Bangun pagi badan terasa lebih fresh, semenjak menikah hidupku terasa lebih tenang. Bersama Reyhan lebih merasakan damai dan tenang, selama ini dari bangun tidur sampai tidur lagi yang kupikirkan bagaimana dengan kelangsungan hidupku. Bagaimana menghadapi keluarga mantan yang membenciku? Semuanya selalu bersarang di kepalaku setiap hari. Itulah yang membuatku selalu semangat menjalani hidup, terutama mempertahankan prestasi yang kuraih.Reyhan sudah berangkat ke masjid bersama ayahnya. Memiliki suami yang saleh adalah benar-benar impianku selama ini. Tak pernah terpikirkan jika Reyhan adalah putra dari kalangan berada, ternyata lebih dari itu dia adalah laki-laki yang saleh.Terkadang kita diberi ujian yang menurut kita berat untuk mendapatkan hal yang jauh lebih besar dan lebih indah.
Reyhan duduk bersamaku, mereka nampak terkejut. Pengacara yang Reyhan bawa mampu membuat mereka tak berkutik. Kali ini yang ambil alih adalah pengacaranya Reyhan.Mamanya Andra tidak berkutik sama sekali, kalau bersama orang seperti ini kita tidak perlu mengancam, tapi langsung membawa orang yang menjadi ancamannya. Dijamin akan diam dan tidak akan membantah lagi.Pengacara dan semua yang mengikuti kami diminta pergi oleh Reyhan, karena kami ingin membuat kesepakatan dengan mamanya Andra beserta adiknya, jika dibiarkan akan semena-mena."Sayang, bagaimana? Apa uang 150juta ini dikembalikan atau tidak?" tanya Reyhan kepadaku."Kembalikan saja, Sayang. Kasihan mungkin mereka ingin shoping atau jalan -jalan dengan uang ini."
Sepeninggal Reyhan aku lebih banyak diam, selain canggung dengan keluarganya, ada rasa cemburu yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata."Maafkan anak mami, ya, sayang," ucap mami, seperti tahu isi hatiku."Mungkin, Rei, panik. Vivi sudah seperti adik baginya," sambung ayahnya."Menjadi dokter memang harus siaga, Rei mungkin lupa izin dulu ke istrinya," ucap mami. Aku hanya mengangguk. Rasanya air mataku ingin keluar, karena dicuekin Reyhan. Apa aku yang terlalu baper saat ini. Entahlah, semoga ini hanya perasaanku saja."Nanti kakak sama Rachel yang jenguk Vivi di rumah sakit, ya," ucap Rachel, aku hanya mengangguk, piknik bahagia tinggal cerita.Mencintai terlalu berlebihan itu tidak baik.***Berusaha semaksimal mungkin untuk tidak terliha
POV VIVINamaku Viviana Lestari sepupu dari Reyhan, sejak kecil aku menaruh hati padanya. Setiap ke rumahnya yang bak istana membuat hatiku berdebar-debar. Keluarga sultan yang sederhana. Reyhan yang selalu ada ketika diminta bantuan.Seiring berjalan waktu, perasaanku ke Reyhan semakin tumbuh, tapi Reyhan tak sekali pun melirikku apalagi menyukaiku. Ketika kuliah pun aku berusaha mengambil jurusan yang sama dengannya agar melihatnya setiap saat. Namun, Reyhan tipe setia cinta pertama dan terakhirnya adalah Nadhine Azzahra seorang mahasiswa kedokteran yang mengambil jurusan Spesialis Bedah Umum. Gadis ayu yang cerdas dan wajahnya sangat cantik."Vi, boleh minta tolong?" tanya Reyhan waktu itu."Minta tolong apa, Mas?" tanyaku. Jujur, aku bahagia hanya berada di sampingnya."Jadilah tunangan bohonganku," ucap Reyhan."Ma
Aku segera mundur teratur mencoba mengatur debaran di dada ini. Rachel juga ikut mundur."Kenapa kak?" tanya Rachel."Ada tamunya dokter Vivi, Dek.""Oh ... kita tunggu di sana aja, yuk, kak," ucap Rachel sambil menunjuk tempat duduk di samping ruangan dokter Vivi.Mencoba untuk berbaik sangka, meski debaran di dada ini tak bisa disembunyikan. Tak berselang lama Reyhan keluar dengan dokter Danang."Ternyata abang toh tamunya dokter Vivi di dalam," ucap Rachel dengan polosnya."Sejak kapan sampai ... kok tidak beri kabar?" Reyhan terlihat canggung melihatku."Sejak tadi,
"Jangan ada ditutupi, sayang. Cukup lama untukku menunggumu, jangan sampai ada luka dihatimu.""Aku cemburu, Sayang," ucapku membuat Reyhan semakin memelukku dengan erat."Maafkan abang, Sayang. Tak ada yang bisa mengisi hati ini selain dirimu." Ish, kami sebucin ini"Sayang orang kira kita lagi berantem, ini air mata malu dilihat banyak orang.""Tunggu Abang, ya, jangan kemana-mana.""Kita mau shoping sayang, Rachel sudah menungguku di mobil.""Oke, abang tunggu di rumah. Kabari abang, ya." Reyhan semakin memperat pelukannya.Aku sangat mencintaimu, Han! Akan kuperjuangkan dirimu sebagai istrimu!***Akhirnya kami jalan-jalan, rencananya Rachel mencari baju untuk pergi ke kondangan dokter Nida. Rachel juga memilihkan gamis cantik untuk kugunakan. Tak lupa kami cuci muka juga ke salon, senang sekali rasanya memiliki seorang adik yang perhatian sekali, bahkan Rachel tak canggung sama sekali. Setelah
Andra terlihat sangat bahagia begitu juga dengan keluarganya. Luar biasa sekali keluarga mantan ini, lalu bagaimana dengan Naura yang ditinggal? Wah, sepertinya permainan ini semakin seru. Dari jauh Mamanya Andra tersenyum puas, seperti mendapatkan emas runtuh, tapi raut wajah dokter Nida benar-benar seperti tidak siap menikah, rona kesedihan nampak padahal make up yang digunakan sangat cantik sekali. Dokter Nida memiliki paras yang cantik dan kulit putih langsat. Bisa dikatakan Andra dan dokter Nida adalah pasangan yang serasi. "Mi, bukannya pengantin laki-laki itu yang bertamu pada saat papanya Naura ke rumah." Rachel sepertinya lebih penasaran. "Dan itu ...? Bukannya keluarga mantan meresahkan," sambung Rachel lagi. "Wah, baru mami perhatikan sepertinya Ayah juga tidak tahu jika laki-laki it
"Bagaimana, nyonya yang baru kaya dengan kejutan kami," ucap Laras."Alhamdulillah akhirnya dokter Andra tidak duda lagi," jawabku."Yang jelas Istri Andra lebih kaya daripada suamimu itu," sambung Jihan."Alhamdulillah, tidak ada hubungannya sama sekali denganku." Jawabanku membuat Jihan semakin panas, tanpa memedulikannya aku santai mengambil makanan."Jangan sombong, lah, baru saja menjadi nyonya." Ah, sepertinya tidak perlu diladenin karena tujuan mereka ingin mencari masalah.Sedang asyik mengambil makanan sambil mendengar ocehan dari mantan ipar, beberapa teman mami mendekatiku. Dengan tanpa sopan dia menghalau Jihan dan Laras, lucu sekali melihat mereka diasingkan."Wah ini istrinya dokter Reyhan, ya," ucap salah satu dari mereka. Jihan dan Laras mereka belakangi. Jangan ditanya wajah mereka seperti apa!"Iya, Bu. Saya Nadhine," jawabku."Masya Allah cantik sekali, cocok ja