84. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Tak Ingin Menyakiti Mu Lagi Mas. Penulis : Lusia Sudarti Aku mendengarkan cerita Mas Indra dengan seksama, sementara fikiranku melanglang buana dan membayangkan perbuatan tak terpuji yang Ratna lakukan. Part 84๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ"Sebetulnya, saat Mas Indra koma, Ratna pernah mengancam Hanum. Saat itu, berada di mushola rumah sakit." Mas Indra masih memelukku, aku berada di pangkuannya. "Oh iya ... benarkah?" tanya Mas Indra. "Iya, namun saat itu tak aku hiraukan semua kata-kata pedas yang terlontar darinya. Karena bagiku saat itu yang paling penting adalah Mas Indra," jawabku pelan. "Yah, Mas tahu bagaimana Adek." "Rupanya, Ratna selama ini merasa sakit hati terhadap Mas dan akhirnya dia membelot. Kemudian bekerja sama dengan pemberontak." "Hanum tahu tentang itu. Makanya Mas di pindahkan ke ruang rahasia." "Sekarang ini, tim pasukan inteligen sedang menyebar mata-mata untuk menangkap anggota yang melarikan diri! Jika Mas menghilang, i
85. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku.Mendapat Kabar Tentang Meninggalnya Kedua Mertuaku.Penulis : Lusia Sudarti Part 85"Iya Mbak! Kalau begitu saya ijin kembali bekerja," jawab Mbok Narti sembari tersenyum.๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ"Baik! Saya akan segera menuju ke lokasi target, amankan lokasi!" Mas Indra sedang berbicara melalui headsetnya. "Sayang, Mas tinggal dulu ya? Pak saya ada tugas menangkap anggota pembelot. Titip keluarga saya ya Pak?" pamit Mas Indra kepada kami. Disaat kami sedang bersantai diruang tamu, setelah sarapan pagi. Bapak mengangguk. "Iya Nak, hati-hati selalu ya?" jawabnya. Mas Indra mengangguk, aku mencium punggung tangannya, kemudian keningku di kecupnya lembut. Mas Indra pun mencium punggung tangan Bapak dengan takzim. 'Ya Allah, selamatkan suamiku dimanapun berada! Amiiinn," gumamku pelan. "Pak, jika Bapak merasa bosan. Jalan-jalan Pak, di kebun belakang banyak terdapat pohon buah-buahan lho Pak!" kataku kepada Bapak yang nampak sedikit gelisah. "Iya Ne
86. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Mas Indra Pulang! Penulis : Lusia Sudarti Part 86Mas Indra belum juga kembali dan hari ini tepat hari ketiga Mas Indra meninggalkan kami di villa miliknya, tak biasanya Mas Indra pergi begitu lama!๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅTujuh hari berlalu begitu saja ... sementara Mas Indra belum juga kembali.Di villa kami tidak dapat berbuat banyak.Bapak melakukan serangkaian doa untuk tujuh hari Mama dan Papa. Kami semua mengenakan gamis serba hitam tanda sedang berkabung. Aku berusaha menguatkan hati dan mencoba tegar untuk semuanya.Aku hanya mampu berdoa untuk suamiku tercinta agar segera kembali dan berkumpul bersama-sama lagi. Orang-orang di sekelilingku selalu memberikan semangat kepadaku untuk tetap kuat dan tabah menghadapi semuanya. "Neng, Bapak harap Neng Hanum tetap sabar dan tabah untuk menghadapi semua cobaan ini. Kami akan selalu berada dibelakang demi memberikan semangat kepadamu. Yakinlah, akan ada pelangi setelah hujan dan habis ge
87. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Kami Kembali Pulang. Penulis : Lusia Sudarti Part 87Mas Indra memeluk semakin erat, tubuhku di bopong menuju ke kamar, lalu terjadilah sesuatu yang diinginkan ...๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅSuara adzan membangunkan aku dan Mas Indra. Mas Indra membelai wajahku dan mencium keningku dengan lembut."Selamat pagi Sayang! Terima kasih sudah mencintai Mas dengan tulus. Kini Mas sudah tak punya siapapun selain Adek dan Anak-anak," katanya sendu. Hatiku menjadi sangat sedih dan terluka, melihatnya tiba-tiba menjadi sangat rapuh. "Sabar Mas, ada Hanum dan semuanya yang selalu mendukung Mas." Aku memeluknya semakin erat dan menghujani wajahnya dengan ciuman lembut, agar hatinya menjadi tenang. Mas Indra tersenyum karena aku mengelitiknya. "Heem ... nakal ya sekarang!" ujarnya sambil berbalik dan mengungkung tubuhku. "Hati-hati Mas, ntar debaynya kesakitan lho," candaku. Mas Indra berhenti sejenak. "Betul juga ya Sayang!" Mas Indra mengusap lembu
88. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bertemu Bude Sinta. Penulis : Lusia Sudarti"Adek ... Adek semakin membuat Mas mabuk, dalam kondisi berbadan dua pun Mas tak dapat menahannya," bisiknya di telingaku yang membuat aku merasa melambung tinggi ke udara. Part 88๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅKeesokan harinya ... "Anak-anak, sudah siap!" tanya Mas Indra kepada kedua Anakku selepas sarapan. "Sudah Ayah ..." Mereka menjawab serentak, sementara kami pun telah bersiap untuk berziarah ke makam Mama, Papa dan Bang Hardi, beserta Bapak dan Teh Wulan. "Mbak Murti, kami hendak berziarah ke makam Mama, juga Bang Hardi." "Siap Mbak." "Atau Mbak Murti akan turut serta?" tanya Mas Indra. "Oh, tidak Mas! Saya menjaga warung saja. Akhir-akhir ini warung semakin ramai," jawabnya sembari tersenyum. "Alhamdulillah ... semoga bertambah laris ya, amiin," sahut Bapak seraya tersenyum. "Oh ya, benarkah Mbak?" tanya Mas Indra. "Iya Mas, Mbak! Tempo hari kami sampai kehabisan dan masak kembali karena masih
89. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Teringat Kenangan Semasa SMAPenulis : Lusia SudartiAku berpamitan setelah memeluk mereka berdua. Dan kami meninggalkan halanan rumah Bapak. Part 89Pinggiran kota kecil kami sore ini diguyur hujan deras. Kami sedang duduk bercengkrama bersama, bareng kedua Anakku dan Mas Indra. "Abang udah mandi untungnya, jadi enggak terlalu dingin," kata Fandi. "Adek juga Bang. Sekarang Adek mau belajar dulu besok dikumpul Bang!" pamit Kurnia. "Sini belajar sama Ayah," sahut Mas Indra. "Adek udah bisa Yah, hehehe," jawab Kurnia sambil terkekeh. "Oh yaa ... pintar sekali Anak Ayah," puji Mas Indra sambil tersenyum bangga. "Iya dong, kan Ayah yang bilang jika Adek rajin belajar, pasti Adek jadi Anak pintar," sahut Kurnia. Aku tersenyum bangga mendengarnya. "Iya Adek. Ayah bangga sama Adek juga Abang. Kalian berdua menjadi kebanggaan Ayah sama Ibu." ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ Mas Indra tiba-tiba mendengarkan sesuatu dari headsetnya. "Baik, terus pantau jangan
90. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Di Datangi Wanita Bernama RaniaPenulis : Lusia Sudarti Mas Indra menambah kecepatan laku motornya, mau tak mau. Aku memeluk erat pinggangnya. Hingga dua tahun kami menjalani status sebagai kekasih.Part 90๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅMalam minggu itu, Mas Indra datang kerumahku. Aku sangat gugup dan malu karena rumahku sangat sederhana. Tapi Mas Indra tidak mempermasalahkannya. Kami berbincang tentang sekolah dan teman kami. Saat itu Ibuku yang bernama Hartati masih hidup. "Eh ada Nak Indra," sapa Ibu sambil tersenyum. "Iya Bu!" Mas Indra bangkit dan mencium punggung tangan Ibu. "Di lanjut ngobrolnya, sebentar Ibu ambilin air minum!" ujar Ibu sembari melangkah masuk. "Enggak usah repot-repot Bu," cegah Mas Indra, namun Ibu udah masuk. "Oh iya Dek. Mas sampai lupa, sebentar ya?" kata Mas Indra sembari berlari keluar menuju ke motor besarnya. "Ini oleh-oleh buat Adek juga Ibu!" Mas Indra menyerahkan satu plastik jeruk dan satu kotak martabak telur.
91. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Lauk Nasi. Kebenaran Yang Terungkap! Penulis : Lusia SudartiSiti tertegun sejenak. "Kamu jangan gampang percaya begitu saja dengan wanita yang mengaku bernama Rania. Bisa saja dia hanya ingin menghancurkan rumah tangga kalian," jawab Siti, seolah dia mengetahui segalanya tentang Rania.Part 91๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅMalam hari terasa sedikit semarak dengan kehadiran Siti. "Ate ... makasih coklat sama bonekanya ya? Adek sukaaa banget!" seru Kurnia sambil tersenyum senang. "Ate, Abang juga makasih ya coklat sama mobil tamiyanya," sambung Fandi tak kalah hebohnya. Aku tertawa mendengar kehebohan mereka. "Apa--- hanya terima kasih? Oh, tidaakk ... sungguh terlalu kalian!" cebik Siti sembari memutar bola mata dengan malas. Aku terkekeh mendengar kata-kata Siti. "Hehehe ... tuh Ate Siti ngambek." Fandi dan Kurnia saling pandang lalu mereka menghampiri Siti dan ... Cup, cup, cup ... "Makasiiihh Ate." Fandi dan Kurnia mencium pipi kanan dan kiri Siti
94. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Aku Tak Dapat Tidur Dengan Tenang. Penulis : Lusia SudartiSejenak aku tertegun mendengar jawaban Siti, memang sih jika selama ini Mas Indra tak pernah menunjukkan sikap aneh. Part 94๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅDipembaringan aku tak mampu memejamkan mata barang sekejap pun. Aku terbayang wajah Mas Indra yang tampak lelah, hatiku menjadi iba. Namun jika teringat akan Rania, hatiku mendadak pedih bagai tersay4t sembilu. Aku beranjak untuk mengambil air wudhu lalu melaksanan sholat sunnah agar hatiku menjadi lebih tenang. Sholat hajat dua raka'at aku lakukan kemudian aku lanjutkan membaca doa nurbuwat agar doa-doaku terkabul.ุจูุณูู ู ุงูููููู ุงูุฑููุญูู ููฐูู ุงูุฑููุญููู ู (Bismillahirrahmanirrahim) 'Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Doa Nurbuwatุงููููููู ูู ุฅููููู ุฃูุณูุฃููููู ุงูููููุฑู ุงูููุฐูู ููุง ููุทูููุฃู ููุงูุฑููุญูู ูุฉู ุงูููุชูู ููุง ุชูููููุทูุนู ููุงูุณููููุงู ูุฉู ุงูููุชูู ููุง ุชูููุตูููู (Allahumma inni as'aluka an-nura al-ladhi la yutfau wa ar-
93. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Benarkah Rania Itu, Istri Pertama Mas Indra? Penulis : Lusia Sudarti'Terima kasih Ya Allah atas rizqi yang Engkau berikan kepadaku dan keluargaku, Amiin."Part 93๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅSetibanya dirumah, aku langsung masuk ke kamarku, dan bersiap untuk mencoba melakukan panggilan video kembali, karena aku masih belum sepenuhnya percaya kepada Mas Indra. Namun keinginan itu aku tahan, aku akan membersihkan tubuh dan melakukan sholat magrib. Selepas sholat magrib aku langsung melakukan panggilan video ke nomor Mas Indra.Ponselnya aktif dan berdering. Namun tidak ada jawaban, aku memutuskan panggilan, lalu aku panggil kembali. Beberapa detik berlalu, panggilanku tak kunjung di angkat dan itu membuat hatiku menjadi sangat dongkol. Aku tersenyum getir dan bermonolog dalam hati. 'Apakah yang aku fikirkan benar-benar terjadi? Apakah Mas Indra disana bersenang-senang dengan Rania?" gumamku. 'Astagfirrullahal'adzim ... kenapa aku bisa soudzon terhad
92. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bersilaturahmi Ke Panti Asuhan. Penulis : Lusia Sudarti Aku terdiam mendengar nasihat Siti dan meresapi semuanya dengan semua rasaku. Part 92๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅMalam semakin larut, namun kedua netraku tetap tak dapat terpejam, entahlah ... aku harus bagaimana? Sedih atau bahagia? Aku tak tahu ...!Aku tak mengerti maksud dari Mas Indra merahasiakan masalah ini dariku. Waktu telah menunjukkan pukul 01 dinihari. Aku selalu merubah posisi tidurku agar lekas terlelap, namun tetap tak mau terpejam. Akhirnya aku memutuskan untuk melaksanakan sholat sunnah dan membaca ayat-ayat Al'Qur'an sejenak, agar hatiku menjadi lebih tenang. Surat Al-Baqarah Ayat 155-156. ููููููุจููููููููููู ู ุจูุดูููุกู ู ูููู ุงููุฎููููู ููุงููุฌููุนู ููููููุตู ู ูููู ุงูุฃูู ูููุงูู ููุงููุฃููููุณู ููุงูุซููู ูุฑูุงุชู ููุจูุดููุฑู ุงูุตููุงุจูุฑูููู ุงูููุฐูููู ุฅูุฐูุง ุฃูุตูุงุจูุชูููู ู ููุตููุจูุฉู ููุงูููุง ุฅููููุง ููููููู ููุฅููููุง ุฅููููููู ุฑูุงุฌูุนูููู Wa lanabluwannakum bisyay'in mina al-khawfi wa al-juu'i wa naqsi
91. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Lauk Nasi. Kebenaran Yang Terungkap! Penulis : Lusia SudartiSiti tertegun sejenak. "Kamu jangan gampang percaya begitu saja dengan wanita yang mengaku bernama Rania. Bisa saja dia hanya ingin menghancurkan rumah tangga kalian," jawab Siti, seolah dia mengetahui segalanya tentang Rania.Part 91๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅMalam hari terasa sedikit semarak dengan kehadiran Siti. "Ate ... makasih coklat sama bonekanya ya? Adek sukaaa banget!" seru Kurnia sambil tersenyum senang. "Ate, Abang juga makasih ya coklat sama mobil tamiyanya," sambung Fandi tak kalah hebohnya. Aku tertawa mendengar kehebohan mereka. "Apa--- hanya terima kasih? Oh, tidaakk ... sungguh terlalu kalian!" cebik Siti sembari memutar bola mata dengan malas. Aku terkekeh mendengar kata-kata Siti. "Hehehe ... tuh Ate Siti ngambek." Fandi dan Kurnia saling pandang lalu mereka menghampiri Siti dan ... Cup, cup, cup ... "Makasiiihh Ate." Fandi dan Kurnia mencium pipi kanan dan kiri Siti
90. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Di Datangi Wanita Bernama RaniaPenulis : Lusia Sudarti Mas Indra menambah kecepatan laku motornya, mau tak mau. Aku memeluk erat pinggangnya. Hingga dua tahun kami menjalani status sebagai kekasih.Part 90๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅMalam minggu itu, Mas Indra datang kerumahku. Aku sangat gugup dan malu karena rumahku sangat sederhana. Tapi Mas Indra tidak mempermasalahkannya. Kami berbincang tentang sekolah dan teman kami. Saat itu Ibuku yang bernama Hartati masih hidup. "Eh ada Nak Indra," sapa Ibu sambil tersenyum. "Iya Bu!" Mas Indra bangkit dan mencium punggung tangan Ibu. "Di lanjut ngobrolnya, sebentar Ibu ambilin air minum!" ujar Ibu sembari melangkah masuk. "Enggak usah repot-repot Bu," cegah Mas Indra, namun Ibu udah masuk. "Oh iya Dek. Mas sampai lupa, sebentar ya?" kata Mas Indra sembari berlari keluar menuju ke motor besarnya. "Ini oleh-oleh buat Adek juga Ibu!" Mas Indra menyerahkan satu plastik jeruk dan satu kotak martabak telur.
89. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Teringat Kenangan Semasa SMAPenulis : Lusia SudartiAku berpamitan setelah memeluk mereka berdua. Dan kami meninggalkan halanan rumah Bapak. Part 89Pinggiran kota kecil kami sore ini diguyur hujan deras. Kami sedang duduk bercengkrama bersama, bareng kedua Anakku dan Mas Indra. "Abang udah mandi untungnya, jadi enggak terlalu dingin," kata Fandi. "Adek juga Bang. Sekarang Adek mau belajar dulu besok dikumpul Bang!" pamit Kurnia. "Sini belajar sama Ayah," sahut Mas Indra. "Adek udah bisa Yah, hehehe," jawab Kurnia sambil terkekeh. "Oh yaa ... pintar sekali Anak Ayah," puji Mas Indra sambil tersenyum bangga. "Iya dong, kan Ayah yang bilang jika Adek rajin belajar, pasti Adek jadi Anak pintar," sahut Kurnia. Aku tersenyum bangga mendengarnya. "Iya Adek. Ayah bangga sama Adek juga Abang. Kalian berdua menjadi kebanggaan Ayah sama Ibu." ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ Mas Indra tiba-tiba mendengarkan sesuatu dari headsetnya. "Baik, terus pantau jangan
88. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Bertemu Bude Sinta. Penulis : Lusia Sudarti"Adek ... Adek semakin membuat Mas mabuk, dalam kondisi berbadan dua pun Mas tak dapat menahannya," bisiknya di telingaku yang membuat aku merasa melambung tinggi ke udara. Part 88๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅKeesokan harinya ... "Anak-anak, sudah siap!" tanya Mas Indra kepada kedua Anakku selepas sarapan. "Sudah Ayah ..." Mereka menjawab serentak, sementara kami pun telah bersiap untuk berziarah ke makam Mama, Papa dan Bang Hardi, beserta Bapak dan Teh Wulan. "Mbak Murti, kami hendak berziarah ke makam Mama, juga Bang Hardi." "Siap Mbak." "Atau Mbak Murti akan turut serta?" tanya Mas Indra. "Oh, tidak Mas! Saya menjaga warung saja. Akhir-akhir ini warung semakin ramai," jawabnya sembari tersenyum. "Alhamdulillah ... semoga bertambah laris ya, amiin," sahut Bapak seraya tersenyum. "Oh ya, benarkah Mbak?" tanya Mas Indra. "Iya Mas, Mbak! Tempo hari kami sampai kehabisan dan masak kembali karena masih
87. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Kami Kembali Pulang. Penulis : Lusia Sudarti Part 87Mas Indra memeluk semakin erat, tubuhku di bopong menuju ke kamar, lalu terjadilah sesuatu yang diinginkan ...๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅSuara adzan membangunkan aku dan Mas Indra. Mas Indra membelai wajahku dan mencium keningku dengan lembut."Selamat pagi Sayang! Terima kasih sudah mencintai Mas dengan tulus. Kini Mas sudah tak punya siapapun selain Adek dan Anak-anak," katanya sendu. Hatiku menjadi sangat sedih dan terluka, melihatnya tiba-tiba menjadi sangat rapuh. "Sabar Mas, ada Hanum dan semuanya yang selalu mendukung Mas." Aku memeluknya semakin erat dan menghujani wajahnya dengan ciuman lembut, agar hatinya menjadi tenang. Mas Indra tersenyum karena aku mengelitiknya. "Heem ... nakal ya sekarang!" ujarnya sambil berbalik dan mengungkung tubuhku. "Hati-hati Mas, ntar debaynya kesakitan lho," candaku. Mas Indra berhenti sejenak. "Betul juga ya Sayang!" Mas Indra mengusap lembu
86. Setengah Kilo Nasi Aking Untuk Anakku. Akhirnya Mas Indra Pulang! Penulis : Lusia Sudarti Part 86Mas Indra belum juga kembali dan hari ini tepat hari ketiga Mas Indra meninggalkan kami di villa miliknya, tak biasanya Mas Indra pergi begitu lama!๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅTujuh hari berlalu begitu saja ... sementara Mas Indra belum juga kembali.Di villa kami tidak dapat berbuat banyak.Bapak melakukan serangkaian doa untuk tujuh hari Mama dan Papa. Kami semua mengenakan gamis serba hitam tanda sedang berkabung. Aku berusaha menguatkan hati dan mencoba tegar untuk semuanya.Aku hanya mampu berdoa untuk suamiku tercinta agar segera kembali dan berkumpul bersama-sama lagi. Orang-orang di sekelilingku selalu memberikan semangat kepadaku untuk tetap kuat dan tabah menghadapi semuanya. "Neng, Bapak harap Neng Hanum tetap sabar dan tabah untuk menghadapi semua cobaan ini. Kami akan selalu berada dibelakang demi memberikan semangat kepadamu. Yakinlah, akan ada pelangi setelah hujan dan habis ge