Mendengar namanya dipanggil, Aurel lebih memilih diam saat tahu siapa yang memanggilnya.Ia lebih memilih diam tanpa menjawab panggilan itu dan menunggu Reno menghampirinya.Lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu, segera menghampiri Aurel dengan menggenggam erat tangan Ayunda.Reno seakan tak peduli dengan bagaimana perasaan Aurel saat melihat kemesraan mereka berdua."Dek!" tanpa sadar Reno sudah berada di hadapan nya."Hmmmm," jawab Aurel malas."Kenapa tadi turun mobil tanpa memberitahu Mas dulu?" tanya Reno dengan nada lembut, ia berusaha untuk menahan rasa marahnya.Aurel tersenyum kecut saat melihat tangan kedua orang yang ada di hadapanya ini masih berpegangan dengan sangat erat. Reno benar-benar tak mempedulikan bagaimana perasaan Aurel."Aku hanya mual," jawab Aurel dengan nada datar, ia segera mengalihkan pandanganya untuk mengurangi rasa sakit di hatinya."Kenapa tidak bilang? seharusnya...,""Sudahlah Mas, jika tidak ada yang penting aku pamit dulu! aku ingin segera pu
"Sekarang jelaskan, siapa lelaki tadi?" tanya Reno saat sudah sampai di rumah yang ia tempati bersama Aurel.Aurel menghembuskan nafas kasar, ia menatap wajah suaminya dengan tatapan sendu."Dia adalah mantan kekasihku Mas," jawab Aurel dengan nada tenang. Matanya masih setia menatap wajah tampan suaminya yang tengah menatapnya dengan terkejut."Mantan? kalau dia mantanmu, kenapa kau masih menemuinya? apa kau memang sengaja ingin membuat Mas cemburu?" tanya Reno yang tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Aurel."Aku sama sekali tidak memiliki niatan seperti itu Mas! aku bertemu dengannya pun tak disengaja!" jawab Aurel dengan nada tenang."Apa kau masih mencintainya?" tanya Reno penuh selidik."Jika aku masih mencintainya, maka aku tidak akan mau menikah denganmu!" jawab Aurel tegas.Reno menghembuskan nafas kasar, matanya masih tak beralih dari wajah cantik istri pertamanya ini."Sudah? jika sudah, lebih baik Mas segera temui Ayunda!" "Kau mengusirku Dek?" tanya Reno tak te
Aurel tersentak saat merasakan sepasang lengan kekar tengah memeluknya dengan mesra."Mas," pekiknya."Hem?"Reno hanya menjawab dengan gumaman dan menghirup dalam aroma tubuh istrinya dari ceruk leher sang istri.Seperti ucapan Reno semalam, ia menginap di rumah Aurel dan menghabiskan waktu bersama dengan istri pertamanya itu.Meski sempat dapat protestan dari Ayunda, namun Reno bisa membujuk istri keduanya itu dengan syarat, pagi ini ia harus segera kembali kerumah istri keduanya."Geli ih," ucap Aurel sembari menggeliatkan tubuhnya karena merasa sedikit risih dengan apa yang dilakukan oleh suaminya ini."Sebentar saja Dek, Mas masih kangen!" jawab Reno dengan masih menyusuri leher jenjang sang istri."Ahhh, Mas!" satu desahan lolos dari mulut Aurel, karena lelaki itu menghisap kuat dan memberi tanda kepemilikan di leher Aurel."Kenapa Sayang?" tanya Reno dengan nada menggoda.Aurel hanya menikmati apa yang sudah suaminya lakukan. Sejujurnya dia juga merindukan momen seperti ini.Re
Reno menghembuskan nafas kasarnya saat Ayunda sudah keluar rumah dan menuruti ucapannya.Reno berbalik dan menatap Aurel yang juga tengah menatapnya tanpa ekspresi. Reno berjalan mendekati istri keduanya untuk berpamitan."Dek, Mas tinggal dulu ya? Mas harap kamu bisa jaga diri dan jaga kedua anak kita!" ucap Reno saat sudah berada di depan Aurel dan mengecup keningnya dengan lembut, lalu berjongkok untuk mencium dan mengelus perut yang sudah sedikit membuncit itu."Tentu aku akan menjaga mereka berdua!" jawab Aurel datar."Baiklah, jika terjadi sesuatu hubungi Mas!" ucap Reno yang tak ingin menanggapi ucapan Aurel yang tak enak didengar itu.Aurel hanya mengangguk dan membiarkan Reno segera meninggalkan rumahnya. Aurel menatap punggung Reno yang perlahan menghilang di balik tembok.Rasanya ia ingin mencegah Reno, agar jangan pergi dan menemaninya. Namun, mau bagaimana lagi? suaminya itu mempunyai dua istri dan harus adil terhadap mereka.Ia tidak boleh egois dengan melarang Reno untu
Daniel mulai menjelaskan tentang kerjasama yang mereka lakukan. Namun, Haris dari tadi tidak bisa fokus dengan apa yang dijelaskan oleh sahabatnya itu.Dia selalu memikirkan tentang wanita yang sudah menolongnya tadi, ia masih berusaha untuk mengingat di mana dia pernah bertemu dengan wanita yang dipanggil Aurel oleh sahabatnya ini."Bagaimana, apa kau setuju?" tanya Daniel setelah menyelesaikan penjelasan nya.Tidak ada jawaban, Aries masih diam termenung dengan pikiran nya sendiri."Ries?" panggil Daniel sekali lagi, karena sahabatnya ini masih diam saja."Aries!""Ya?" Aries tersentak saat Daniel memanggilnya sembari mengetuk meja tepat di depan nya."Ada apa?" tanya Daniel, namun Aries menjawab dengan menggelengkan kepalanya."Kau yakin?" tanya Daniel lagi."Ya," jawab Aries sembari menganggukkan kepalan nya."Jika tidak ada masalah, kenapa kau dari tadi hanya diam saja? bahkan kau terlihat tidak fokus dengan apa yang tengah kita bahas sedari tadi!" tanya Daniel yang sedari tadi
Aurel termenung memandangi pemandangan yang ada di luar jendela kamarnya. Ia teringat dengan sosok lelaki tadi pagi yang ia temui."Kenapa lelaki tadi mirip sekali dengan kak Abi? apa benar dia kak Abi?" gumamnya sembari mengelus kalung yang berbentuk sayap itu."Jika memang benar, aku akan sangat bahagia karena sudah bertemu dengan kakak ku lagi!" gumam nya lagi.Aurel sangat berharap kalau lelaki tadi adalah kakaknya, tapi rasanya tidak mungkin! bukankah kakaknya itu sudah pindah ke luar negri? jadi tidak mungkin itu dia.Aurel menghembuskan nafas kasar saat mengingat kakaknya itu tidak sedang berada di negara yang sama dengan nya, pupus sudah harapan nya.Ya, Aurel tahu tentang paman dan keluarganya termasuk kakak nya pindah ke luar negri. Itulah sebabnya, Aurel menyerah untuk mencari kakaknya, karena terkendala biaya.Tetapi tak dapat di pungkiri, Aurel sangat berharap kalau lelaki tadi adalah kakaknya. Seandainya ia tidak melupakan wajah kakaknya, mungkin dia akan bisa langsung m
Setelah perkenalan antara Arumi dan Ayunda, wanita paru baya itu menyuruh mereka segera masuk dan mengobrol di ruang tamu."Aurel, bikinkan kami minum!" perintah Arumi pada Aurel saat ia hendak mendudukkan tubuhnya di sofa single."I-iya Bu," jawab Aurel yang sedikit tersentak dengan suara mertuanya ini.Sebenarnya ini bukan pertama kalinya, ibu mertuanya memerintah dirinya dengan nada ketus setengah membentak, tetapi tetap saja Aurel masih belum terbiasa dengan hal ini.Tanpa banyak kata ia segera menuju dapur untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh ibu mertuanya, karena ia tak ingin terkena omelan.Arumi segera memasang senyum manis saat beralih menatap Ayunda yang tengah duduk di sebelahnya wanita itu membalas senyuman tak kalah manis dengan ibu mertuanya ini.Sementara Reno hanya menggeleng melihat sikap ibunya yang masih memperlihatkan rasa tak sukanya pada Aurel."Bu, bisakah ibu bersikap lembut pada Aurel? bagaimanapun ia tetap menantu ibu!" tegur Reno yang tak suka melihat
Ayunda tersenyum penuh kemenangan, meskipun Reno lebih memilih untuk mengejar Aurel, namun tak masalah baginya.Ia memang sengaja membiarkan suaminya itu mengejar istri pertamanya. Toh, Reno pasti akan kembali padanya. Ayunda yakin, mereka pasti akan bertengkar, sekarang yang ia lakukan hanya menunggu kabar baik yang akan menghampirinya. Kabar baik tentang rebggangnya hubungan Aurel dan suaminya, yang burung perpisahan bagi keduanya. Rasanya sungguh tidak sabar mendengar hal itu. "Sudahlah Bu, lebih baik kita makan camilan sembari menonton tivi! jangan memikirkan hal yang bisa membuat mengganggu kesehatan ibu!" ucap Ayunda yang mencoba mencari perhatian dari ibu mertuanya ini. "Ya, kau benar! ibu berharap, Reno segera meninggalkan wanita itu!" ucap Arumi menggebu. Ayunda hanya tersenyum menanggapi sang ibu mertua, dia lebih memilih untuk membuatkan minuman dan mengambil beberapa camilan untuk mereka berdua nikmati. Biarlah untuk kali ini dia melayani sang mertua, tetapi jika tuj