"Tidak, Dad. Itu tidak mungkin!" Reksa bersikukuh membantah. "Shanum sangat mecintaiku, dia tidak mungkin menceraikanku."Arjuna mendengkus guyon mendengar kepercayaan diri Reksa yang terlampai luber. Nampaknya, Shanum terlalu memanjakan pria ini, hingga sangat yakin jika putrinya tak akan bisa hidup tanpanya."Sudah kubilang, Shanum sudah tidak mencintaimu.""Itu tidak mungkin!""Terserah kau mau percaya atau tidak. Faktanya, Shanum memang akan menceraikanmu."Reksa menggeleng cepat. Tetap tak ingin percaya apa pun ucapan Arjuna. Dia masih sangat yakin jika Shanum masih mencintainya. "Daddy tidak usah berbohong lagi. Sampai kapan pun aku tak percaya jika Shanum akan menceraikanku. Apalagi saat ini aku tahu dia sedang mengandung bayiku!" ungkap Reksa dengan pongah. Arjuna dan Frans tertegun beberapa saat. Agak kaget tentang fakta barusan. Dari mana Reksa tau tentang kehamilan Shanum. Bukannya, Shanum sendiri katanya masih merahasiakan hal ini dari Reksa. "Memang kenapa kalau dia se
Setelah puas menghajar, Frans melempar Reksa ke luar gerbang mansion tersebut seperti seonggok sampah yang tak berguna. Tenang saja! Frans tidak membuat Reksa patah tulang, atau memisahkan beberapa bagian tubuh pria itu dari tempatnya, kok. Hanya di buat babak belur saja sampai wajah songong Reksa bonyok hampir tak bisa di kenali. Seperti kata Bos Arjuna, 'Hanya Hajar, Jangan Sampai Mati atau Cacat!'. Nah, Frans hanya melakukan tugasnya. Meski ya ... entah Frans yang terlalu kuat atau memang si Reksa saja yang lembek macam squishy. Di tonjok dikit, udah penyok itu muka."Pergi!" usir Frans tegas.Pria itu juga melempar semua barang bawaan Reksa tadi ke arah si punya dengan kasar. "Bawa juga barang-barang sampahmu itu, tuanku tidak butuh!"Reksa tak membalas, hanya bisa menatap Frans dengan sorot lemah dan nafas yang tersengal-sengal. Berusaha tetap mengisi rongga dada dengan udara meski rasanya sesaakkk sekali. Entah berapa kali tadi Reksa muntah darah. Ia tak ingat. Maka dari itu,
Malas berdebat dengan Rima yang pasti akan panjang dan tak akan mau mengalah, Hendra memilih meletakan Reksa pada sofa di ruangan tersebut dan segera pergi dari tempat itu."Hei, mau kemana kamu? Ini urusan Reksa bagaimana? Kamu harus tanggung jawab!" Rima meneriaki Hendra yang sudah bersiap pergi. Seandainya tak ada jarum infusan di tangan, wanita itu pasti sekalian mencekal lengan Hendra. "Aku sudah melakukan tugasku sebagai seorang ayah. Menjemput dan mengobatinya. Sekarang giliran kamu yang melakukan kewajibanmu sebagai seorang istri. Didik anakmu ini dengan benar. Jangan tahunya hanya mengganggu orang terus," sahut Hendra dingin. Tak ada lagi kehangatan atau kelembutan dalam suara dan sikapnya. Padahal dulu, Hendra selalu berusaha lembut dalam menegur keluarganya. Kekecewaan yang mendalam sudah merubah Hendra."Maksudnya?" Meski sempat kaget menghadapi perubahan sikap Hendra. Rima tetap bisa melayangkan pertanyaan bernada bingung itu pada sang mantan suami."Aku tak yakin kau
Reksa berusaha mengejar sang ayah meski dengan terseok. Akibat pukulan-pukulan Frans memang masih sangat membuatnya kepayahan untuk bergerak cepat. Dokter pun menyarankan dia istirahat lebih banyak. Apa mau dikata. Saat ini dia harus bisa menyusul papanya demi meminta bantuan lagi. Akan tetapi kali ini bukan perkara rujuk dengan Shanum. Melainkan bantuan pembayaran administrasi rumah sakit sang mama. Mama Rima di rawat seminggu lebih dengan luka bakar tak main-main. Sempat masuk ruang ICU karena tubuh Mama Rima kehilangan banyak cairan. Hingga dokter pun harus memberikan terapi infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Terapi infus ini mengandung elektrolit seperti kalium, natrium, dan klorida.Sebenarnya Mama Rima juga harus melakukan operasi cangkok kulit untuk mengganti jaringan parut di area luka bakar dengan kulit sehat dari bagian tubuh lain. Akan tetapi mengingat kondisi keuangannya yang sedang gonjang ganjing, Reksa pun menunda operasi tersebut. Biarlah, untuk saat ini Ma
Nyatanya, Mama Rima disambut ketus oleh Ayu ketika baru saja tiba. Wanita itu ternyata tak mau menerima kehadirannya dan Reksa. "Kamu kan tahu perusahaan aku lagi pailit. Bukannya membantu malah nambahin beban aja!" tukas Ayu pedas ketika Reksa mengutarakan niatnya. Sejujurnya keputusan membawa Mama Rima tinggal bersama Ayu memang ia ambil sendiri. Tak pernah Reksa meminta ijin atau mendiskusikannya pada Ayu. Hemat Reksa adalah, Mama Rima kan Mamanya jadi Ayu harusnya bersedia menerima kehadirannya juga di sana. Toh, wanita itu tau kalau rumah Mama Rima sudah habis terbakar. "Kamu kok gitu ngomongnya, Yu? Gimana pun Mama itu Mama aku. Mama kamu juga. Ingat! Sekarang kamu itu istri aku!" Reksa pun membalas tak kalah keras."Ya kalau gitu talak aja aku sekarang. Aku sih nggak masalah. Toh, kamu juga udah nggak ada gunanya. Rumah nggak ada, kerjaan juga nggak punya. Apalagi coba, yang bisa di harapkan dari kamu? Nggak ada!" tandas Ayu dengan berani. Ia yang saat ini sudah merasa dek
Rima mulai menjalani hari yang keras di rumah Ayu. Ia yang awalnya sudah memikirkan banyak rencana mengerjai Amanda, kini semua seolah berbalik menimpa dirinya. Faktanya, bukan hanya Rima saja yang benci pada Amanda. Menantu yang dulu sempat menjadi kesayangannya itu pun merasakan hal yang serupa.Amanda yang merasa dibuang saat terpuruk pun begitu benci pada Rima. Padahal, dulu ia menggunakan uang Shanum juga demi menyenangkan hati wanita tua itu. Namun, apa balasannya? Saat Amanda tercyduk, Rima malah tutup mata.Sudahlah dibuang orang tua, mertua yang dibela-bela setengah mati pun malah abai. Siapa yang tidak akan marah dan benci, coba?"Cuih! Sialan! Siapa yang memasak? Kenapa asin begini? Mau bikin aku kena darah tinggi, hah?!" raung Ayu pagi itu. Ketika menemukan sarapannya terasa asiinnn sekali."Mbok Yem! Kamu yang biasa memasak, kan?!" tuduhnya pada Mbok Yem, yang memang juga ikut Ayu sejak rumah Rima kebakaran.Kalau di pikir-pikir Ayu itu sudah seperti tempat penampungan, Y
"Turutin aja apa kata Ayu, Ma. Daripada nanti di usir. Mama mau? Lagian cuma beresin gudang doang, kan? Apa susahnya?"Tapi, Sa--""Ck, sudahlah, Ma. Jangan ganggu aku lagi. Aku lagi banyak kerjaan!" Rima pun terhenyak dengan hati nanar mendapat perlakuan Reksa yang abai pada keluhannya. Padahal, Rima melakukannya agar mendapatkan pembelaan, serta berharap Reksa mau membantunya membujuk Ayu agar melupakan hukuman untuknya. Dipikir bagaimana pun, Rima benar-benar tak akan sanggup membereskan gudang belakang itu seorang diri. Karenanya, dia pun mencoba menemui Reksa dan meminta bantuan. Akan tetapi siapa sangka? Anak yang sedari dulu selalu menjadi kebanggaannya, diagung-agungkan, dimanja melebihi anak lain. Kini malah abai dan sinis padanya. Bahkan, sejak masuk rumah ini seolah lupa pada ibu yang sudah melahirkannya ke dunia. Padahal tahu ibunya dijadikan pembantu oleh istrinya sendiri. Akan tetapi Reksa tak pernah sekali pun menemui dan bertanya tentang kabarnya di rumah itu? Cap
Reksa bersiul senang ketika mendengar laporan dari orang suruhannya terkait keputusan hakim hari ini. Semua berjalan sesuai rencananya. Sekarang tinggal tunggu saja Shanum atau orang tuanya menghubungi Reksa untuk memohon-mohon. Haaahhh .... dia akan kembali kaya pokoknya!"Jadi tidak sabar," gumamnya dengan senyum lebar dan mata berbinar terang penuh keyakinan.Ya! Semua yang terjadi memang sudah Reksa rencanakan sedemikian rupa. Dia sengaja membuat sidang alot agar baik Shanum atau orang tuanya kesal. Setelah itu salah satu dari mereka pasti menelepon Reksa dan memintanya tak berulah lagi.Reksa sangat menunggu momen itu, karena akan ia manfaatkan sebaik mungkin. Rencananya ia akan kukuh meminta rujuk. Akan tetapi kalau Shanum tetap tak mau, maka Reksa akan meminta sejumlah uang atau salah satu aset berharga keluarganya.Briliant, bukan? Dengan begitu, Sekalipun Reksa tak bisa mendapatkan Shanum lagi, ia akan tetap untung. Reksa yakin, Pak Arjuna pasti akan menuruti maunya demi pu
Shanum menatap akta cerai yang baru saja dikirim Geo dengan perasaan ... entah. Satu sisi, dia lega akhirnya bisa lepas dari suami dan keluarganya yang toxic. Namun, satu sisinya lagi ada sedih yang merayap di sudut hatinya.Bukan, ini bukan karena Shanum masih cinta dengan Reksa. Sungguh! Cinta untuk pria itu sudah terkikis banyak akibat kekecewaan yang terus menerus di torehkan. Sisanya, Shanum yakin hanya butuh waktu saja untuk menghilangkannya dengan sempurna. Lalu apa yang membuat Shanum sedih? Mungkin karena mengingat pernikahannya yang hanya bisa ia pertahankan seumur jagung saja. Bagaimana pun, di dunia ini siapa sih yang ingin gagal dalam pernikahan? Siapa pun orangnya pasti punya keinginan hanya menikah satu kali seumur hidup, kan? Begitu pula dengan Shanum. Apalagi mengingat ia sudah berkorban banyak dan kini ....Shanum refleks melihat ke arah perutnya yang mulai membuncit. Shanum lalu mengusap perutnya dengan sayang. "Maafkan Mama karena tak bisa memberikan keluarga yang
Tubuh Reksa seketika membeku sambil melirik dua kakinya dengan refleks. Pria itu menelan saliva kelat membayangkan jika bagian tubuhnya itu dipatahkan. "Mungkin memang harusnya ku patahkan saja, ya? Ah, kurasa aku memang terlalu baik hari ini," desah Frans dramatis.Mata Reksa melotot horor. Saliva semakin kelat saat ia telan dengan refleks. "Jangan! Jangan! Aku mohon! Jangan patahkan kakiku!" hibanya kemudian. Tak sanggup rasanya jika hidup dengan dua kaki yang cacat. Pikirnya, buat apa tetap hidup jika cacat. Sudahlah sekarang miskin, cacat pula. Lebih baik mati daripada hidup seperti itu."Tapi tadi kau menyalahkan aku karena menculikmu hari ini." Frans berakting seolah tengah bersedih akibat tuduhan Reksa. Reksa pun gelagapan. "Maaf! Maaf! Tolong maafkan aku! Aku ... tidak bermaksud tadi. Aku hanya ... hanya ...." Reksa bingung merangkai alasan. Faktanya, masih ada kekesalan dalam dirinya pada Frans. Sebab ulah pria itu ia gagal mempertahankan rumah tangganya. Bahkan rencana m
Dengan uang yang pas-pasan. Reksa menyetop taksi yang lewat. Padahal sebenarnya di sana banyak tukang ojeg yang pasti lebih murah dan ongkosnya nyaman di kantong. Akan tetapi, karena tak ingin penampilan paripurnanya ternodai debu jalanan dan terik matahari. Reksa memilih menghabiskan sisa uangnya untuk naik taksi.Perkara pulangnya, nanti kan ada Shanum. Setelah rujuk nanti, Reksa bisa meminta uang Shanum seperti yang sudah-sudah. "Pengadilan agama, Bang!" terang Reksa riang sekali."Siap, Pak!" balas si sopir taksi sopan.Tidak ada yang mencurigakan. Taksinya bagus dan nyaman, sopirnya juga ramah. Semua berjalan lancar awalnya. Hingga tiba-tiba di tengah perjalanan, tepatnya di jalanan sepi, taksi yang Reksa tumpangi mendadak berhenti tanpa komando."Loh, Pak. Kenapa berhenti? Ini kan--"Ceklek!Belum sempat Reksa merampungkan kalimatnya. Tiba-tiba pintu samping kemudi dan tempat duduknya terbuka, lalu masuk seseorang yang lumayan Reksa kenal. "Kau--""Hai, long time no see!" sela
Reksa mengecek ponselnya berkali-kali sejak kemarin. Hingga hari ini, sudah terhitung ratusan kali ia mengecek ponselnya, bahkan sampai memantau dengan seksama hingga matanya perih. Seolah mengedip pun tak rela karena tak ingin melewatkan satu detik pun menatap layar ponselnya tersebut. Hal itu bukan karena Reksa sedang jatuh cinta atau menunggu hadiah doorpize dari lotre yang iseng ia beli. Melainkan karena .... "Kenapa belum ada, ya? Padahal besok sudah mulai sidang lagi." Reksa mulai tidak sabaran menunggu notifikasi dari Shanum ataupun Arjuna. Reksa heran sekaligus bingung kenapa dua orang itu belum menghubungi seperti prediksinya? Padahal semua dirasanya sudah sesuai rencana. Apa memang Pak Arjuna atau Shanum sudah tidak perduli dengan jalannya sidang yang alot? Tetapi ... ah, itu tidak mungkin. Pebisnis besar seperti Pak Arjuna biasanya ingin semuanya berjalan cepat, kan? Karena baginya waktu adalah uang. Lalu, kenapa mereka belum menghubungi untuk memberi penawaran? Atau
Melihat akun di web ilegal yang ia buat dan aksi kejam yang Mahesa buat. Otak pintar Ayu berputar cepat membuat sebuah pemikiran. Mahesa dan Shanum punya sebuah hubungan! Akan tetapi hubungan seperti apa? Setahu Ayu, Mahesa bukanlah orang-orang dari lingkaran keluarga Setiawan atau pun sejawatnya. Dia orang baru di dunia bisnis tanah air setelah sebelumnya sukses di luar negeri. Nama belakang Mahesa pun adalah Respati. Bukan Antonio, Anderson, atau Wiese. Nama-nama yang memang bukan rahasia umum lagi punya hubungan kental layaknya keluarga dengan Setiawan.Lalu, kenapa tiba-tiba Mahesa ikut campur begini? Ada apa? Siapa dia sebenarnya?"Jadi ... kamu melakukan ini semua untuk membalas dendam atas nama dia!" tebak Ayu kemudian dengan marah. Ada rasa cemburu yang menelusup hati. Bagaimana tidak? Lagi-lagi pria hebat yang ia incar ternyata punya hubungan dengan Shanum. Entah itu teman sejawat keluarganya atau memang sekedar kenalan. Hal itu membuat Ayu jadi iri. Kenapa? Kenapa gadis
"Lepaskan! Lepaskan! Aku mohon! Lepaskan aku!"Ayu terus meronta. Meminta dilepaskan dari kuncian Mahesa karena tak sanggup melihat semua rekaman dalam layar besar di hadapannya. Meski semua rekaman itu menampilkan dirinya sebagai peran utama. Akan tetapi, justru karena itulah Ayu tak sanggup melihatnya.Ayu mual! Ingin muntah dan tiba-tiba merasa jijik pada dirinya sendiri kala mengingat momen-momen yang ia lewati dalam rekaman tersebut. Bagaimana tidak? Di sana? Di dalam rekaman itu. Terlihat Ayu sedang bergumul dengan seorang pria yang ia kira Mahesa selama ini.Tenyata Ayu salah. Pria itu bukan Mahesa, pria pujaannya. Melainkan orang lain yang tidak Ayu kenali sama sekali. Dan sialnya bukan hanya satu pria. Ada banyak! Bahkan tiap rekaman, prianya pasti berbeda. Namun yang lebih membuat Ayu mual lagi. Tampilan mereka seperti gembel!Iya, gembel! Pakean compang-camping! Wajah kumel, kotor, dan ... hoek! Bahkan untuk mendeskripsikannya saja Ayu tak sanggup. Ia benar-benar mual seka
Sebenarnya, Mahesa sempat sangat marah pas tahu Ayu ternyata masih menampung suami dan mertuanya. Pria itu bahkan ingin memutuskan hubungan mereka. Beruntung Ayu hamil di saat yang tepat. Hingga Mahesa pun tak bisa meninggalkannya begitu saja. Akan tetapi ya ... itu dia, syaratnya Ayu harus segera mengusir suami dan mertuanya dari rumah. Jika tidak, Mahesa tidak akan memperdulikan Ayu lagi meski hamil anaknya. Maka dari itu Ayu pun segera mengusir Reksa dan Rima sebelum Mahesa berubah pikiran lagi. Karena ia tak ingin kehilangan kesempatan menjadi Nyonya Mahesa. Lagipula memang tidak ada gunanya juga terus mempertahankan dua orang itu. Toh, Rima sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi tenaganya. Wanita tua itu makin lemah dan sepertinya sudah sakit-sakitan. Sementara Reksa? Ah, pria itu memang bisanya jadi beban istri saja. Jadi, memang sudah tepat jika Ayu segera mengusir mereka. Anggap aja buang beban."Mbok, malam ini saya tidak pulang. Jadi tidak usah masak makan malam," titah Ayu s
Rahang Reksa menegang keras karena amarah. Sejujurnya egonya sedikit tersentil oleh perbuatan Ayu. Bisa-bisanya wanita itu hamil anak pria lain di saat masih berstatus istrinya.Saat pertama kali Reksa berhubungan badan dengan Ayu, wanita itu memang sudah tak suci sepertinya. Karena gampang sekali bagi Reksa memasuki bagian inti wanita itu. Sungguh berbeda saat melakukannya pertama kali dengan Shanum. Bahkan sampai terakhir kali melakukannya dengan Shanum pun, rasanya tak selonggar itu. Hal itu seolah memberitahunya jika Ayu sebenarnya cukup liar. Reksa saja yang tidak terlalu mengenal Ayu. Itulah kenapa, sejak malam penggerebekan, Reksa memang tak pernah menyentuh Ayu lagi. Buat apa? Tidak ada rasanya.Wajar sebenarnya kalau Ayu akhirnya hamil di luar nikah. Hanya saja, kenapa saat statusnya masih menjadi istri Reksa. Kan, Reksa jadi tersentil ya. Seperti tak bisa memuaskan istri saja, hingga sang istri harus mencari pria lain di luar sana."Menjijikan kau Ayu!" desis Reksa kemudian
Reksa bersiul senang ketika mendengar laporan dari orang suruhannya terkait keputusan hakim hari ini. Semua berjalan sesuai rencananya. Sekarang tinggal tunggu saja Shanum atau orang tuanya menghubungi Reksa untuk memohon-mohon. Haaahhh .... dia akan kembali kaya pokoknya!"Jadi tidak sabar," gumamnya dengan senyum lebar dan mata berbinar terang penuh keyakinan.Ya! Semua yang terjadi memang sudah Reksa rencanakan sedemikian rupa. Dia sengaja membuat sidang alot agar baik Shanum atau orang tuanya kesal. Setelah itu salah satu dari mereka pasti menelepon Reksa dan memintanya tak berulah lagi.Reksa sangat menunggu momen itu, karena akan ia manfaatkan sebaik mungkin. Rencananya ia akan kukuh meminta rujuk. Akan tetapi kalau Shanum tetap tak mau, maka Reksa akan meminta sejumlah uang atau salah satu aset berharga keluarganya.Briliant, bukan? Dengan begitu, Sekalipun Reksa tak bisa mendapatkan Shanum lagi, ia akan tetap untung. Reksa yakin, Pak Arjuna pasti akan menuruti maunya demi pu