"Apa listrik mati?"
Arkan menyalakan lampu, pria itu membuat putri dan menantunya kaget bukan kepalang. Bening langsung mengusap bibir yang basah. Sungguh tak dia duga sang papa merusak momen berharganya dan Glass.“Papa, kenapa belum pulang?” tanya Bening ke Arkan, dia salah tingkah dan berdehem melirik Glass yang menunduk mengusap bibir.“Papa sudah hampir pulang, tapi tidak jadi saat melihat mobilmu masih berada di parkiran. Apa pekerjaanmu banyak? Ini sudah malam.” Mendapati wajah Glass dan Bening yang malu, Arkan malah merasa berdosa. Ia sadar mungkin saja baru mengganggu kemesraan keduanya. “Papa pikir kamu sendirian, ternyata bersama Glass. Jika tahu Papa pasti tidak akan cemas,” imbuh Arkan.“Aku sebentar lagi pulang,” jawab Bening gelagapan. Namun, sebuah"Apa yang harus aku lakukan?"“Buat Bening meninggalkan Glass atau sebaliknya, Glass yang meninggalkan Bening.”Aline menyeringai, Romi yang mendengarnya hanya mengedipkan mata seolah sudah tahu apa yang direncanakan oleh atasan sekaligus kekasihnya itu, sedangkan Roy tersenyum dengan sudut bibir dan menganggukkan kepala. Ia berkata akan melakukan permintaan Aline itu secepatnya.🥛🥛🥛“Apa kamu benar tidak ingin pergi ke pesta yang diadakan temanmu itu?”Bening menggeleng, meski dia ingin mendapat hiburan karena penat bekerja seharian, tapi untuk datang ke pesta itu dia merasa sedikit sungkan. Bening merasa tidak akan menyenangkan berpesta karena tidak membawa pasangan. Sedangkan untuk mengajak Glass dia merasa sedikit sungkan, bukannya malu hanya takut jika suaminya itu malah dijadikan bulan-bulanan teman-temannya.
“Tidak mungkin ini Bening,” tolak Fitria saat Roy menunjukkan foto Bening yang tengah memeluk teman prianya dan Andrew. “Bening itu gadis baik-baik,” pujinya. “Gadis baik-baik dari mana Bu?dia saja berbohong soal kehamilannya. Ibu seharusnya paham kalau gadis baik pasti jujur di setiap ucapannya,” ujar Roy. Ia harus berhasil membuat Fitria membenci Bening agar mendapatkan bayaran yang besar dari Aline. “Kamu dapat foto itu dari mana?” tanya Fitria sedikit curiga. Roy pun gelagapan, tapi otak liciknya segera mendapat jawaban atas pertanyaan Fitria yang tidak dia antisipasi itu. “Dari temanku Bu,” jawab Roy sekenanya.“Apa Ibu tahu? kita itu dimanfaatkan Bu, kita itu dianggap orang bodoh sampai bisa dia kibuli.” Terus melancarkan aksi, Roy mulai melihat kening ibunya mengerut bertanda bahwa wanita yang melahirkannya itu mulai berpikir.
“Ibu masuk rumah sakit,” jawab Glass, wajahnya nampak bingung seolah ragu harus memilih bergegas pergi atau tetap tinggal untuk ikut makan malam bersama Bening, Rea dan Arkan.Bening yang cemas dengan kondisi Fitria pun menoleh orangtuanya yang sama terkejutnya. Rea bahkan mendekat dan memeluk lengan Bening.“Aku ikut ke rumah sakit,” ucap Bening dan membuat Glass kaget.Glass tak menyangka Bening akan lebih memikirkan soal Fitria dari pada makan malam bersama orangtuanya, terlebih di hari ulang tahunnya, jelas makan malam itu spesial.“Be!” lirih Glass yang sedikit tak percaya dengan keputusan sang istri.“Kami juga akan ikut ke rumah sakit,” potong Rea sebelum putrinya menjawab.Glass pun merasa terharu, sampai Arkan mendekat dan menepuk pundak pemuda itu menenangkan, 
“Kenapa ibu bisa bilang begitu? Jangan terbujuk omongan kak Roy, Bu. Ibu tahu ‘kan sifatnya seperti apa?” ucap Glass.Pemuda itu menyesal karena kemarin sudah bertengkar dengan Bening tanpa memikirkan kebenarannya dulu.Begitulah jadinya jika orang sedang dalam kondisi emosi yang tidak stabil dipengaruhi. Glass yang saat itu mencemaskan kondisi Fitria harus mendapat bisikan dari Roy yang menjelek-jelekkan Bening.“Glass lebih baik kamu pisah saja, kamu bisa kembali ke keluarga Wijaya dan mendapatkan masa depan yang lebih cerah.”“Ibu!” Glass terperanga, dia tidak percaya Fitria dengan mudah memintanya berpisah dengan Bening yang benar-benar dia cintai setulus hati.“Aku sampai kapan pun tidak akan berpisah dengannya! aku mencintainya.”“Hah … apa kamu yakin dia menc
Bening perlahan bangkit dari atas ranjang. Ia tidak ingin mengganggu waktu istirahat Glass karena sepertinya pemuda itu begadang semalaman menjaga Fitria. Gadis itu memijat pundak kanannya dengan tangan kiri sambil berjalan keluar. Ia memilih berdiri di teras dan mencoba menghubungi Rea untuk menanyakan apa maksud pesan yang dikirimkan oleh wanita yang melahirkannya itu, karena tak biasanya Rea mengatai orang jika orang itu tidak bersikap keterlaluan.Bening menyugar rambut, membiarkannya tergerai tertiup angin. Dengan ponsel yang sudah menempel di telinga, Bening harap-harap cemas menunggu panggilannya dijawab oleh sang mama. Ia ingin menanyakan apa yang terjadi sampai ibunda tercintanya marah.“Be!”Suara Rea begitu lantang hingga membuat Bening tersentak kaget. Ia menjauhkan ponsel dan mengerutkan kening. Wajah cantiknya berubah gelisah karena nada suara sang ibunda terdengar tak seperti biasa. Namun
“Be!”“Sayang!” Arkan ikut terkejut dengan ucapan sang putri. “Jangan gegabah mengambil keputusan!” larangnya ke Bening yang wajahnya nampak benar-benar sudah putus harapan.“Apa Papa tidak tahu? memang ini yang diinginkan mereka. Membuat Bu Fitria membenciku, membuat Mama membenci Glass, dan bahkan sekarang berusaha menjebak Glass dengan foto tak senonoh seperti itu agar aku membenci suamiku sendiri.”Bening menoleh Glass yang sempat syok dengan ucapannya tadi. Wajahnya benar-benar begitu sedih, pundak Bening bahkan bergetar dan air matanya pun tumpah.“Aku sepertinya tahu apa yang dirasakan Embun dulu,” ucap Bening disela isak tangis.Mendapat tekanan dari orang-orang di saat yang bersamaan tentu sangat menyakitkan, terlebih sebagai wanita dia juga cemburu melihat foto suaminya dipeluk mesra tanpa busana oleh gadis lain.“Be!”
Romi yang ikut masuk ke dalam kaget, dia buru-buru memalingkan badan saat bodyguard Aline ternyata hanya mengikuti sampai kemana Bening masuk. Bodyguard itu buru-buru keluar sambil meletakkan ponsel di telinga kanan. Romi curiga pria itu menghubungi Aline. Ia memutar tumit menoleh ke arah Bening yang duduk menunggu giliran masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Keningnya berkerut memikirkan apa yang mungkin saja terjadi.“Mungkinkah dia hamil?” gumam Romi di dalam hati. “Apa Aline selama ini tidak seratus persen percaya padaku?” lanjutnya kemudian tertawa ironi.🥛🥛🥛Sementara itu Glass benar-benar pergi ke kampus, tujuannya hanya satu. Mendatangi Elisa dan Dimas untuk melabrak dua orang itu. Glass melihat Dimas yang duduk bersama teman-temannya dan langsung menyiramkan segelas es teh ke muka teman laknatnya itu.Sontak saja semua yang ada di sana kaget. Dimas bahkan murka dan ingin melayangkan puku
Glass pikir mendekam tiga hari dua malam di dalam penjara adalah kejadian terburuk yang pernah terjadi dalam hidupnya. Namun, ternyata Glass salah karena siang itu seorang pria yang berprofesi sebagai pengacara datang menyampaikan kabar yang membuatnya tak bisa berkata-kata.“Saya datang mewakili klien saya yang bernama Banyu Bening Pradipta untuk menyampaikan gugatan cerainya terhadap Anda.”“Apa? cerai?” Glass tersenyum getir, dia pandangi sebuah amplop yang disodorkan pria itu.“Tolong Anda pikirkan baik-baik, klien saya tidak menuntut apapun karena beliau tahu tidak ada yang bisa dituntut dari Anda,” ucapan pengacara itu sangat pedas. Ia berdiri meninggalkan Glass yang masih termangu menunggu pembebasannya.Romi yang memang diminta Aline untuk mengurus masalah Glass tepat akan masuk ke dalam ruangan itu saat pengacara Bening keluar. Pria itu langsung menggeser kursi dan duduk di depan G
🍷Selamat Membaca🍷Seperti yang Glass bilang, setibanya kembali dari Jogja dia langsung menemui Gama untuk membujuk pria itu mengunduh aplikasi yang dia lihat iklannya tempo hari. Glass sesekali melirik Bening yang bercanda dengan Maha dan Olla. Wanitanya itu datang membawakan oleh-oleh sekaligus ingin melepas rindu.“Kenapa? jika aku mau aku pasti akan mengunduhnya, Aplikasi itu sudah ada saat umurku masih belasan tahun.” Gama mengembalikan ponsel milik Glass ke atas meja dan mendorongnya ke arah lawan bicaranya itu pelan.“Bening juga sudah bercerita, aplikasi itu pernah ada, lalu hilang dan sekarang muncul lagi dengan fitur yang lebih canggih, ayolah! Carikan Maha ibu, jangan sampai dia menjadi pebinor di antara aku dan Bening.” Glass tetap pada pendiriannya, dia ingin Maha jauh-jauh dari istrinya.“Ya Tuhan Glass, bagaimana bisa kamu berpikir bocah sekecil itu menjadi perebut laki orang.” Gama geleng-geleng kepala. Ia menyesap kopi yang sudah agak dingin karena mereka keasyikan
🍷Selamat Membaca🍷Sudah lebih dari setengah jam, tapi Glass masih belum juga masuk kamar, entah pria itu sudah kembali dari warung atau masih berada di dalam kamar mandi, yang jelas Bening uring-uringan dan memilih untuk tidak keluar kamar. Ia berbaring di ranjang lalu bangun, berbaring lagi lalu bangun lagi. Gelisah sendiri seperti wanita yang tak pernah dijatah suami. Bening yang dongkol pun sampai menggigiti kuku jarinya sendiri karena terlalu gemas. Ia meremas sprei ranjang dan langsung berdiri saat Glass akhirnya masuk ke dalam kamar.“Sudah selesai?” ketus Bening, dia menyindir tapi yang disindir tidak peka juga.“Sudah,” jawab Glass dengan santai. “Kamu nggak mau makan sate kambing, enak lho,” imbuhnya dengan nada santai tak merasa bersalah sama sekali.Bening semakin emosi jiwa, melihat dari rambut Glass yang masih basah dan tidak ada aroma kambing yang menguar saat pria itu berbicara, dia sudah bisa menerka bahwa Glass pasti makan dulu setelah dari warung baru setelahnya ma
🍷Selamat Membaca🍷“Permisi, maaf!”Mendengar suara yang begitu sangat dia kenali, Bening pun menoleh. Ia kaget sekaligus bahagia. Ingin rasanya dia mencecar Glass dengan banyak pertanyaan. Namun, rasa penasarannya itu harus dia tahan dulu saat pramugari mendekat dan meminta Glass untuk segera duduk. Bening terus menatap heran Glass, dia bahkan memastikan dirinya tak salah lihat, suaminya itu bahkan tidak membawa koper. Glass tersenyum, dia terus memperhatikan Bening dan tak mendengarkan penjelasan dari pramugari sebelum pesawat take off. Pria itu pun duduk lurus ke depan saat pesawat hendak mengudara, setelah memastikan burung besi itu berada di atas awan, baru lah Glass menoleh. Ia tersenyum manis mendapati sang istri sudah memperhatikannya.“Glass, jangan bilang kamu berlari ke sini dan tidak membawa apa-apa.”Glass menggeleng, alih-alih memberi jawaban ke sang istri pria itu malah balik melempar pertanyaan perihal Bening yang naik pesawat, apakah sudah berkonsultasi dengan dokter
🍷Selamat Membaca🍷Bening menelepon dokter Andit, menanyakan apakah dia bisa melakukan konsultasi dadakan hari itu. Ia ingin pergi ke suatu tempat dan harus memakai pesawat. Bening pun semringah saat sang dokter memintanya datang. Tidak perlu membuat janji jika dia pasti akan dilayani dengan senang hati oleh sang dokter.Tak ingin menunggu lama, Bening pun mengemasi barang pribadinya. Wanita itu berpesan pada Zahra untuk membatalkan beberapa agendanya tiga hari ke depan karena dia ingin pergi jalan-jalan.“Anda mau ke mana?” Zahra berdiri dari kursi karena terlalu kaget. Tidak biasanya Bening seperti ini. Atasannya itu selalu merencanakan apa yang akan dia lakukan. Membatalkan agenda jelas bukan gaya wanita itu.“Aku ingin berlibur, ke Jogja? Apa mau kubawakan bakpia? Atau gudeg?” tanya Bening dengan wajah semringah. Ia melambaikan tangan ke Zahra dan berjanji akan membawakan Amar - putra wanita itu batik.“Wah … apa ada masalah? kenapa tiba-tiba ingin pergi?” gumam Zahra.__Bening
🍷Selamat Membaca🍷“Mereka pasti akan bahagia karena daddy mau menjenguk.” Bening mengedipkan mata, malu juga dia sebenarnya bertingkah agresif seperti ini, tapi apa mau dikata terkadang keinginan harus diungkapkan agar tidak menjadi penyakit di dalam hati.“Mereka yang bahagia, atau Mommy-nya yang bahagia.” Glass menyentuhkan hidungnya ke hidung Bening. Wanitanya itu tersenyum malu-malu layaknya anak perawan yang baru saja merasakan cinta.“Kalau itu tidak perlu ditanyakan lagi Glass, aku bahagia kamu pun juga pasti bahagia.” Bening melingkarkan tangan ke leher suami berondongnya. Ia memang sangat merindukan sentuhan Glass, sentuhan yang membuatnya mabuk kepayang dan merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia.“Aku akan melakukannya dengan lembut, aku tidak ingin membuat calon anak kita terganggu.”Kalimat Glass membuat Bening seolah mendapat durian runtuh, wanita itu mengangguk berkali-kali. Ia bahkan memejamkan matanya malu, saat jemari Glass mulai bergerak lincah menyentuh p
🍷Selamat Membaca🍷“Ah bocah itu, bisa saja dia mencari akal untuk membuatmu kasihan.”Glass membuang muka, entah kenapa dia yang sudah sebesar itu bisa merasa kesal dan cemburu ke anak kecil seperti Maha. Bening pun hanya bisa meliriknya dengan tatapan memelas. Hati kecilnya tidak bisa menolak permintaan Gama tadi. Mungkin karena dia juga akan menjadi seorang ibu, jadi dia lebih perasa.Dengan setengah hati, Glass memutar kemudi menuju rumah Gama. Ia juga ingin memastikan sendiri bagaimana kondisi Maha yang dia juluki sebagai pebinor cilik itu. Namun, belum juga melancarkan aksi Bening sudah menasehatinya sepanjang jalan. Glass diminta untuk tidak mengeluarkan kata yang bisa menyakiti hati Maha.Beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan rumah Gama. Rumah itu memang tak terlalu besar, berlantai dua dan memiliki halaman yang lumayan luas. Sesaat setelah turun dari mobil, Gama langsung berlari sendiri membukakan pintu gerbang. Pembantunya masih sibuk membujuk Maha untuk makan di
🍷Selamat Membaca🍷“Glass bangun! kita harus menjemput Mama Vero.”Bening menggoyangkan tubuh suaminya. Ia bahkan sengaja menempelkan rambutnya yang masih basah ke pipi Glass. Bibirnya tersenyum mendapati wajah damai Glass yang begitu sangat tampan dan rupawan. Tak sabar rasanya dia untuk mengetahui jenis kelamin bayi kembarnya. Jika laki-laki sudah pasti akan setampan pria yang susah dibangunkannya ini.“Glacio, sayang! Kamu berjanji menjemput Mama Vero.”Bening memindai wajah Glass, dia bahkan mengetuk hidung bangir pria itu dan memberikan sebuah kecupan di kening.“Hei … bangun!”Bukannya segera membuka mata, Glass malah tersenyum. Ia merengkuh pinggang sang istri lantas membantingnya ke ranjang. Terang saja Bening pun melebarkan netranya. Glass yang masih tidak sadar dengan apa yang baru saja dia lakukan malah tersenyum, tapi beberapa detik kemudian seketika melebarkan bola mata. Wajahnya berubah cemas. Ia bahkan langsung berdiri.“Be, apa ada yang sakit? ah … aku benar-benar bod
🍷Selamat Membaca🍷“Jangan sembarangan Glass.”Embun tidak terima dengan tuduhan sang ipar ke sepupu suaminya. Ia mengenal Gama bahkan dulu saat masih duduk di bangku SMA, pria itu pernah menyatakan cinta padanya. Gama pria normal, hanya saja terlalu tertutup dengan kehidupan pribadi.“Aku yakin anak itu dia ambil hanya untuk menutupi kelainannya,” ucap Glass lagi.“Sayang!” Bening mendelik, dia menggeleng meminta suaminya untuk tidak berprasangka buruk terhadap Gama. Ia pun memilih mendekat ke arah Maha dan membuat Glass semakin heran.“Dasar anak itu!” gerutunya. Setelah itu Glass duduk di meja yang tak jauh dari sana untuk kembali bekerja. Meski Bening memintanya pergi ke kantor, tapi pria itu menolak dengan alasan ingin memantau perkembangan kesehatan sang istri. Kini ada Maha yang datang membuat Glass semakin tidak ingin jauh dari Bening.Serius? dia cemburu dengan seorang anak berumur lima setengah tahun dan dianggapnya pebinor.Mata Glass sesekali melirik Bening yang membelai
🍷Selamat Membaca🍷“Aku mau jeruk, Sa … yang.”Bening ragu meminta buah itu ke Glass, sudah seharian dia menginap di rumah sakit padahal bisa saja dia pulang setelah perutnya tidak melilit lagi semalam, tapi mau bagaimana lagi suami berondongnya itu sangat ketakutan hingga tidak memperbolehkannya pulang sebelum benar-benar pulih.“Apa kamu mau makan yang asam-asam? Tidak sayangkah kamu pada perutmu dan dua mahkluk yang sedang bertumbuh di dalam sana?”Bening menelan saliva, dia hanya bisa diam dan bergumam dalam hati, awas saja jika nanti anaknya ileran, dia akan selalu mengingat hari ini. Hari di mana daddy mereka tidak memberikan buah bundar berwarna orange yang menggiurkan itu.Rea yang datang untuk melihat kondisi sang putri pun hanya bisa menahan tawa, dia cukup bahagia melihat bagaimana cara Glass memperlakukan Bening. Ia yakin umur hanyalah angka, Glass yang seperti itu membuatnya yakin bahwa pria itu bisa menjaga keluarga kecil mereka nanti.“Mama pulang dulu, kabari jika kal