"Apa kabar, tuan Holland?" Sapa Jason.
Jason tersenyum melihat kedatangan Holland dan Franco. Namun sepertinya Holland dan Franco tidak senang melihat kehadirannya. Jason yang merasa sapaannya tak di gubris pun mengangguk kecewa. Ia berjalan mendekati Franco, lalu membetulkan dasi Franco yang sedikit miring.
"Sifat seseorang terlihat dari bagaimana dia berpakaian." Gumam Jason.
Franco menatap Jason dengan tajam. "Apa maksud mu?"
Jason memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. "Selesai. Sekarang letaknya sudah sejajar."
Jason menepuk-nepuk bahu Franco. Lalu ia membungkukan tubuhnya sebagai bentuk hormat pada Holland. Sebelum kembali masuk ke dalam rumah tersebut, Jason menyempatkan diri berpesan pada Holland dengan berbisik ke telinga nya.
"Sebaiknya jangan memaksakan diri. Wajahnya sangat busuk sampai ulat itu sangat bergairah tinggal disana." Ujar Jason.
Sesaat sebelum pengintaian...Jean dan Watt berada di kamarnya yang cukup luas. Mereka duduk di lantai dengan laptop di depannya. Jean terus saja menggerakan jarinya di keyboard. Hingga akhirnya layar berwarna hitam, lalu muncul data pribadi seseorang. Ternyata Jean dan Watt sedang berusaha mencuri data dari Departemen Kepolisian Chicago. Berkat kepintaran Jean, kini mereka memiliki data lengkap anggota tim Delta dan juga Franco. Setelah itu mereka segera mencetak file itu dengan printer yang kebetulan ada di dalam kamar tersebut.Jean mengamati setiap data yang berhasil mereka cetak. Lalu Watt menunjukan tempat kelahiran Dave yang ternyata adalah kota Buford. Dave lebih tua tiga tahun dari Jason, artinya Dave pasti mengetahui kasus pembunuhan tersebut."Menurutmu apa alasan dia bergabung dengan pasukan khusus?" Tanya Jean.Watt yang kini mengambil alih laptop itu pun menoleh ke arah Jean yang masih
Jean terus menatap ke arah sosok yang ada di belakangnya tersebut. Perlahan tangannya seperti akan meraih sesuatu di saku celana nya. Namun sosok itu tak menyadarinya sama sekali. Kemudian setelah berhasil meraih benda yang ada di sakunya, Jean segera menyemprotkannya ke mata sosok tersebut. Sosok itu meronta-ronta kesakitan sambil memegangi matanya. Hal itu membuat seluruh pengunjung rumah makan menjadi panik. Sedangkan Jean dan Watt segera berlari keluar dari rumah makan tersebut. Mereka berlari sekencang mungkin untuk menuju mobil.Saat tiba di dalam mobil, Jean dan Watt segera tancap gas meninggalkan tempat itu. Jean menarik nafas dan menghembuskannya perlahan secara berulang-ulang. Watt yang ada di sampingnya pun bingung."Mengapa kau melakukan itu?" Tanya Watt.Jean yang masih terengah-engah pun mengisyaratkan Watt untuk jangan bertanya lagi. Jean melajukan mobilnya ke rumah Tangan Kanan dengan kecepatan yang stabi
Franco menatap mata Jason dalam jarak yang sangat dekat. Franco dapat merasakan emosi yang ada dalam diri Jason. Franco menggenggam tangan Jason, ia berusaha melepaskan cengkraman di lehernya. Namun buka lepas, cengkraman itu semakin mengerat hingga Franco semakin sulit bernafas."Lakukanlah... Mereka akan tahu kau membunuhku...." gumam Franco dengan sisa tenaga nya.Jason tersenyum melihat Franco yang sudah mulai melemah. "Setidaknya aku membunuh mu."Franco hanya tertawa tanpa suara sambil terus berusaha melepaskan tangan Jason yang mencengkram kuat lehernya. Franco merasakan seperti dirinya tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi. Franco akhirnya terbatuk saat kehabisan nafas.Bugh!Akhirnya Jason melepas cengkramannya dari leher Franco saat sebuah tas mendarat di wajahnya. Jason mengusap darah yang berasal dari pipinya. Jason mengambil tas yang berhasil melukai wajahnya ters
Kini Jason sudah berada di ruang bawah tanah bersama dengan Dave dan rekannya. Jason menodongkan pistol ke arah mereka berdua agar mereka tak memberontak. Jason kemudian memerintahkan Dave untuk mengikat rekannya itu di sebuah kursi listrik. Dave ingin sekali menolak, tapi moncong pistol kini sudah berada di pelipisnya. Akhirnya Dave mengikat rekannya tersebut. Berulang kali rekannya itu memohon pada Jason, namun Jason sama sekali tak menghiraukannya."Ingin bertukar tempat?" Tanya Jason pada Dave.Dave terlihat sangat kaget dengan ucapan Jason. "Ya?""Kau mau bertukar tempat dengannya?" Tanya Jason sekali lagi.Dave dengan cepat menggelengkan kepalanya. Setelah selesai mengikat rekannya, kini Dave di perintahkan untuk duduk di kursi untuk menonton. Jason menekuk jarinya sebagai pemanasan. Selain itu, ia juga melakukan jalan di tempat. Setelah selesai melakukan pemanasan, kini saat nya permainan di m
Jason berjalan menyusuri tangga di ruang bawah tanah. Kini ia sudah mengetahui siapa orang yang ada di belakang ini semua. Jason juga mengetahui bahwa tujuan utama mereka adalah untuk membunuhnya. Begitu pulang dengan Jean yang setuju untuk menyingkirkan Jason yang bisa menjadi bukti nyata masalah penelitian ilegal.Jason meraih ponselnya yang ada di saku celananya. Terdapat lebih dari 10 panggilan tak terjawab dari Lusiana. Jason memasukan ponselnya kembali ke dalam saku. Ia sudah berjanji tidak akan peduli dengan apa yang terjadi pada wanita tersebut. Jason yang sudah merasa lega pun membanting tubuhnya di sofa ruang tamu. Semua rasa lelahnya seakan terbayar dengan informasi yang ia temui dari rekan Dave.Saat Jason sedang memejamkan matanya, tiba-tiba suara bel mengganggu istirahatnya. Dengan malas Jason berjalan menuju pintu dan membukanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah Lusiana yang sedang menangis. Matanya yang sudah membengk
Pagi ini Jason terbangun di dalam kamarnya. Entah bagaimana dia bisa berada di kamarnya. Seingatnya, kemarin ia dan Lusiana hanya berada di ruang tamu. Saat Jason tengah menemani wanita itu makan, ia di beri sesuatu. Namun Jason masih tak dapat mengingat apa yang di berikan oleh Lusiana. Jason memaksakan tubuhnya untuk bangkit, namun kepalanya terasa sangat berat.Jason memegangi kepalanya. "Ah sial... obat tidur."Jason menggelengkan kepalanya berulang kali untuk menghilangkan rasa pusingnya. Lalu ia berjalan menuju ruang bawah tanah dengan kepala yang terasa pusing. Namun ia melihat pintu di ruang bawah tanah itu terbuka. Lampu di sekitarnya juga menyala, itu artinya ada seseorang di dalam ruangan tersebut. Jason segera membuka jalan menuju ke ruang rahasianya yang berada di bawah ruangan tersebut.Jason menuruni anak tangga melingkar itu dengan cepat tanpa takut terjatuh. Kemudian pemandangan pertama yang ia lihat ada
Pagi ini Jean memutuskan untuk mencari Jason yang tak kunjung pulang ke rumah. Jean memang terbiasa tak melihat putra nya tersebut, namun ia juga memiliki perasaan khawatir. Watt yang masih tertinggal di dalam rumah pun berlari mengejar Jean yang sudah berada di mobil. Jean berdecak sebal saat melihat Watt yang sedang berlari tergopoh-gopoh ke arahnya. Jean segera turun dari mobil dan menghampiri Watt."Aku ingin mencarinya sendiri!" Tegas Jean.Watt menggaruk tengkuknya. "Tapi kau tidak punya SIM."Jean mengambil dompetnya, lalu mengeluarkan kartu berukuran persegi panjang. Jean dengan bangga menunjukan kartu itu ke depan wajah Watt."Bagaimana bisa seorang detektif tidak memiliki kartu SIM?"Watt yang nampaknya tak mau berada di rumah itu sendiri pun mencoba mencari alasan lain. "Bagaimana jika tulang belakangmu bermasalah lagi?"Jean mengernyitkan da
Jason mengemudikan mobilnya tanpa tujuan. Sama sekali tak ada tempat yang ingin dia kunjungi selain rumah Lusiana. Ia sangat ingin mempertanyakan kebenaran dengan yang ada di video tersebut. Jason memang mencintai Lusiana, namun cinta nya seperti bertepuk sebelah tangan. Jason sudah sangat berusaha untuk menjaga Lusiana dengan baik. Tapi ternyata Lusiana membalasnya dengan sangat menyakitkan.Jason menepikan mobilnya di depan sebuah rumah makan yang pernah di datangi nya bersama Lusiana. Lewat dinding kaca, Jason dapat melihat kursi yang menjadi tempat duduknya. Lalu Jason mengingat bagaimana dirinya di tolak. Bersamaan dengan itu, ingatan tentang video yang di beritahu oleh Eliza terus mengiris hatinya.Jason segera memasuki rumah makan itu. Seperti manusia normal lainnya, Jason memesan makanan lalu duduk di kursi yang kosong. Saat dia ingin duduk di kursi yang terletak menempel dengan dinding, tubuhnya seakan memaksa nya duduk di kur
Hari sudah berganti menjadi pagi. Jason dan Lusiana membawa tubuh Jean yang sudah tak bernyawa ke kabin yang dulunya laboratorium. Jean memang tak minta di makamkan disana, tapi Jason berinisiatif untuk memakamkannya disana. Jason juga sudah menyiapkan lubang di samping kabin untuk makam ayahnya. Jason membuka pintu kabin yang sudah rusak itu. Jason memasuki sebuah ruangan rahasia di dalam kabin tersebut. Lalu ia melihat sebuah peti yang sudah di siapkan oleh Jean bertahun-tahun lama nya. Rupanya peti itu yang pernah di ceritakan oleh Jean padanya. Jason ingin menggunakan peti itu, tapi terlalu berat untuk di angkat berdua dengan Lusiana. Akhirnya Jason dan Lusiana sepakat untuk mengubur Jean hanya menggunakan alas kain. Mereka tak bisa membiarkan siapapun tahu tentang kematian Jean. Jason dan Lusiana membawa tubuh Jean keluar dari mobil. Lalu mereka merebahkan tubuh Jean di atas sebuah kain. Jason menatap Jean yang sudah sangat pucat tersebut. Tubuh Jean
Jean tiba di depan rumah Jason dengan perasaan yang gelisah. Ia segera memasuki pekarangan rumah itu. Saat itu matahari sudah mulai berada cukup tinggi. Jean membuka pintu yang tak terkunci tersebut. Tapi ia sama sekali tak bisa menemukan Jason. Jean pun berkeliling di rumah itu sendirian untuk mencari keberadaan Jason. Tangan Kanan yang belakangan ini selalu mengikutinya itu sudah kembali ke rumahnya. Jean bahkan sudah berpamitan dengan Tangan Kanan. Mereka tidak akan bertemu lagi karena semua masalah sudah selesai, lalu Jean pun akan kembali ke San Francisco.Setelah cukup lama mencari, Jean pun mulai lelah. Ia sama sekali tak menemukan sosok Jason di rumah tersebut. Jean memilih bersantai di sofa ruang tamu yang begitu menggoda. Jean meraih ponsel Watt yang ada di sakunya. Kemudian ia membuka semua gambar di galeri nya yang berisi kenangan tersebut. Jean menghela nafasnya yang terasa berat saat melihat fotonya bersama Watt di taman Tangan Kanan. Saat it
Jason kembali ke lantai atas setelah bermalam di ruang bawah tanah. Ia bergegas menuju halaman rumahnya. Pagi ini Jason merasakan semua beban di tubuhnya menghilang. Ia bisa tersenyum lepas menatap matahari yang masih malu-malu menampakan dirinya. Jason memejamkan matanya, merasakan sensasi udara pagi yang begitu segar. Lalu Lusiana muncul dari pintu dengan kondisi yang masih berantakan. Nampaknya wanita itu baru saja bangun dari tidurnya.Jason menghampiri Lusiana yang tersenyum ke arahnya. Sebenarnya Lusiana sempat marah padanya sejak insiden penjagalan anggota tim alpha. Namun sepertinya Lusiana sudah bisa melupakan semuanya saat ini."Bagaimana tidur mu?" Tanya Jason.Lusiana melebarkan senyumnya. "Sangat tenang dan nyaman."Jason juga melebarkan senyumnya. "Bagus lah jika begitu."Jason berdeham pelan. "Bagaimana jika kita jalan-jalan hari ini?"
Setengah jam setelah Tangan Kanan mengusulkan ide nya, kini mereka berada di luar rumah Holland. Dari bola mata mereka terlihat kobaran api yang besar. Ternyata mereka lebih memilih membakar bangunan itu daripada mengebom nya. Jean dan Tangan Kanan terus menatap rumah yang terbakar tersebut. Jean sudah menghubungi pemadam kebakaran 5 menit yang lalu. Orang-orang di sekitar juga sudah mulai berkerumun melihat kebakaran tersebut."Kau sudah menghafal dialog nya?" Bisik Tangan Kanan."Belum. Kau cukup menyamakan jawaban dengan ku, kan?" Jawab Jean dengan pelan.Tangan Kanan menganggukan kepalanya. Lalu ia melanjutkan melihat pemandangan si jago merah yang begitu gagah melahap bangunan tersebut. Tak lama kemudian mobil pemadam kebakaran tiba disusul dengan mobil polisi beberapa menit kemudian. Tangan Kanan menatap Jean sekilas sambil mengacungkan ibu jarinya. Jean juga mengacungkan ibu jarinya. 
Sudah lebih dari 5 menit tapi Franco masih terlalu jauh untuk mencapai tangga. Waktu sudah menunjukan pukul 3 p.m. Jason merasakan perutnya terasa sakit. Ia sama sekali belum memakan apapun selama pulang dari rumah sakit. Jason pun berjalan melewati Franco yang masih berusaha melarikan diri dengan cara melata seperti ular. Jason menghembuskan nafasnya pelan saat berada di samping Franco. Kemudian ia segera menaiki anak tangga itu dengan cepat meninggalkan Franco di ruang bawah tanah itu bersama anggota tim alpha yang sudah tewas.Jason keluar dari pintu yang ada di belakang kulkas. Ia segera menghampiri Lusiana yang sedang berdiri memandangi lantai yang bolong. Jason tersenyum manis pada Lusiana, namun Lusiana hanya menatapnya sekilas."Maafkan aku." Ujar Jason.Lusiana mengernyitkan dahinya. "Untuk apa?"Jason menarik sudut bibirnya. "Aku tak menjawab pertanyaan itu. Sekarang
Franco dan tim alpha yang baru masuk ke rumah Holland itu pun terkejut setelah menonton siaran ulang. Mereka yang mengira Walikota berada disini pun akhirnya memilih untuk segera pergi ke rumah Jason. Tujuan utama mereka hanyalah menyelamatkan Walikota. Jean dan Tangan Kanan yang semula panik kini mulai bisa menghembuskan nafasnya dengan lega. Franco dan tim alpha itu sudah pergi dari rumah tersebut. Seandainya tidak ada siaran langsung itu, mungkin Franco dan tim alpha akan memeriksa bangunan tersebut. Lalu mereka akan menemukan ketiga orang yang sudah di bunuh oleh Jason.Diluar gedung, Franco bersama tim alpha itu sedang menyusun strategi. Mereka harus menyelamatkan Walikota dan menangkap Jason. Franco mengeluarkan selembar kertas dan pulpen dari sakunya. Lalu Franco menggambarkan sesuatu."Kita semua ada 8 orang, kita akan bagi menjadi 4 kelompok. Aku akan datang dari arah gerbang depan. Lalu kelompok 2 dan 3 akan masuk lewat
Jason mengambil ponselnya, lalu ia beranjak ke kamarnya. Di dalam kamarnya, ia melihat walikota yang sedang meringsut di kasurnya. Jason masuk ke kamarnya, lalu mengunci pinter tersebut. Walikota itu sangat panik saat melihat Jason sudah ada di dalam bersama nya. Jason meletakan ponselnya di atas meja yang bisa menangkap seluruh kamarnya. Kemudian Jason mengenakan topeng yang pernah di beli nya sewaktu kecil. Setelah menggunakan topeng, Jason menekan layar ponselnya. Jason melambaikan tangannya ke kamera saat siaran langsung di mulai."Selamat siang semuanya." Sapa Jason sambil melambaikan tangannya.Jason dapat melihat banyak sekali komentar, tapi ia tak bisa membacanya karena jarak yang cukup jauh. Jason sedikit menggeser tubuhnya agar para penonton bisa melihat walikota yang sedang ketakutan."Aku tidak akan menyakiti pak walikota. Aku hanya akan menanyakan beberapa hal padanya." Ujar Jason.
Jean merasa sangat resah saat ini. Sudah lebih dari 2 jam saat Jason memutuskan untuk menjemput Franco dan Walikota. Seharusnya ia menembak mati Jason saat diminta. Namun rupanya ia sama sekali tak bisa menyingkirkan iblise kecil itu. Jadilah kini ia yang sangat resah karena Jason tak kunjung kembali. Hanya ada dua kemungkinan saat ini. Kemungkinan pertama Jason tertangkap, lalu kemungkinan kedua Jason mati di tempat. Jean menghela nafasnya dengan kasar. Ia menatap Tangan Kanan yang tengah fokus memakan sesuatu di mangkuk. Jean pun menarik mangkuk itu dan mengambil alihnya."Itu punya ku." Ujar Tangan Kanan.Jean mengedikan bahunya. "Mengalah dengan yang lebih tua."Tangan Kanan hanya bisa mendengus pelan menatap mie instan nya yang sudah habis tak tersisa di makan oleh seniornya tersebut. Tangan Kanan bangkit dari kursi nya, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Ia lupa jika d
"Kau pernah menjadi sopir Holland?" Tanya Jason.Tangan Kanan menganggukan kepalanya. Ia baru saja memberitahu Jason tentang masa lalunya. Asal usul keluarga nya dan bagaimana dia bisa mengenal Jean. Sebenarnya pertemuannya dengan Jason saat itu memang sudah di rencanakan bersama Jean. Tangan Kanan sengaja menemui Jason yang masih kecil itu untuk berteman dengannya."Lalu mengapa kau di undang ke permainan?" Tanya Jason.Tangan Kanan mengedikan bahunya. "Mungkin dia takut rahasianya terbongkar."Jason menganggukan kepalanya, itu bisa jadi alasan yang sangat masuk akal. Pasti Holland sangat takut rahasia besarnya terbongkar oleh Tangan Kanan."Apa Holland pernah membunuh seseorang?" Tanya Jason.Tangan Kanan mengangguk. "Aku pernah di perintahkan untuk mengubur seorang wanita yang di jadikan eksperimen olehnya."