KETIKA KEMBALI KE dalam apartemen, Shizune sudah pergi. Kazuki juga sudah kembali ke dalam kamar. Kei sendiri terus berjalan untuk mencari keberadaan seseorang. Dia mendengar Airi memanggil Ethan begitu sampai di ruang makan. Perempuan itu sepertinya menginginkan penjelasan. Ethan tampak tidak menjawabnya. Prediksi Kei terbukti benar setelah dia melihat raut masam Airi. Perempuan itu kelihatan kesal. Dia bersungut-sungut selagi menggumamkan Ethan yang bertindak bodoh. Ekspresinya langsung berubah setelah mendapati kehadiran Kei.
Mata mengerjap. Airi langsung melangkah mendekat. Dia menatap lurus bekas luka yang hadir di tepi bibir sang pria.
“Kau membiarkannya memukulmu?” tanya Airi, terdengar tidak percaya.
Kei menarik senyum separuh.
“Dia mewakili keinginanmu, ‘kan?”
Airi memandangnya dengan mata menyipit.
“Ikut aku,” tuturnya, singkat.
Tanpa memperhatikan Kei, Airi sudah beranjak menuju kamar. Kei menaikkan sebelah alis sebe
Khusus untuk chapter ini ... ada yang mau disampaikan? Apakah kurang manis? ~
AIRI MUNGKIN TERLALU percaya pada Kei yang seolah dapat menahan hasratnya. Dia melupakan kesabaran sang pria yang kian menipis. Malam telah cukup larut ketika Airi selesai membereskan sisa makan malam. Perabotan kotor telah dicuci, dia juga telah berganti pakaian dan menghapus sisa riasan wajah. Beberapa saat lalu, Kei sempat menemui Kazuki lagi. Dia menghabiskan cukup banyak waktu dengan anak itu, mengobrolkan berbagai hal yang mungkin takkan dimengerti Airi. Airi menanyainya begitu dia kembali ke dalam kamar. “Kau tidak bicara macam-macam, ‘kan?” tutur Airi, mencoba memastikan. Dia sedang berdiri di depan cermin tinggi, menyisir rambut dengan perlahan. Kei mengamatinya, memperhatikan piyama satin yang dikenakan Airi. Jenjang kaki sang wanita tampak jelas dalam pandangan. Pahanya terekspos bebas, begitu pula pundak telanjangnya. Dia melangkah mendekat, menghampiri Airi dengan langkah lambat. “Apakah kau takut aku akan mencoba menghasutnya?” A
SUARA DETAK JAM dinding terdengar lebih kencang. Airi mengamati langit-langit ruangan, ruang kamar yang kini juga ditinggali sang pria. Euforia yang hadir mulai menurun. Airi merasakan kepalanya yang menjernih perlahan-lahan. Di hadapannya, Kei sedikit menarik diri. Dia mengecup masing-masing sudut bibir Airi, seolah tetap tak puas dengan hal yang telah terjadi. “Aku mencintaimu,” gumamnya, terdengar rendah, menggelitik telinga. Airi mengerjap, tak menyangka pada pengakuan yang tiba-tiba. Dia terdiam sesaat, kemudian balas bertanya, “Kau mengatakannya juga pada Kazahana?” Kei menatapnya heran. “Tentu saja tidak.” Airi hanya bergumam, tak kelihatan terganggu, seolah dia memang hanya penasaran. Kei menarik diri sepenuhnya dan berbaring di samping Airi. Dingin pendingin ruangan membuatnya menarik selimut untuk melingkupi setengah tubuh mereka. Dia menoleh saat merasakan Airi beringsut mendekat. Pandangan sang wanita tertuj
AIRI TAK MENDAPATI keberadaan Kei ketika pagi tiba. Jam dinding masih menunjukkan pukul lima. Dia mengerjap, mencoba mengenyahkan sisa kantuk yang masih terasa. Telapak tangan meraba sisi tempat tidur. Dia merasakan seprai yang dingin, menandakan Kei yang telah cukup lama beranjak.Airi mengernyit ketika berasakan denyutan nyeri di kepalanya. Dia menegakkan diri, hendak menghubungi sang lelaki. Gerak tangan pada ponsel terhenti saat dia mendapati sabuk hitam yang masih tergeletak di atas tempat tidur. Kei sepertinya belum sepenuhnya pergi.Airi memutuskan untuk membasuh wajah dengan singkat. Dia keluar dari kamar mandi beberapa saat kemudian, merasa lebih terjaga sekaligus sadar pada pegal di sepenjuru tubuhnya. Kejadian tadi malam kembali terbayang. Telinganya menghangat dengan tiba-tiba. Airi menggeleng. Dia mengambil kardigan panjang sebelum beranjak d
AWAL HARINYA BERJALAN biasa saja, hingga dia menemukan ketidakberesan atas keberangkatan Kazuki.Berita mengenai pemanggilan Rodo Hasegawa ke kantor polisi telah menyebar pesat. Penangkapannya baru dilakukan hari Sabtu lalu. Akan tetapi, dua hari berikutnya berbagai platform berita sudah siap menayangkan liputan mendadak tersebut. Ucapan Kei memang benar adanya. Airi termenung ketika melihat tayangan berita melalui televisi kantor. Yugao, yang membawakan teh hangat untuknya, sempat memergoki dia yang melamun.Pandangan sang sekretaris lantas beralih pada layar televisi yang masih menayangkan berita. Dia mengerling pada atasannya.“Apakah Anda tertarik dengan keluarga Hasegawa, Ishihara-san?”Airi kontan mengerjap. Dia mendaratkan pandangan pada Yugao, baru tersadar atas kehadiran perempuan itu. Gelas berisi teh hangat yang dibawanya langsung membuat Airi mengerti. Dia mengingat pertanyaan awal Yugao, kemudian membalas, “Nama mereka sedan
KEI BARU MENYELESAIKAN urusannya dengan Tuan Huang ketika melihat berita kecelakaan mobil pariwisata Kogakuen Junior High. Ekspresinya tetap datar saat melihat siaran itu. Dia lanjut berjalan dan meminta sang asisten untuk langsung melajukan mobil. Tangannya merogoh saku, mengeluarkan ponsel untuk melihat pesan yang disampaikan Felix. Pada pesan itu tertulis tentangnya yang berhasil membawa Kazuki pergi tepat sebelum mereka berangkat. Anak itu baik-baik saja. Dia sedang berada di rumah pribadi Kei, kemungkinan besar sedang bertengkar dengan Ryosuke karena ikut-ikutan ke sana.Kei menahan dengkus. Prediksinya tentang insiden kecelakaan itu terbukti benar. Rodo sudah pasti sangat terpojok. Dia terlampau putus asa sehingga melakukan berbagai tindakan ekstrem. Pagi tadi, dia sudah mendengar kabar terbaru dari Detektif Harada. Rodo bersikeras tutup mulut dan langsung meminta kehadiran pengacara. Dia ingin langsung menempuh jalur hukum, kemungkinan besar merasa congkak seperti bias
SEBELUM KESADARANNYA HILANG, Airi tidak yakin kalau mereka berhasil menyelamatkan diri. Kilas kejadian itu masih pekat dalam ingatan.Sejak mengetahui ancaman yang hadir, dia selalu menyiapkan senjata tajam di dalam tas. Tindakan terakhirnya sebelum ledakan terjadi sangatlah gegabah. Dia menggunakan pisau lipat untuk memecah kaca depan mobil. Retakan yang tercipta dihancurkan sepenuhnya dengan kepalan tangan. Tenaganya sudah terkuras akibat menahan sesak. Dia tak bisa melihat ataupun mendengar dengan jelas. Airi hanya mengandalkan instingnya untuk bergerak. Dia membantu Yugao keluar dari dalam mobil melalui kaca yang telah pecah. Pada detik-detik terakhir, barulah dia menyusul. Mereka berdua sudah berhasil keluar ketika ledakan datang. Airi sempat membawa Yugao lari menjauhi mobil, bersamaan dengan hantaman ledakan yang membuat mereka terpental.Selain suara bising itu, Airi tak mengingat hal lainnya.Mata yang telah terbuka menatap kosong langit-langit ruangan.
“MEREKA MASIH MENARGETKANMU, aku tak bisa pergi begitu saja.” Adalah penjelasan Kei ketika Airi menyarankan agar dia tetap berangkat ke kantor. “Mereka takkan berhenti sampai Rodo mencabut perintahnya.”Pagi telah datang. Sudah sehari sejak Airi tiba di rumah sakit. Beberapa saat lalu, Dokter Araya sudah memeriksanya. Dia juga sudah sempat membersihkan diri. Kei bangun sedikit lebih awal darinya, membuatnya tidak yakin kalau pria itu benar-benar tidur. Kantung matanya sedikit menghitam. Airi tak perlu bertanya untuk tahu penyebabnya.Semua kondisi ini benar-benar membalikkan seluruh persepsi buruk Airi terhadap Kei. Kekhawatirannya terhadap pria ini mungkin memang berlebihan. Dia terlalu waswas sampai tak bisa sepenuhnya percaya. Sudah lama sejak dia melihat sisi lemah sang pria. Airi lupa, Kei bisa benar-benar berantakan kalau sudah terganggu oleh sesuatu.“Bukankah keterlibatan pamanmu akan cukup berdampak pada seluruh aset Hasena
“AKU SUDAH MEMINTA anak buahku di kepolisian untuk menghentikan penyelidikan, tapi dia tak bisa melakukannya! Seseorang mengancam akan membeberkan kecurangan yang selama ini dia lakukan kalau dia mencoba membantu kita.”Tak pernah sekalipun Rodo terbayang untuk menghadapi hak konyol seperti ini. Ekspresi wajahnya kaku. Dia mencengkeram erat gagang telepon rumahnya.“Apa katamu?” tanya Rodo, tidak percaya. “Siapa orang yang berani-berani mengancam?”“Aku tak tahu pasti. Dia tak mau buka mulut,” tandas sosok di seberang panggilan. Suaranya sama-sama terdengar frustrasi. “Waktu aku bertemu dengannya, dia langsung menolak. Dia tidak hanya tak mau kembali mengulurkan tangan untuk kita. Dia benar-benar ingin lepas dari kita! Bisa kau bayangkan?!” Ada hela napas berat yang terdengar. “Ancamanku padanya sudah tidak mempan. Dia sangat percaya diri ketika berbalik memunggungiku. Bah! Bocah keparat!”
EMBUSAN ANGIN SALJU tampak membekukan. Tumpukan es telah menutupi sebagian besar tanah lapang. Airi sedang memikirkan nasib tumbuhan di dalam rumah kaca yang dilihatnya ketika seseorang datang, membawakan seduhan teh panas untuk mereka berdua. "Teh hijau adalah favoritku. Kuharap kau menikmatinya juga." Mei Hasegawa tersenyum dan duduk di seberang Airi. Dia memperbaiki baju hangatnya, menyilangkan kaki, dan mulai menyesap minuman panas itu. Airi menghirup segar aroma teh. "Sebenarnya bukan favorit. Saya hanya sering mengonsumsinya saja." Airi sedikit mencicip, merasakan hangat yang memanja indra perasa. "Sering mengonsumsi akan membuatmu terbiasa," ujar Mei sambil melengkungkan senyum. "Ah, aku lupa mem
SEJAK MEREKA MENJALIN hubungan serius, Kei belum pernah semarah ini. Airi bisa menanganinya dengan mudah kalau mereka hanya dihalangi kesalahpahaman, bukan dihalangi oleh keputusan sepihak yang dibuatnya.Sikap diam Kei nyatanya jauh mengkhawatirkan dibandingkan dengan sikap tegasnya yang biasa. Karena kondisi ini, Airi bahkan mengubah rencana menginapnya dan Yugao. Dia tak menghabiskan waktu di penginapan kantor, tapi langsung melakukan check in ulang begitu urusan kerjanya di hari kedua selesai.Pesan balasan dari Lucy, sang kawan baik, datang. Dia tampak tak masalah pada penundaan pertemuan mereka. Airi mengembuskan napas lega. Dia meletakkan tas tangan begitu saja di atas nakas. Kemudian berbaring di atas ranjang. Kedua mata menutup rapat, membayangkan guyuran hujan salju
KESEHARIAN AIRI HINGGA akhir tahun berlangsung jauh lebih normal dari yang dia duga. Menjalin hubungan dengan Kei nyatanya tidak begitu menjungkirbalikkan hidupnya. Sejak tereksposnya hubungan mereka, dia memang jadi lebih sering dihubungi wartawan majalah. Pada awalnya, mereka memang hanya memeras informasi mengenai Airi Ishihara yang merupakan kekasih Kei Hasegawa. Dia hanya dikenal sebagai kekasih seorang pengusaha kaya, bukan seorang wanita dengan karier dan pencapaiannya sendiri. Akan tetapi, selang beberapa waktu, orang-orang mulai menyadari kalau Airi bukan sekadar wanita pendamping saja. Mereka mulai menyoroti nama Airi, dia yang berhasil meniti karier dari seorang asisten produsen hingga menjadi pemimpin sebuah industri perfilman. Eksposur yang demikian jelas-jelas menguntungkan. Airi tidak merasa terganggu lagi. Dia juga mendapatkan lebi
AIRI TAK BEGITU terkejut ketika mendengar berita kerja sama Hasena dengan Huang Industrial Group. Selama ini, dia mengira kegagalan relasi pribadi Kei dan Jia akan berimplikasi besar terhadap status kerja sama perusahaan mereka. Setelah lebih mengenal Kei, Airi pun mengerti. Kei takkan menyia-nyiakan kesempatan besar itu hanya karena masalah pribadi. Dia telah memastikan Huang bergantung padanya, membuat mereka mau tidak mau mempertahankan relasi yang telah terjalin. Strategi bisnis pria itu … Airi cukup mengaguminya. Namun, di saat yang sama dia masih sering diliputi tanya. Bagaimana kalau suatu hari nanti pria itu mengambil keputusan ekstrem yang menurut Airi tak dapat dibenarkan? Cahaya pagi di musim semi menyadarkan Airi dari lamunan. Dia menghabiskan cokelat panasnya dan segera beranjak ke dalam apartemen. Seperti yang pernah dibicarakan dengan Kei
ENTAH BERAPA TAHUN Kei menantikan momen ini tiba, momen ketika paman congkaknya terlihat marah dan menderita berkat kekalahan yang menimpa. Persis seperti prediksinya, proses persidangan berjalan lancar seperti yang dia harapkan. Rodo Hasegawa terjerat pasal berlipat, pasal mengenai penggelapan dan pencucian dana serta pasal tentang percobaan pembunuhan. Kejahatan kerah putih yang dilakukan Rodo tidaklah sedikit. Seluruh kecurangannya di bidang finansial cukup menggunung. Kei sudah merasa cukup dengan tuntutan itu. Uluran tangan Airi benar-benar memberatkan tuntutan yang menjerat Rodo. Konsekuensi tindakan rencana pembunuhan memang mendapatkan hukuman yang cukup berat. Oleh karena itu, rencana hukuman penjara yang awalnya berselang lima belas tahun, kini menjadi maksimal tiga puluh tahun. Dari hasil ketukan palu, hukuman Rodo ditetapkan menjadi du
“PROSES ITU TAKKAN mudah, tapi semuanya akan berjalan lancar.” Adalah kalimat Kei yang sempat Airi ragukan.Selama kurun waktu sebulan ini, terdapat banyak hal yang terjadi. Airi merasa kewalahan dan terburu-buru, sulit untuk tenang, seolah dia sedang dituntut untuk berlari secepatnya selagi melepaskan diri dari jerat di belakang sana. Dikenal menjadi pasangan Kei Hasegawa tidaklah mudah. Menjadi penuntut hukum seseorang dari keluarga Hasegawa tidaklah enteng. Airi masih dihantui oleh ledakan besar yang hampir merenggut nyawanya. Dia masih sering terbangun di tengah malam, tersentak hebat karena peristiwa tersebut masih mengejarnya hingga ke alam mimpi.Airi telah melalui banyak kesulitan sepanjang hidupnya. Akan tetapi, sekarang adalah salah satu masa yang membuatnya lelah. Pemberitaan di berbagai media elektronik, bisikan gosip d
SEPERTI PERKIRAAN KEI, sidang pertama Rodo Hasegawa memang dilaksanakan satu minggu kemudian. Airi sempat mendengar beritanya kemarin. Pagi tadi, Kei juga sempat menghubunginya, memberitahukan mengenai dia yang akan hadir di persidangan. Proses peradilan itu bersifat terbuka sehingga masyarakat umum diperbolehkan datang, asal tidak mengganggu proses peradilan. Airi akan mencoba datang juga kalau saja dia tidak mempunyai agenda tersendiri.“Catatan rapat tadi sudah saya back-up pada akun perusahaan, Ishihara-san. Apakah ada yang perlu saya agendakan lagi untuk hari ini?” ujar Mayumi, sekretaris sementara Airi.Kolega kerja mereka sudah meninggalkan ruang pertemuan. Airi pun menoleh pada Mayumi yang telah selesai berberes.
PENAHANAN RODO HASEGAWA memudahkan polisi melakukan pengusutan lebih lanjut. Mereka bekerja sama dengan detektif swasta yang dipekerjakan oleh pengacara penuntut utama. Tak hanya Rodo dan Seizu, nama Toshiki Furuma juga sudah ikut terseret. Salah satu anggota dewan paling berpengaruh itu sudah mendapatkan surat panggilan dari polisi sejak tiga hari lalu. Dari beberapa tahun terakhir, baru kali ini kepolisian pusat menangani kasus yang melibatkan tiga orang besar sekaligus. Pemberitaan kasus pun jadi semakin marak diperbincangkan. “Rodo adalah anak angkat kakekku. Dia tidak sedarah dengan paman ataupun ayah,” jelas Kei. Pintu geser kaca di dekat dapur tampak sedikit terbuka, menampakkan sinar matahari pagi yang masih terasa hangat. Tata letak rumah milik sang lelaki memang jauh lebih lenggang dan terbuka. Mereka dapat melihat keberadaan taman belakang melalui pintu geser yang ada di sana. Airi baru selesai memasukkan es batu ke dalam wadah berisi minuman rasa
AIRI TIDAK INGAT kapan dia terlelap. Matanya tertutup begitu saja setelah mendaratkan diri di atas ranjang. Dia sudah sangat mengantuk sejak selesai berendam. Ketika mengerjap, dia tak tahu sudah jam berapa. Kesadarannya belum sepenuhnya terkumpul. Sampai kemudian dia merasakan erat rangkulan di belakangnya, juga hangat ciuman yang menjatuhi perpotongan lehernya.Airi sempat lupa kalau dia sedang tinggal di apartemen sang kekasih. Harum maskulin menggelitik hidung. Airi menoleh, menatap dalam remang cahaya kamar.“Aku ketiduran,” ungkap Airi, terdengar parau. “Maaf, tak sempat menunggumu.”Kei hanya membalas dalam gumaman. Dia tak mengatakan apa pun ketika kembali mengeratkan pelukan. Kecupan panas itu lagi-lagi hadir pada lekuk leher Airi, terus hingga rahang dan belakang telinga. Airi kontan meremang.“Ada apa?” tanya Airi, bernada rendah.“Kenapa kau tidak tidur di kamarku?” gumam Kei, sedikit tere