"Bila, Bila mau menikah dengan anak kyai Sukri dan ummi Maryam."DegSenyuman yang mengembang dibibir Noah lenyap saat mendengar Nabila berbicara seperti itu. Hatinya hancur lebur."Kami tidak memaksa nak. Jika kamu sudah memiliki pria lain kami tidak masalah, kami-""Ummi sendiri yang tadi bilang kan? Insyaallah rasa itu pasti tumbuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Apa lagi ada campur tangan Allah. Bila akan mencobanya. Bila akan mencoba dengan Gus Diaz.""Jadi, perjodohan ini jangan dibatalkan ya ummi, kyai Sukri. Karena Nabila setuju dengan perjodohan ini.""Nabila!" Arzan mendekati adiknya, lalu menarik Nabila agar berdiri. Sungguh, Arzan tidak mengerti dengan jalan pikiran adiknya itu. Tadi Nabila sibuk ingin menikah dengan pria yang di cintainya, tapi saat Abahnya sudah memberikan restu, Nabila malah sibuk meminta perjodohan itu terus di langsungkan. Arzan saja sudah tidak punya muka dihadapan kyai Sukri beserta keluarganya, tapi kenapa Nabila dengan tak tau malunya
Nabila, seorang wanita berusia 25 tahun, merasakan beban berat dihari yang seharusnya menjadi hari terbahagianya. Pesta pernikahan yang baru saja selesai meninggalkan kesan pahit dalam hatinya. Di dalam dirinya tersembunyi kesedihan yang mendalam. Sejak kecil, Nabila tumbuh sebagai anak yang selalu berusaha memenuhi harapan kedua orangtuanya. Namun dalam pernikahannya ini, dia merasa gagal.Air mata Nabila tak terbendung saat melihat ekspresi kekecewaan yang tersirat di wajah Abang dan Umminya. Mereka berdua telah berharap banyak pada pernikahan ini, namun Nabila tahu dalam hati bahwa pernikahannya bukanlah keputusan yang sepenuhnya diambil dari hatinya. Ketidakmampuan untuk memenuhi ekspektasi orangtuanya dihari penting ini membuatnya terisak di sudut ruangan. Jauh dari keramaian dan ucapan selamat dari beberapa ustadzah maupun ustadz yang baru saja menghadiri pernikahan ini."Kenapa menangis, Nabila? Bukankah ini hari bahagiamu?" tanya Arzan dengan ekspresi yang sulit di artikan. N
Sudut kamar apartemen itu hanya diterangi oleh cahaya remang-remang dari lampu tidur. Nabila terdiam di ujung ranjang, matanya terpaku pada karpet yang tampak samar dibawahnya. Baju gamis yang putih yang dipakainya sudah terlihat kusut, hijabnya pun sudah tak berbentuk sama sekali. Sesekali dia menghela napas dalam, mencoba menenangkan gejolak di dalam hatinya. Entah apa yang dipikirkannya, dirinya takut Noah kecewa dengan perkataannya tadi. Hal itu terlihat jelas dari wajah dingin pria itu. Disisi lain kamar, Noah duduk dikursi kayu dengan tatapan kosong menembus jendela. Kecaman keras masih terasa di dadanya, mengingatkannya pada pengkhianatan yang hampir terjadi dirumah Nabila tadi. Pria itu mengepalkan kedua tangannya, mengepalkan dan mengendurkannya, mencoba meredakan amarah yang bergejolak. Tak ada kata yang terucap di antara mereka, hanya suara hembusan napas yang kadang terdengar berat. Ruangan itu seolah menjadi saksi bisu atas kekecewaan dan luka yang mendalam di ha
"Pekerjaan selesai, target sudah saya singkirkan. Saya pastikan target tidak akan selamat karena di jalanan itu sangat sepi. Target juga sudah mengeluarkan banyak darah,"Oma Ina langsung tersenyum lebar. Matanya langsung bersinar-sinar mendengar perkataan dari anak buahnya yang baru saja dia suruh untuk menyingkirkan kyai Rofiq. Ya, walaupun dirinya harus mengancam pria itu, akhirnya misinya berhasil juga. Sebelumnya pria itu menolak untuk melakukan tugas darinya."Bagus, saya akan transfer uangnya ke kamu. Dan saya tidak akan mengusik anak kesayangan kamu itu,"Di seberang sana pria itu menghela nafasnya kasar, lalu menutup panggilan itu.Oma Ina sudah bahagia sekali, akhirnya rencananya berjalan dengan lancar. Dia akan menyingkirkan orang-orang yang ada hubungannya dengan masa lalunya. Itu janji Oma Ina. Apa lagi kyai Rofiq adalah anak dari perempuan yang paling dia benci. Oma Ina tidak akan tinggal diam, kalau bisa Oma Ina akan menghabisi mereka semua hingga tidak tersisa sama sek
Malam itu.Sheyza mondar-mandir karena sibuk memikirkan suaminya yang baru saja mengiriminya pesan. Sheyza jadi bingung apa lagi harus bagaimana saat sang suami memberikan kabar buruk tentang keadaan ayah mertuanya yang katanya sedang terluka parah.Resah menghantui Sheyza. Dirinya ingin sekali pergi ke rumah sakit, namun mengingat dirinya punya anak bayi, Sheyza jadi urung. Terlebih sang suami mengatakan jika Sheyza harus dirumah saja untuk menemani ummi Zulfa. Sheyza tak boleh mengatakan keadaan ayah mertuanya pada sang ummi.Namun Sheyza tidak mungkin memasrahkan semuanya kepada suaminya karena dia hanya seorang diri disana. Dirinya tau pasti suaminya sedang sangat terpuruk.Sheyza mencoba mencari cara. Beberapa saat kemudian dia teringat pada asisten sang suami, Ardi. Pasti Ardi bisa membantunya.Dirinya mencoba menghubungi Ardi, beruntuing di panggilan pertama, Ardi langsung mengangkatnya."Assalamualaikum, mas Ardi!" Seru Sheyza."Wa'alaikum salam Ning,""Maaf mengganggu, mas. S
Sheyza menggigit bibirnya dengan kuat. Sungguh dirinya bingung bukan main. Bagaimana cara dia mencari alasan agar sang ummi tidak menanyakan keberadaan sang Abah."Ummi, tenang dulu ya. Mungkin mas Arzan sama Abah sedang mengobrol dengan teman-temannya yang lain," ucap Sheyza mencoba menenangkan sang ummi."Tapi ini udah hampir tengah malam, Shey. Mana pernah Abah mengobrol dengan temannya sampai selarut ini." Sahut ummi Zulfa yang tau betul bagaimana sifat sang suami."Abah selalu pulang tepat waktu. Padahal Abah tadi cuman pamit mau ngisi acara tausiah di masjid desa. Biasanya jam sepuluh juga sudah pulang. Ini sudah hampir larut, Shey. Kenapa Abahmu belum pulang juga? Ummi jadi khawatir takut terjadi sesuatu sama Abah. Apa lagi Abah tadi jalan kaki," sambung ummi Zulfa."Ummi tenang dulu. Mas Arzan dan pak Mat juga kan sedang menyusul Abah. Jadi, ummi jangan khawatir ya. Ummi sebaiknya istirahat. Hari ini ummi sudah sangat kelelahan," Sheyza ingat betul bagaimana lelahnya ummi Zulf
"Bang, biar Bila aja yang jaga abah." Nabila berdiri saat melihat dan mendengar sang Abang akan pulang. Dirinya berinisiatif ingin menggantikan Abangnya sementara untuk menjaga sang abah.Arzan yang sedang berbicara dengan Ardi itu langsung mengalihkan perhatiannya. Matanya menoleh ke arah Nabila yang pastinya ada suami adiknya disampingnya.Arzan menghela nafasnya kasar. "Abah sedang istirahat, lebih baik kamu pulang saja. Besok kamari lagi. Biar malam ini Ardi yang jaga abah," sahut Arzan."Tapi Bila juga mau bang jaga abah," seru Nabila.Arzan menggeleng. "Ini udah malam. Kamu pulang saja. Kondisi abah juga sudah lebih baik. Kamu juga pasti capek bukan?" Kata Arzan sambil melirik ke arah Noah. Rasanya masih tak rela melihat adiknya bersama dengan pria itu. Biar bagaimanapun dirinya tau bagaimana gilanya Noah. Bahkan rasa dongkol masih ada di dalam hatinya. Berarti selama ini Noah memanipulasi kematiannya bukan? Dan kenapa pria itu malah menargetkan adiknya sekarang.Rasanya Arzan i
Nabila tak menyangka jika Oma dari suaminya akan menyambutnya hangat seperti ini. Dia pikir Oma dari suaminya itu akan judes dan marah-marah mengingat kejadian di ndalem beberapa jam yang lalu. Bahkan aura yang di pancarkan oleh wanita tua itu sangat-sangat berbeda sekali.Ana yang duduk di samping Nabila saja sampai memicingkan matanya menatap ke arah Oma Ina tidak percaya. Sungguh aneh tapi Ana tetap akan mengawasi. Sikap Oma Ina tidak seperti sebelumnya yang marah saat tau Noah akan membawa istrinya."Kamu pandai masak? Wah Oma sangat suka perempuan yang pandai memasak. Bolehlah ya besok kita masak bareng," ucap Oma Ina bersikap ramah. Walaupun sesekali bibirnya meringis masih merasakan kesakitan pada punggungnya."Tidak terlalu Oma. Cuma masak sedikit aja. Sering bantuin ummi dirumah," sahut Nabila.Oma Ina tersenyum sengak. "Oh ya, gak masalah. Nanti Oma ajarin kamu masak. Bukankah seorang istri tugasnya masak ya? Biar suaminya betah,""Gak masalah Oma, Noah bisa sewa pembantu un
Nabila tak menyangka jika Oma dari suaminya akan menyambutnya hangat seperti ini. Dia pikir Oma dari suaminya itu akan judes dan marah-marah mengingat kejadian di ndalem beberapa jam yang lalu. Bahkan aura yang di pancarkan oleh wanita tua itu sangat-sangat berbeda sekali.Ana yang duduk di samping Nabila saja sampai memicingkan matanya menatap ke arah Oma Ina tidak percaya. Sungguh aneh tapi Ana tetap akan mengawasi. Sikap Oma Ina tidak seperti sebelumnya yang marah saat tau Noah akan membawa istrinya."Kamu pandai masak? Wah Oma sangat suka perempuan yang pandai memasak. Bolehlah ya besok kita masak bareng," ucap Oma Ina bersikap ramah. Walaupun sesekali bibirnya meringis masih merasakan kesakitan pada punggungnya."Tidak terlalu Oma. Cuma masak sedikit aja. Sering bantuin ummi dirumah," sahut Nabila.Oma Ina tersenyum sengak. "Oh ya, gak masalah. Nanti Oma ajarin kamu masak. Bukankah seorang istri tugasnya masak ya? Biar suaminya betah,""Gak masalah Oma, Noah bisa sewa pembantu un
"Bang, biar Bila aja yang jaga abah." Nabila berdiri saat melihat dan mendengar sang Abang akan pulang. Dirinya berinisiatif ingin menggantikan Abangnya sementara untuk menjaga sang abah.Arzan yang sedang berbicara dengan Ardi itu langsung mengalihkan perhatiannya. Matanya menoleh ke arah Nabila yang pastinya ada suami adiknya disampingnya.Arzan menghela nafasnya kasar. "Abah sedang istirahat, lebih baik kamu pulang saja. Besok kamari lagi. Biar malam ini Ardi yang jaga abah," sahut Arzan."Tapi Bila juga mau bang jaga abah," seru Nabila.Arzan menggeleng. "Ini udah malam. Kamu pulang saja. Kondisi abah juga sudah lebih baik. Kamu juga pasti capek bukan?" Kata Arzan sambil melirik ke arah Noah. Rasanya masih tak rela melihat adiknya bersama dengan pria itu. Biar bagaimanapun dirinya tau bagaimana gilanya Noah. Bahkan rasa dongkol masih ada di dalam hatinya. Berarti selama ini Noah memanipulasi kematiannya bukan? Dan kenapa pria itu malah menargetkan adiknya sekarang.Rasanya Arzan i
Sheyza menggigit bibirnya dengan kuat. Sungguh dirinya bingung bukan main. Bagaimana cara dia mencari alasan agar sang ummi tidak menanyakan keberadaan sang Abah."Ummi, tenang dulu ya. Mungkin mas Arzan sama Abah sedang mengobrol dengan teman-temannya yang lain," ucap Sheyza mencoba menenangkan sang ummi."Tapi ini udah hampir tengah malam, Shey. Mana pernah Abah mengobrol dengan temannya sampai selarut ini." Sahut ummi Zulfa yang tau betul bagaimana sifat sang suami."Abah selalu pulang tepat waktu. Padahal Abah tadi cuman pamit mau ngisi acara tausiah di masjid desa. Biasanya jam sepuluh juga sudah pulang. Ini sudah hampir larut, Shey. Kenapa Abahmu belum pulang juga? Ummi jadi khawatir takut terjadi sesuatu sama Abah. Apa lagi Abah tadi jalan kaki," sambung ummi Zulfa."Ummi tenang dulu. Mas Arzan dan pak Mat juga kan sedang menyusul Abah. Jadi, ummi jangan khawatir ya. Ummi sebaiknya istirahat. Hari ini ummi sudah sangat kelelahan," Sheyza ingat betul bagaimana lelahnya ummi Zulf
Malam itu.Sheyza mondar-mandir karena sibuk memikirkan suaminya yang baru saja mengiriminya pesan. Sheyza jadi bingung apa lagi harus bagaimana saat sang suami memberikan kabar buruk tentang keadaan ayah mertuanya yang katanya sedang terluka parah.Resah menghantui Sheyza. Dirinya ingin sekali pergi ke rumah sakit, namun mengingat dirinya punya anak bayi, Sheyza jadi urung. Terlebih sang suami mengatakan jika Sheyza harus dirumah saja untuk menemani ummi Zulfa. Sheyza tak boleh mengatakan keadaan ayah mertuanya pada sang ummi.Namun Sheyza tidak mungkin memasrahkan semuanya kepada suaminya karena dia hanya seorang diri disana. Dirinya tau pasti suaminya sedang sangat terpuruk.Sheyza mencoba mencari cara. Beberapa saat kemudian dia teringat pada asisten sang suami, Ardi. Pasti Ardi bisa membantunya.Dirinya mencoba menghubungi Ardi, beruntuing di panggilan pertama, Ardi langsung mengangkatnya."Assalamualaikum, mas Ardi!" Seru Sheyza."Wa'alaikum salam Ning,""Maaf mengganggu, mas. S
"Pekerjaan selesai, target sudah saya singkirkan. Saya pastikan target tidak akan selamat karena di jalanan itu sangat sepi. Target juga sudah mengeluarkan banyak darah,"Oma Ina langsung tersenyum lebar. Matanya langsung bersinar-sinar mendengar perkataan dari anak buahnya yang baru saja dia suruh untuk menyingkirkan kyai Rofiq. Ya, walaupun dirinya harus mengancam pria itu, akhirnya misinya berhasil juga. Sebelumnya pria itu menolak untuk melakukan tugas darinya."Bagus, saya akan transfer uangnya ke kamu. Dan saya tidak akan mengusik anak kesayangan kamu itu,"Di seberang sana pria itu menghela nafasnya kasar, lalu menutup panggilan itu.Oma Ina sudah bahagia sekali, akhirnya rencananya berjalan dengan lancar. Dia akan menyingkirkan orang-orang yang ada hubungannya dengan masa lalunya. Itu janji Oma Ina. Apa lagi kyai Rofiq adalah anak dari perempuan yang paling dia benci. Oma Ina tidak akan tinggal diam, kalau bisa Oma Ina akan menghabisi mereka semua hingga tidak tersisa sama sek
Sudut kamar apartemen itu hanya diterangi oleh cahaya remang-remang dari lampu tidur. Nabila terdiam di ujung ranjang, matanya terpaku pada karpet yang tampak samar dibawahnya. Baju gamis yang putih yang dipakainya sudah terlihat kusut, hijabnya pun sudah tak berbentuk sama sekali. Sesekali dia menghela napas dalam, mencoba menenangkan gejolak di dalam hatinya. Entah apa yang dipikirkannya, dirinya takut Noah kecewa dengan perkataannya tadi. Hal itu terlihat jelas dari wajah dingin pria itu. Disisi lain kamar, Noah duduk dikursi kayu dengan tatapan kosong menembus jendela. Kecaman keras masih terasa di dadanya, mengingatkannya pada pengkhianatan yang hampir terjadi dirumah Nabila tadi. Pria itu mengepalkan kedua tangannya, mengepalkan dan mengendurkannya, mencoba meredakan amarah yang bergejolak. Tak ada kata yang terucap di antara mereka, hanya suara hembusan napas yang kadang terdengar berat. Ruangan itu seolah menjadi saksi bisu atas kekecewaan dan luka yang mendalam di ha
Nabila, seorang wanita berusia 25 tahun, merasakan beban berat dihari yang seharusnya menjadi hari terbahagianya. Pesta pernikahan yang baru saja selesai meninggalkan kesan pahit dalam hatinya. Di dalam dirinya tersembunyi kesedihan yang mendalam. Sejak kecil, Nabila tumbuh sebagai anak yang selalu berusaha memenuhi harapan kedua orangtuanya. Namun dalam pernikahannya ini, dia merasa gagal.Air mata Nabila tak terbendung saat melihat ekspresi kekecewaan yang tersirat di wajah Abang dan Umminya. Mereka berdua telah berharap banyak pada pernikahan ini, namun Nabila tahu dalam hati bahwa pernikahannya bukanlah keputusan yang sepenuhnya diambil dari hatinya. Ketidakmampuan untuk memenuhi ekspektasi orangtuanya dihari penting ini membuatnya terisak di sudut ruangan. Jauh dari keramaian dan ucapan selamat dari beberapa ustadzah maupun ustadz yang baru saja menghadiri pernikahan ini."Kenapa menangis, Nabila? Bukankah ini hari bahagiamu?" tanya Arzan dengan ekspresi yang sulit di artikan. N
"Bila, Bila mau menikah dengan anak kyai Sukri dan ummi Maryam."DegSenyuman yang mengembang dibibir Noah lenyap saat mendengar Nabila berbicara seperti itu. Hatinya hancur lebur."Kami tidak memaksa nak. Jika kamu sudah memiliki pria lain kami tidak masalah, kami-""Ummi sendiri yang tadi bilang kan? Insyaallah rasa itu pasti tumbuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Apa lagi ada campur tangan Allah. Bila akan mencobanya. Bila akan mencoba dengan Gus Diaz.""Jadi, perjodohan ini jangan dibatalkan ya ummi, kyai Sukri. Karena Nabila setuju dengan perjodohan ini.""Nabila!" Arzan mendekati adiknya, lalu menarik Nabila agar berdiri. Sungguh, Arzan tidak mengerti dengan jalan pikiran adiknya itu. Tadi Nabila sibuk ingin menikah dengan pria yang di cintainya, tapi saat Abahnya sudah memberikan restu, Nabila malah sibuk meminta perjodohan itu terus di langsungkan. Arzan saja sudah tidak punya muka dihadapan kyai Sukri beserta keluarganya, tapi kenapa Nabila dengan tak tau malunya
Mata semua orang yang ada di dalam ruangan itu melotot, termasuk Nabila yang langsung berdiri menatap penuh Noah.Nabila tersenyum lebar, sungguh ini keajaiban yang sudah Allah berikan padanya. Akhirnya dia bisa selamat dengan datangnya Noah dan keluarganya."Nabila,""Noah?" Arzan langsung dibuat terperangah saat melihat kemunculan Noah.Kening Nabila berkerut samar saat abangnya mengenal Noah. Nabila langsung menoleh ke arah Arzan. "Abang, ap-""Bang Rofiq. Masya Allah, akhirnya Ana bisa bertemu dengan Abang lagi. Ana sudah lama tidak bertemu dengan Abang." Ana langsung menerobos dan menghampiri kyai Rofiq.Kyai Rofiq terkejut, tak menyangka jika akan bertemu dengan adik tirinya. Setelah beberapa tahun lamanya tidak bertemu, baru kali ini mereka dipertemukan kembali.Semua orang terkejut, berbeda dengan Arzan dan Sheyza yang sudah tau siapa tante Ana. Tapi Arzan dan Sheyza dibuat terkejut saat melihat Noah yang masih hidup. Apa lagi datang ke sana tiba-tiba.Sedangkan Oma Ina sudah