"Jangan ada ditutupi, sayang. Cukup lama untukku menunggumu, jangan sampai ada luka dihatimu.""Aku cemburu, Sayang," ucapku membuat Reyhan semakin memelukku dengan erat."Maafkan abang, Sayang. Tak ada yang bisa mengisi hati ini selain dirimu." Ish, kami sebucin ini"Sayang orang kira kita lagi berantem, ini air mata malu dilihat banyak orang.""Tunggu Abang, ya, jangan kemana-mana.""Kita mau shoping sayang, Rachel sudah menungguku di mobil.""Oke, abang tunggu di rumah. Kabari abang, ya." Reyhan semakin memperat pelukannya.Aku sangat mencintaimu, Han! Akan kuperjuangkan dirimu sebagai istrimu!***Akhirnya kami jalan-jalan, rencananya Rachel mencari baju untuk pergi ke kondangan dokter Nida. Rachel juga memilihkan gamis cantik untuk kugunakan. Tak lupa kami cuci muka juga ke salon, senang sekali rasanya memiliki seorang adik yang perhatian sekali, bahkan Rachel tak canggung sama sekali. Setelah
Andra terlihat sangat bahagia begitu juga dengan keluarganya. Luar biasa sekali keluarga mantan ini, lalu bagaimana dengan Naura yang ditinggal? Wah, sepertinya permainan ini semakin seru. Dari jauh Mamanya Andra tersenyum puas, seperti mendapatkan emas runtuh, tapi raut wajah dokter Nida benar-benar seperti tidak siap menikah, rona kesedihan nampak padahal make up yang digunakan sangat cantik sekali. Dokter Nida memiliki paras yang cantik dan kulit putih langsat. Bisa dikatakan Andra dan dokter Nida adalah pasangan yang serasi. "Mi, bukannya pengantin laki-laki itu yang bertamu pada saat papanya Naura ke rumah." Rachel sepertinya lebih penasaran. "Dan itu ...? Bukannya keluarga mantan meresahkan," sambung Rachel lagi. "Wah, baru mami perhatikan sepertinya Ayah juga tidak tahu jika laki-laki it
"Bagaimana, nyonya yang baru kaya dengan kejutan kami," ucap Laras."Alhamdulillah akhirnya dokter Andra tidak duda lagi," jawabku."Yang jelas Istri Andra lebih kaya daripada suamimu itu," sambung Jihan."Alhamdulillah, tidak ada hubungannya sama sekali denganku." Jawabanku membuat Jihan semakin panas, tanpa memedulikannya aku santai mengambil makanan."Jangan sombong, lah, baru saja menjadi nyonya." Ah, sepertinya tidak perlu diladenin karena tujuan mereka ingin mencari masalah.Sedang asyik mengambil makanan sambil mendengar ocehan dari mantan ipar, beberapa teman mami mendekatiku. Dengan tanpa sopan dia menghalau Jihan dan Laras, lucu sekali melihat mereka diasingkan."Wah ini istrinya dokter Reyhan, ya," ucap salah satu dari mereka. Jihan dan Laras mereka belakangi. Jangan ditanya wajah mereka seperti apa!"Iya, Bu. Saya Nadhine," jawabku."Masya Allah cantik sekali, cocok ja
"Kasihan Vivi, Rei, dia sangat mencintaimu," ucap mamanya Vivi.Wajah mamanya dokter Vivi seperti memelas, dadaku bergemuruh kenapa juga sampai orang tuanya melamar Reyhan, apa segitu besar cintanya Vivi ke Reyhan sampai nekat melakukan aksi bunuh diri. Benar-benar aku tidak habis pikir. Bagaimana tidak? Dokter Vivi yang menemaniku akad nikah, benar-benar diluar nalar jika Vivi seperti ini."Maaf om, tante, saya sudah menganggap Vivi seperti adik saya sendiri. Dan om tahu saya baru saja menikah," ucap Reyhan dengan mantap."Iya, kami paham, tapi mengertilah kondisinya bagaimana keadaan Vivi jika dia mau bunuh diri." Mamanya Vivi seperti menuntut bahwa ini semua kesalahan dari Reyhan."Harusnya tante juga paham perasaan saya yang sangat m
"Saya yang tidak mampu tante, ini bukan masalah materi, tapi masalah hati Rei yang tidak ingin menyakiti apalagi menduakan istri Rei!" nampaknya Reyhan sudah mulai emosi, semakin diladenin orang tuanya dokter Vivi semakin menjadi-jadi."Aku sangat berharap agar Mbak Yu sadar bahwa adil itu bukan dilihat dari materi, mencintai pasangan dengan tidak menyakiti itu juga sangat adil!" Mami menjawab dengan terlihat emosi.Suasana makin tegang, karena Reyhan seperti tersangka pada aksi bunuh diri dokter Vivi. Seolah-olah yang terjadi pada Vivi adalah perbuatan Reyhan. Papanya cerita jika Vivi sampai ingin menusuk nadinya karena Reyhan tidak berkunjung ke rumah sakit hari ini. Ah, segitu parah, kah, cintanya dokter Vivi sampai membuat aksi yang sangat nekat.Ayah mulai mendinginkan suasana, tak ingin terlalu lama dalam suasana
"Jadi, Andra dan Nak Nadhine itu korban dendam cinta lama bersemi kembali," ucap Ayah. "Kirain saudaraan Ayah, bikin merinding saja," sambung Reyhan. "Bukaan, jauh sekali pikiran kalian." Ayahnya Reyhan malah tersenyum. "Terus memang benar, Yah. Ibu saya masih hidup?" tanyaku yang masih kepo dengan masalah ini. "Tidak benar, Nak. Ibumu sudah meninggal dunia tak berselang lama ayahnya Andra juga meninggal, jadi Ayahnya Andra sangat mencintai ibumu, meski sudah menikah mereka masih mencari ibumu, tapi mereka tidak berjodoh. Itu yang membuat mamanya Andra seperti orang gila ingin membalas dendam dengan ibumu bahkan semua keluargamu. Anak perempuannya sekarang hasil dari pernikahan kedua mamanya Andra dan mereka bercerai, gaya hidup mamanya Andra tinggi dan mereka memang orang mampu. Kakeknya Andra
Raut wajah Andra tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Sudah punya istri juga masih mandang-mandang tidak jelas begitu. Apa mungkin dia masih berharap, semoga dengan dokter Nida dia lebih bahagia agar tidak menjadi bayang-bayang mantan."Mas, jangan kelaamaan bawa semua barangku!" Kami hanya memandang heran melihat dokter Nida marah-marah."Iya, Sebentar sayang ...." Manisnya pengantin baru.Dia melewati kami begitu saja, seperti tidak kenal. Dokter Nida dari jauh melambaikan tangan ke Reyhan kami kompak memasang wajah senyum."Sayang agenda pertama apa?" tanya Reyhan."Pakai sepeda keliling pantai yuk," jawabku.
***Setelah selesai salat ashar kami berkemas untuk jalan-jalan lagi, Reyhan terlihat membuka bungkusan di dalam koper."Apa itu sayang?" tanyaku."Titipan mami, sini ayo buka." Aku mendekat dan ternyata ada baju coupel yng dibelikan mami."Cantik sekali.""Kalau kayak gini pasti pilihan si bawel," ucap Reyhan. Aku hanya senyum-senyum masalahnya warna baju coupelnya warna pink, lucu kalau Reyhan yang pakai."Kenapa manyun gitu?""Warnanya pink sayang, gimana rupa Abang coba pakai baju pink."Hahaha ... pasti imut sayang." Y