ungkap Quo Xin. Kemudian ia meraih tangan Shushu dan menggenggamnya erat. “Batalkan saja kontraknya!”“Tidak bisa, kita sudah menikah. Lagipula keadaanya tidak sesimpel ini, Zhou.co itu mungkin saja tidak terlibat dengan judi online saja,” ucap Shushu. Dia menginga
Pukul enam pagi, seorang wanita paruh baya berjalan cepat menelusuri lorong rumah sakit yang panjang. Dia hanya menggunakan sandal, dan jaket untuk menutupi pakaian tidurnya. Bahkan helm pun masih bertengger setia di kepalanya.Ruang 278, tanpa ragu-ragu, dia langsung membukanya. Di dalam sana ada seorang wanita muda berdiri menganggukan kepala berulang kali atas penjelasan dokter yang bertugas.“Bagaimana?” tanya Quo Xin.“Baru saja dipindahkan dari UGD, dia demam sushu 40 derajat, sepertinya kelelahan bekerja,” tutur Shushu dengan wajah yang lelah.“Ibu juga harus istirahat yang baik untuk menjaga suami Anda. Wajah Ibu kurang baik,” ucap dokter pria itu lagi. Shushu hanya menganggukan kepalanya berulang kaliFokus Quo Xin bukan lagi cerita dibalik kenapa ia membutuhkan ambulans di pagi buta lagi. Namun, bagaimana bisa ia mendapatkan suami dalam waktu yang begitu cepat setelah ia tinggal beberapa bulan di kota lain?Setelah kepergian dokter dan perawat tersebut. Quo Xin hanya diam sa
Juanxi terus mengalami mimpi yang panjang, dan semua kejadian itu membuatnya merasa tak nyaman. Kepalanya terasa berat dan panas menerima semua informasi itu. Fakta bahwa kematian Shushu itu begitu menyedihkan membuatnya sangat terpukul.Tidak seharusnya Shushu mengalami itu semua. Dia bukan seperti apa yang digambarkan semua artikel tersebut. Wanita nakal, pemakai narkoba, penipu, dan lainnya.Hal yang membuatnya lebih terpukul ialah adegan dimana Paman Zinbei dan Ibu Yanyan datang ke kantornya untuk meminta tolong mencari kebenaran kematian Shushu.Kini Juanxi paham kenapa Shushu tadi menangis begitu lelah ketika ia tahu bahwa namanya bisa dibersihkan tidak terlibat situs judi online itu. Semua usaha Shushu menyelidiki kasusnya sendiri selama ini, agar tidak membuat dua orang tua itu sedih dan terpukul.Dalam kehidupan pertama itu, ia melihat wajah Paman Zinbei, dan Ibu Yanyan, lima kali lipat terlihat lebih tua dibandingkan kehidupannya sekarang. Mereka telah mendatangi berbagai ka
Juanxi menjadi kesal melihat ponsel milik Shushu yang terus berdering sedari tadi. Dia langsung mematikannya secara total. Lalu membawa tubuh Shushu yang tertidur karena lelah menangis ke kamarnya. Juanxi melihat keseluruhan interior ruangan yang sederhana, namun memiliki tiga pintu ruangan lainnya lagi. Dia penasaran untuk apa saja tiga ruangan di dalam kamarnya ini. Juanxi menerka salah satunya pasti toilet, dan ruang pakaian. Adapun sisanya ia tak begitu yakin. Juanxi menyadari beberapa hal dari mengenal Shushu dalam waktu yang sangat singkat ini. Dia terlalu mudah untuk percaya, namun tak ingin menaruh rasa percaya begitu dalam. Kontradiksi sekali bukan? Dua kata yang bisa dijelaskan ialah polos kebangetan. Kendati dikatakan polos, dia tahu dunia lebih baik. Apalagi soal pekerjaannya dan mengatur finansialnya. Hanya saja melihat ia menangis begitu lepas karena namanya bisa dibersihkan dari tuduhan sindikat judi online itu. Juanxi melihat sosok Shushu menjadi lebih kompleks lagi
Setelah Juanxi memakan hidangan makan malam, ia sepakat dengan satu hal penting dalam kisah cinta keduanya bahwa Juanxi lah yang pertama kali tertarik. Untungnya kesimpulan ini bisa ditarik setelah keduanya mengetahui kegemaran yang mirip dalam mengumpulkan pundi-pundi kekayaan.“Kau benar-benar yang merancang semua perhiasan itu?” tanya Juanxi masih tak percaya. Shushu hanya menganggukan kepalanya. “Aku tak menyangka kau designernya!” pekik Juanxi lagi dengan bersemangat.Tiga tahun yang lalu ia pernah dipaksa ikut adiknya, Lin Yi mengunjungi sebuah lelang perhiasan esklusif di Negara S. Tak pernah terbayang anting yang dibeli adiknya itu dengan harga 2 juta dollar. Itu sebuah karya duet antara desainer dan pengrajin yang berbeda. Anting itu termasuk salah satu barang termahal kelima yang terjual dalam lelang malam itu.“Aku masih tidak paham bagaimana kau bisa melakukan itu semua? Kebanyakan illustrator akan mengambil jalan sebagai komikus,” tanya Juanxi.“Seberapa baik kamu menggam
Shushu dan Juanxi diam di depan pintu lift yang sudah tertutup lama. Suasana yang heboh sebelumnya mendadak tenang.Juanxi sibuk dengan pikirannya, dia tak tahu harus memulai obrolan dengan membahas hal apa, ataukah basa-basi saja terlebih dahulu? Dia merasa canggung dengan keheningan ini. “Kau menangani mereka lebih baik dari dugaanku,” ujarnya.“Nenek Huang dan Ibu Lili orang yang baik, Paman Haifeng juga,” ungkap Shushu.Juanxi yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. “Panggil mereka Ibu dan Ayah saja mulai dari sekarang,” timpal Juanxi.“Aku memahami kekhawatiranmu. Namun, tidak. Ini batasanku ketika tidak ada mereka. Pernikahan ini hanya berlangsung sebentar. Apa kau sudah makan?” ujar Shushu sembari mengalihkan pembicaraan.“Aku belum makan malam,” jujur Juanxi tanpa pikir panjang.“Kalau begitu makan di tempatku saja,” balas Shushu. Kemudian ia berjalan lebih dahulu untuk membuka pintu apartemennya, lalu membuka pintu lebar-lebar agar pria bertubuh tinggi dan besar itu
“Gege, bagaimana bisa kau menikah begitu cepat?” bisik Dongxi, si anak bungsu.“Ugh, tak bisakah kalian datang itu mengabari terlebih dahulu,” ucap Juanxi yang mulai kesal dengan ribuan pertanyaan yang dilontarkan anggota keluarganya.Awalnya ia senang melihat kepanikan yang muncul di wajah Shushu. Kini semua berubah semenjak, Shushu berkomunikasi dengan sangat baik dengan nenek, dan kedua orang tuanya di ruang tengah apartemennya. Padahal tadi dia benar-benar terlihat seperti tak tahu harus apa.Juanxi yang melihat itu merasa senang sebab merasakan Shushu bergantung untuk pertolongannya. Namun lihat sekarang, dia tertawa santai dengan nenek, ibu, dan ayahnya juga.“Santailah ka, aku juga penasaran kenapa kalian berdua tiba-tiba mendaftarkan pernikahan,” sanggah Lin Yi, adik perempuan Juanxi.Shushu diam saja menatap Juanxi. Dia juga ingin mendengar alasan apa yang akan dilontarkan Juanxi. Sisanya ia akan mengikuti alur dari cerita pria itu.Sedari Shushu bertemu Keluarga Huang secara