💗💗💗
Ah … waktu begitu cepat berlalu. Ada kalanya aku ingin kembali menjadi kanak-kanak lagi. Tak perlu berpikir tentang hari esok, tak perlu bekerja atau menghadapi masalah sulit cukup bermain sepanjang waktu.
Ternyata menjadi dewasa tak semudah yang aku bayangkan. Banyak masalah rumit yang harus diselesaikan, banyak pekerjaan rumah tangga yang mau tidak mau harus kulakukan walau sakit sekalipun saat sudah menikah.
Hari begitu cepat berganti, rasanya anak-anakku masih belajar berjalan kemarin, kini mereka sudah berlari mengikuti takdir memilih jalan hidup, masing-masing memberiku seorang cucu yang pintar dan meng
💗💗💗Kami berjalan mengendap-endap menuju rumah Lilik, jantungku berdegup kencang tak beraturan. Ketakutan dan panik melanda, badanku terasa panas dingin seketika.Sesampainya di teras rumah lilik, segera aku mengetuk pintu dan memanggil si empunya."Lilik, dek Lik …," lirih kuberucap, dengan nada sangat pelan. Kuketuk pintu beberapa kali."Dek-Dek, Ni-Aini, tolong buka pintu.""Ni, Aini, bukain pintunya." Kucoba memanggil nama
💔💔💔Memasuki proses sidang terakhir, hari ini adalah sidang ke delapan, dengan acara pembacaan keputusan Majelis Permusyawaratan. Kembali duduk pada kursi kayu ini bersebelahan dengan Mas Harto. Ada rasa yang bercampur aduk menjadi satu.Kami berdiri sejenak ketika para Hakim Anggota memasuki ruangan. Empat orang Hakim Anggota berjalan menempati tempat duduknya masing-masing di hadapanku, mengenakan pakaian kebesaran dengan warna dasar hitam yang sama,mereka seperti ikut berkabung hari ini untuk perceraianku.Dalam beberapa jam lagi sidang akan selesai. Mungkin ini akan menjadi pertemuanku yang terakhir kalinya dengan Mas Har
Senin, 15 Juni 2020 aku resmi menyandang status janda. Haruskah aku menangisi yang telah terjadi, atau mensyukuri takdir terbaik yang terlalui hingga kini?Aku percaya tak ada yang sia-sia, bahkan daun yang gugur pun jatuh atas seizinNYA. Semua hal yang terjadi atas kehendakNYA, pasti mengandung hikmah tersembunyi, suatu saat nanti akan dimengerti.Percayalah, tidak ada seorang wanita pun yang bercita-cita menjadi janda. Hanya takdir tak tebang pilih saat menghampiri.Rumahku kini terasa begitu sunyi, tanpa sosok suami yang mengayomi dan melindungiku. Juga canda tawa anak ataupun cucu yang tak akan terdengar, mereka sibuk dengan dunia
Bab : 24Judul Bab : Yang Dirindu💔💔💔Dua bulan setelah mengantongi surat cerai, hidupku berjalan biasa-biasa saja. Tak ada yang perlu kusesalkan mengambil jalan berpisah seperti sekarang.Ternyata tanpa suami, langit masih biru, angin tetap berhembus untuk dihirup. Walaupun tak punya seorang suami, dunia juga tak berhenti berputar.Hidup bukan untuk menangisi perpisahan, biarkan saja apa yang telah terjadi, ada baiknya kita relakan agar sanggup mengikhlaskan, karena k
💔💔💔"A-air …," desisku. Betapa aku sangat merasa kehausan. Kerongkongan terasa kering. Entah kapan terakhir kali aku minum.Lilik yang tanggap langsung mengambilkan segelas air putih di atas nakas, kemudian menyangga kepalaku agar bisa minum.Pelan kunikmati air putih itu, seteguk dua teguk, tak terasa air dalam gelas tandas kuminum."Ini, dimana?" gumamku."Ini klinik Dokter Bobby mbak," jawab Lilik menjelaskan.
💔💔💔Sayup-sayup suara sirine mobil, telah berhenti. Tak berapa lama Suara pintu mobil dibuka, lalu ranjangku diturunkan dari dalam mobil.Aku hanya terbaring lemas menahan rasa sakit di sekitar panggul. Lemah dan tak berdaya hanya pasrah menurut kemana ranjang dibawa.Ranjang bergerak dengan cepat menyusuri koridor rumah sakit, nyata atau hanya ilusi kulihat Mas Harto tetap menggenggam jemariku mengikuti arah kemana ranjang menggelinding.Seperti adegan-adegan drama di salah satu stasiun televisi yang sering kutonton. Dimana pemeran protogo
💔💔💔Hidup itu terlalu singkat, untuk digunakan membenci. Jangan menghabiskan energi dengan membenci orang-orang yang telah menyakiti, karena kita diturunkan dari langit sana, sekedar turun minum. Saat dahaga hilang, kita akan terbang melayang kembali pulang. Sesaat yang terasa lama.Setiap manusia hanya menunggu giliran untuk kembali, boleh jadi sekarang giliran mereka, besok bisa jadi giliran Hening dan lusa adalah giliranmu. Setidaknya lebih baik pergi lebih dulu. Agar tak perlu menangisi orang yang belum tentu kehilanganmu.Hening ingin segera pergi, raganya sudah tak kuat menanggung rasa sakit, berkali ia menyebut nama Tuhan, lalu
💔💔💔Aini mematikan panggilan, menaruh gawai pada saku celananya. Ia mendekat pada Nur Laila, mengelus-elus pundak sepupunya yang terlihat bergetar hebat.Kehilangan selalu menyakitkan terlepas siap ataupun tidak. Kematian tetap menjadi sesuatu yang menakutkan bagi setiap orang.Dua orang perempuan berbaju putih itu maju, melaksanakan prosesi pembersihan pada tubuh Hening yang mulai dingin.Anton, Nur Laila, dan Aini menepi memberi kesempatan pada mereka untuk melaksanakan tugas."Benar kata Kakaknya Ahmad jika Ibuk, kuat dan mampu bertahan melewati hari ini ia akan sembuh, namun jika tidak siang selepas duhur, sebelum asar Ibuk, akan