Share

Bab 10

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-12-14 10:56:15

10

"Assalamualaikum," ucap Arya.

"Waalaikumsalam. Ehm ... maaf, Dahayunya ada?" Imran mengerutkan dahi karena tidak mengenali suara yang menjawab teleponnya, tetapi dia bisa menebak bila itu adalah Arya, sebab tadi Imran sempat bertukar pesan dengan Dahayu yang menceritakan bila ada Arya di ruang kerjanya.

"Lagi ke toilet," jawab Arya. "Oh, ya, perkenalkan. Aku, Arya Himawan, sahabatnya Dahayu," ungkapnya.

"Salam kenal, Mas. Saya, Imran Maulana Nataprawira."

"Aku banyak mendengar kisahmu dari Ayu."

"Sama, Mas. Ayu juga sering cerita tentang Mas dan anak-anak. Dan akhirnya kita bisa ngobrol juga."

"Kata Ayu, kamu mau ke sini nanti?"

"Iya, untuk mendengarkan keputusannya tentang hubungan kami. Apa dia ada cerita soal itu?"

"Ya, tapi aku nggak mau ikut campur. Itu urusan pribadi Ayu." Arya terdiam sejenak, kemudian bertutur, "Aku dan Ayu sangat dekat. Jadi, kuharap kedekatan kami nggak jadi masalah buatmu."

"Tentu saja nggak, Mas. Kalian sudah bersahabat sejak dulu. Mana mungkin
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Seuntai Janji    Bab 11

    11Setibanya di kamar yang berada di lantai lima gedung tersebut, pegawai pria segera berpamitan. Arya meletakkan kunci mobil ke meja rias sebelum meneruskan langkah dan membuka pintu kaca balkon. Pria berkumis tipis memandangi langit cerah sejenak, lalu mengarahkan pandangan ke bawah. Tiga kolam berbeda ukuran tampak sangat indah dipandang dari atas. Taman di sekitar kolam kian menambah keelokan tempat itu. "Yu," panggil Arya tanpa menoleh. "Ya?" jawab Dahayu sembari memindahkan pakaiannya ke lemari. "Besok pagi aku mau ngajak anak-anak berenang ke sini. Boleh?" "Boleh, dong. Mau nginap juga bisa. Aku tinggal ngomong ke Mas Malik atau Ferdi.""Kenapa nggak ke si berewok?" "Males. Nanti aku diminta biaya nginap." Arya terkekeh sambil membalikkan badan. Dahayu tersenyum lebar sembari melirik sahabatnya yang tengah berdiri menyandar ke tembok pembatas balkon. Cahaya matahari yang menyorot dari belakang Arya seakan-akan menciptakan sinar berpendar di sekitar tubuhnya. Dahayu terk

    Last Updated : 2024-12-14
  • Seuntai Janji    Bab 12

    12Acara makan malam di restoran favorit anak-anak, berlangsung riuh karena bocah-bocah yang berlarian ke sana kemari. Wahyuni berulang kali mengejar Aldi dan Aldo yang bergerak lincah menggunakan berbagai alat permainan. Intan menggantikan posisi temannya beberapa belas menit, agar Wahyuni bisa menyelesaikan bersantap.Dahayu berulang kali mengecek kereta bayi sambil mengipasi Alfian. Bukan karena takut bayi itu kegerahan, tetapi Dahayu tidak mau ada nyamuk yang akan mengganggu Alfian yang telah pulas. Arya yang baru selesai makan, menarik kereta agar lebih dekat dengan tempat duduknya."Kok, ditarik?" tanya Dahayu sembari mengerutkan dahi. "Kamu belum beres makannya. Lanjutin aja," sahut Arya sambil memandangi Alfian yang kian montok. "Aku bisa makan sambil ngasuh." "Iya, tapi kemaren-kemaren kamu sudah sering ngasuh Alfi, akibatnya acara makanmu kacau." "Enggak apa-apa, aku ikhlas. Latihan kalau ketemu sama anaknya Mas Imran." "Usia berapa anaknya?" "Kalau nggak salah, 3 ta

    Last Updated : 2024-12-15
  • Seuntai Janji    Bab 13

    13Seorang pria berjaket hitam menerobos orang-orang yang memenuhi area bandara. Dia mempercepat langkah ketika mendengar suara panggilan dari pengeras suara, agar para penumpang yang akan menuju Indonesia segera memasuki pesawat. Imran berlari seusai melewati tempat pemeriksaan terakhir hingga tiba di ruang tunggu, di mana puluhan orang tengah antre untuk memasuki pesawat. Imran menghela napas lega dan melepaskannya perlahan, merasa tenang dirinya tiba tepat waktu. Hanya berselang beberapa menit setelah dia duduk di kursi penumpang, pesawat bersiap-siap tinggal landas. Imran menyandarkan kepala dan mengamati langit pagi menjelang siang yang menyelimuti Kota Melbourne. Sudut bibirnya terangkat merekahkan senyuman ketika membayangkan ekspresi Dahayu saat dirinya tiba di Indonesia. Pria berlesung pipi sengaja merahasiakan kepulangannya untuk memberi kejutan pada Dahayu. Kelelahan yang mendera setelah lari ratusan meter membuat Imran memutuskan untuk tidur. Perjalanan selama kurang l

    Last Updated : 2024-12-15
  • Seuntai Janji    Bab 14

    14Jalinan waktu terus bergulir. Dahayu telah kembali ke Jakarta. Pagelaran busana yang akan diikutinya bulan depan, menjadikan Dahayu benar-benar harus menyiapkan rancangan terbaik. Imran yang sering bertugas ke luar kota, hanya sekali-sekali menjumpai Dahayu. Dia belum memberikan jawaban atas pertanyaan Dahayu tempo hari, karena masih membutuhkan waktu untuk berpikir. Sementara itu di Surabaya, Arya terpaksa mengangkut ketiga putranya beserta kedua asisten ke Yogyakarta. Sebab ayahnya tengah dirawat di rumah sakit. Jamilah telah pulang terlebih dahulu minggu lalu agar bisa merawat suaminya dengan lebih konsisten. Pesawat yang ditumpangi Arya dan keluarganya mendarat dengan mulus di bandara Yogyakarta. Pria yang telah mencukur kumisnya, meminta kedua bocah kembar untuk menunggu penumpang lain turun. Baru kemudian mereka yang keluar dari pesawat. Wahyuni memegangi Aldi dan Aldo di tangan kanan serta kirinya. Intan menggendong Alfian yang masih terlelap. Sedangkan Arya menjinjing

    Last Updated : 2024-12-16
  • Seuntai Janji    Bab 15

    15Sudah lewat dari jam sepuluh malam, ketika mobil sewaan Arya melaju menjauhi pekarangan kediaman Zayan dan Ivana di kawasan Jakarta Selatan. Semenjak menetap di Ibu Kota beberapa bulan silam silam, Zayan dan Ivana kembali ke rumah lama, yang pernah mereka tempati saat awal menikah. Kala melintasi jalur utama perumahan elite, Dahayu sempat memerhatikan bangunan yang pernah menjadi saksi rumah tangganya bersama Zayan sekian tahun lalu. "Siapa yang nempatin rumahmu, Yu?" tanya Arya, sesaat setelah menjauh dari area itu. "Pengontrak," jelas Dahayu. "Kalau nggak salah, keluarga bule dari Amerika. Mereka suka sama desain rumah yang terbuka dan banyak taman," lanjutnya. "Rumah itu, masih atas namamu, kan?" "Ya. Uang sewa pun masuk ke rekeningku tiap tahun. Mas Zay nggak mau tahu aku udah nolak dikasih uang. Dia tetap ngirim, bahkan tepat waktu tiap bulan." "Itu memang sudah kewajibannya sebagai mantan suami. Harus memberimu nafkah, sampai kamu menikah kembali." "Hmm, ya. Padahal

    Last Updated : 2024-12-16
  • Seuntai Janji    Bab 16

    16Siang itu, Dahayu mengikuti ajakan Arya untuk menemui Hadrian Danadyaksha, pengusaha muda yang merupakan sahabat Ivana sejak masih sekolah dulu. Kendatipun pada awalnya Dahayu mengira pertemuan itu akan membosankan, ternyata dia bisa menikmati acara santap siang tersebut. Terutama karena teman-teman Hadrian turut mengajak istri mereka. Sebab para laki-laki hendak berbincang serius, Dahayu ikut pindah ke meja sebelah kanan bersama keempat perempuan lainnya. Mereka melanjutkan pembicaraan mengenai dunia fashion yang sangat dikuasai Dahayu. "Mbak, minat, nggak, gabung dengan kami?" tanya Liana, istri Artio Laksamana Pramudya. "Gabung gimana?" tanya Dahsyu. "Kami, GIC maksudku, punya perusahaan yang fokus di bisnis fashion, resto, klinik kecantikan dan spa, serta agency model dan EO," terang Liana. "GIC itu, nama perusahaannya?" Dahayu kembali bertanya. "Sebetulnya itu singkatan grup chat kami, istri-istri anggota PG. Tapi, supaya gampang diingat akhirnya kami tetap pakai nama

    Last Updated : 2024-12-17
  • Seuntai Janji    Bab 17

    17Sementara itu di tempat berbeda, orang yang tengah dipikirkan Imran, baru tiba di unitnya. Dahayu bergegas ke toilet dalam kamar untuk menuntaskan panggilan alam. Kemudian dia keluar dan berganti pakaian dengan baju kesukaan ibu-ibu di seluruh Indonesia. Daster ungu bermotif abstrak berbahan adem, menjadikan Dahayu menyukai baju itu. Dia memeliki enam daster serupa dan hanya berbeda warna. Sebab sangat menyukai bahannya yang lembut dan motif yang bagus. Sekian menit terlewati, Dahayu baru menyadari bila ponselnya belum diisi daya. Dia bangkit duduk dan memerhatikan sekeliling untuk mencari tas. Kemudian Dahayu berdiri untuk mengambil benda itu dari meja rias. Dahayu berpindah duduk di tepi kasur. Dia memasang kabel pengisi daya ke ponsel dan mengaktifkan stop kontak. Perempuan berhidung bangir menaikkan alis kala melihat banyaknya panggilan masuk dan puluhan pesan dari Imran. Dahayu meringis karena tadi dia menonaktifkan suara pada ponsel. Selama acara santap malam, Dahayu sama

    Last Updated : 2024-12-17
  • Seuntai Janji    Bab 18

    18Imran tiba tepat pukul 17.00 WIB. Dahayu yang telah menunggu di depan toko, segera mendekat untuk menaiki mobil HRV putih. Keduanya saling menyapa seraya mengulaskan senyuman. Kemudian Imran menekan pedal gas hingga kendaraan melaju keluar area parkir deretan rumah toko. Imran mengajak Dahayu berbincang mengenai kehidupan sehari-hari. Mereka sudah beberapa minggu tidak berjumpa karena Imran dinas ke luar kota. Sehingga rasa rindu dalam hati pria tersebut kian mencuat. Dahayu memandangi luar kaca. Kemacetan sudah menjadi hal biasa di jalanan Ibu Kota. Terutama bila jam pergi dan pulang kerja. Dahayu bingung ketika menyadari bila mobil mengarah ke Bekasi. Dia menoleh ke kanan dan menanyakan hal itu pada sang sopir, yang memimtanya untuk menunggu hingga mereka tiba di tempat tujuan. "Ini, rumah siapa?" tanya Dahayu, sesaat setelah mobil dihentikan Imran di depan pagar bercat hitam. "Rumah ibuku," jawab Imran. "Yang itu, rumah Mas Dihyan," lontar sembari menunjuk rumah dua lantai

    Last Updated : 2024-12-18

Latest chapter

  • Seuntai Janji    Bab 64

    64*Grup EMERALD*Jauhari : Selamat datang, Semua komisaris. Beni : Salam hangat dari London. Faruq : Perkenalkan, saya, Faruq. Manajer marketing EMERALD. Naveen : Dan saya, Naveen. Manajer umum. Bryan : Aku, komisaris juga, ya? Jauhari : Iya, @Pak Bryan. Bryan : Lupa aku. Pokoknya nyetor aja duit ke Varo. Terserah dia mau beliin saham perusahaan mana. Fritz : Boleh beli saham Hayaka Grup, @Mas Bryan. Hadrian : Kebetulan aku lagi butuh dana segar buat proyek Yunani. Tolong tambahkan, @Mas Bryan. Chyou Jaden Cheung : Mau beli saham CJC atau Cheung Grup, aku akan sangat senang sekali. To Mu Zheung : Borong saham Zheung Grup, dijamin sukses nambah saldo rekening. Bryan : Aku mau beli saham perusahaan baru saja. Yang lama, dimohon menyingkir. Hendri : Padahal aku baru mau ngajukan proposal proyek di Kanada. Mungkin Mas @Bryan mau join. Bryan : Proyek mana, @Hendri? Hendri : Kemaren baru dirembukkan sama @Mas Benigno. Benigno : Di Ontario. Tapi aku belum deal sama pemerintah

  • Seuntai Janji    Bab 63

    63Ruang pertemuan di hotel Janitra, Minggu siang itu tampak ramai. Para tamu undangan berulang kali tertawa akibat drama yang ditampilkan para bos PG. Telah menjadi peraturan tidak tertulis. Jika yang menikah adalah anggota PC, maka tim PG dan PBK yang menjadi pengisi acara. Begitu juga sebaliknya. Akan tetapi, karena saat resepsi di Yogyakarta minggu lalu tidak banyak bos PG yang hadir, akhirnya tim 7 PC dan tim PBK yang mengisi acara pertunjukannya. Dahayu mengusap sudut matanya, ketika menyaksikan tingkah para komedian yang tengah berlakon sebagai tokoh wayang. Kisah perang Bharatayuda yang seharusnya menegangkan, berubah menjadi drama lucu. "Kakanda Yudhistira, biarkan aku yang maju untuk memenggal kepala Duryodana!" seru Hadrian yang berperan sebagai Arjuna. "Kemarin saja kamu kalah adu layangan dengan dia. Jangan sok-sokan mau membunuhnya," ledek Dante yang berlakon sebagai Nakula. "Kakanda Nakula benar," imbuh Calvin yang menjadi Sadewa. "Sesama saudara, jangan saling m

  • Seuntai Janji    Bab 62

    62Setelah 2 hari menginap di rumah Dartomo, Dahayu mengajak suami dan anak-anaknya menginap di rumah Bagja. Kedatangan mereka disambut kedua orang tua Dahayu dengan sangat hangat. Bahkan Bagja dan Jamilah memaksa agar Aldi, Aldo serta Alfian tidur di kamar utama. Selama 2 hari di rumah mertuanya, Arya banyak berdiskusi dengan Bagja. Pria tua berkumis memberikan wejangan tentang bisnis dan tips menjalani kehidupan. Tibalah hari kepindahan keluarga Arya ke Jakarta. Kedua orang tuanya dan keluarga Dahayu turut berangkat ke Jakarta, untuk mengantarkan keluarga baru tersebut. Sesampainya di bandara Cengkareng, Arya terkejut saat didatangi petugas bandara, yang menyampaikan pesan dari Alvaro. Seusai memastikan semua barang tersusun rapi di troli, Arya mendorong kereta Alfian yang tengah terlelap sejak masih dalam pesawat. Arya bergegas ke pintu keluar terminal kedatangan penerbangan domestik. Dia celingukan, sebelum mendatangi beberapa orang berseragam safari hitam, yang telah menung

  • Seuntai Janji    Bab 61

    61Jeritan para bocah mengagetkan Arya pagi itu. Dia belum sempat mengubah posisi badan, ketika Aldi dan Aldo melompat ke kasur. Alfian berusaha memanjat tempat tidur, sebelum akhirnya diangkat Arya dan didudukkan di dekat kedua kakaknya. Arya meringis kala ketiganya meloncat-loncat, kemudian dia meminta para bocah untuk berhenti melakukan itu dan duduk bersila di dekatnya. Dahayu muncul sambil mendorong troli penuh makanan. Dia berhenti di dekat meja, lalu memanggil ketiga anak sambungnya yang segera mendatangi sang ibu. Dahayu meminra ketiga lelaki kecil untuk duduk di sofa. Kemudian dia membagikan potongan kue pada mereka. Dahayu berdiri dan beralih membuat minuman untuk dirinya serta Arya. Pria berkumis tipis bangkit dari kasur. Alih-alih menuju kamar mandi, Arya justru bergabung dengan anak-anaknya, sambil memerhatikan Dahayu yang rambutnya masih lembap. Arya mengulum senyuman. Malam pertama mereka berlangsung penuh kehangatan. Sama-sama lama sendirian, menjadikan Dahayu dan

  • Seuntai Janji    Bab 60

    60 Malam itu, Arya mengecek kondisi ketiga putranya di family room lantai tiga. Sisi kanan lantai itu menjadi area khusus keluarga Arya dan Dahayu. Sementara sisi kiri ditempati para bos PG dan PC serta petinggi PBK. Semua pengawal muda dan tim butik ditempatkan di lantai 4. Sedangkan Zayan dan keluarganya menginap di lantai 5 yang sisi kirinya merupakan tempat khusus keluarga Hatim, bila tengah berkunjung ke Yogyakarta. Setelah memastikan Aldi, Aldo dan Alfian terlelap, Arya berpamitan pada Wahyuni, Intan dan Resna yang turut menemani ketiga bocah tersebut. Tidak berselang lama, Arya sudah berada di koridor panjang yang dalam kondisi lengang. Dia memasuki lift untuk menuju kamar pengantin di lantai 7, yang merupakan area tertinggi di gedung itu. Zayan sengaja menempatkan Arya dan Dahayu di president suite yang baru dibangun 6 bulan silam. Selain supaya pasangan pengantin memiliki privasi, Zayan ingin menunaikan janjinya pada Dahayu, yakni melaksanakan pernikahan mantan istrinya

  • Seuntai Janji    Bab 59

    59 "Silakan dimulai, Engkoh Wew Wiw Ya, Abang Z, dan Kang H," tukas Fikri yang bertugas sebagai MC, bersama Khairani. "Pasukan owe belum semuanya datang," jawab Wirya dengan dialek khas orang Chinese. "Dipanggil aja, Koh," usul Khairani. "Biaya memanggilnya itu mahal," cetus Wirya. "Enggak apa-apa. Nanti tagihannya dibebankan ke PBK," papar Fikri. "Jangan cari masalah. Dirutnya garang," seloroh Zein. "Bukan garang lagi, tapi bengis bin sadis," imbuh Hendri. "Pokoknya jangan disenggol. Tanduknya akan muncul di kepala." "Taringnya pun keluar. Panjangnya 50cm." "Kalau lagi kumat sisi buruknya, musuh akan dikunyah." "Enggak dimasak dulu?" "Sudah dipanggang pakai jurus 3." "Stop!" sela Wirya. "Ngomongin dia itu nggak akan ada habisnya. Apalagi dia adalah anak kesayangan Emak OY yang pasti muncul di semua buku baru," lanjutnya. "Tidak terbantahkan emang," timpal Zein. "Apalah kita, nih. Hanya jadi pendukung yang jarang muncul," keluh Hendri. "Akang masih mending. Buku hororn

  • Seuntai Janji    Bab 58

    58 Ruang pertemuan besar di hotel milik Hatim Grup, Sabtu siang itu terlihat ramai. Perhelatan akbar pernikahan Arya dan Dahayu berlangsung meriah. Pasangan pengantin terlihat semringah. Mereka menyambut ucapan selamat dari semua tamu, dengan sangat ramah.Arya yang memang murah senyum, nyaris tidak berhenti mengukir senyumannya. Demikian pula dengan Dahayu yang tampil sangat cantik dan anggun. Gaun pengantin sage bertabur permata asli buatannya, menjadikan Dahayu benar-benar memesona. Ditambah dengan riasan wajah hasil penata rias ternama, menjadikan tampilan wajahnya terlihat makin menawan. Arya yang mengenakan setelan jas sage yang serupa dengan gaun Dahayu, terlihat berulang kali menatap pengantinnya dengan sorot mata memuja. Hal itu ternyata tertangkap jelas oleh rekan-rekan Arya yang berada di tempat VIP sisi kiri pelaminan. Mereka memvideokan tingkah sang pengantin pria, kemudian mengirimkannya ke grup PC dan PG utama. Tepat pukul 2, semua lampu utama diredupkan. Beberapa

  • Seuntai Janji    Bab 57

    57Sepanjang acara siraman, Dahayu nyaris tidak berhenti menangis. Dia teringat tingkahnya di masa lalu yang menyebabkan kedua orang tuanya kecewa. Begitu pula saat Bayu dan Nana menyiraminya dengan pelan, Dahayu memegangi pinggang sang kakak sambil sesenggukan. Bayu turut memeluk adiknya tanpa peduli jika bajunya akan basah. Pria bertubuh montok terbayang masa kecil hingga remaja dirinya dan Dahayu, yang nyaris selalu bersama. Mereka baru mulai memiliki kehidupan masing-masing, setelah Bayu kuliah. Putra sulung Bagja mengurai dekapan, kemudian dia merunduk untuk mengecup dahi adiknya yang masih terisak-isak. "Semoga pernikahan ini menjadi yang terakhir buatmu, Yu," tutur Bayu sambil mengusap jilbab putih adiknya yang basah. "Ya, Mas. Aamin," jawab Dahayu. "Jangan terlalu keras kepala. Sekali-sekali mengalah dan nurut sama suami. Walaupun Arya itu penyabar, tapi kalau kamu ngeyel terus, lama-lama dia bosan buat ngalah." "Inggih." "Kamu akan jadi Ibu dari 3 anak. Kurangi jam ke

  • Seuntai Janji    bab 56

    56Sore itu, Arya dan keluarganya mengunjungi makam Erni. Aminah, Ningtyas dan yang lainnya, turut bergabung untuk membacakan doa buat almarhumah Erni. Arya bermonolog dalam hati, untuk meminta izin pada Erni, karena sebentar lagi dia akan menikahi Dahayu. Pria berkaus krem memejamkan mata sambil membayangkan sosok Erni, yang masih memiliki tempat spesial di hatinya. Puluhan menit terlewati, kelompok tersebut telah berada di dua mobil MPV. Ajudan Arya yang bernama Amir, mengemudikan mobil bosnya sembari menghafalkan jalan. Sementara di mobil Nazriel, pria tersebut tengah melatih ajudannya, Syamil, agar bisa lebih lancar menyetir. Sementara Aminah, Ningtyas dan Farid, suami Ningtyas, berbincang di kursi tengah. Dua perempuan di belakang yang merupakan perawat dan ajudan Aminah, memerhatikan sekeliling sambil mengobrol. Tika dan Resna, bisa langsung akrab sejak pertama kali bertemu di kediaman Aminah di Kediri. Setibanya di tempat tujuan, Gunawan dan Tami menyambut kelompok tersebu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status