Ya, setidaknya sampai ibunya kembali ke rumah.
Setiba didepan kamarnya, Alika coba menarik nafas dalam dalam lalu keluarkan. Ia buka pintu kamarnya dan dekati Yustaf yang baru saja melihat ponselnya.Yustaf yang melihat Alika masuk langsung menaruh kembali ponselnya ke saku. Ia segera bangkit dari kasur. "Saya boleh pergi kan, sekarang?" tanya Yustaf. Alika merasa ragu mengatakannya, tapi ia tidak ingin membuat Yustaf menunggu terlalu lama dan beralih dibuat penasaran. "Yus.. untuk sementara... kita.. diam di kamar ini aja dulu ya? Cuma beberapa jam aja kok, sampai ibuku pulang. Jangan khawatir, kita tidur terpisah kok, bukan satu ranjang." ujar Alika. Yustaf mengangguk. "Oh, yaudah." ucap Yustaf.Alika langsung mengambil spring bed cadangan dari bawah tempat tidurnya. Springbed yang ukurannya sedang dan cukup untuk tidur satu orang. Ia ambil sapu lidi lalu bersihkan spring bed itu dengan sapu lidi. "Biar aku tidur disini, kamu diatas." ucap Alika sibuk menyapu kasurnya"Saya ada panggilan interview kerja." bisik Yustaf, Alika tersentak. "Oh ya? dimana? dekat dengan tempat kerjaku gak?" bisik Alika. "Lumayan jauh." balas Yustaf tersenyum tipis. Alika mengohkan perkataannya. Dihadapan mereka kini tersaji beragam macam makanan mulai dari tom yum, ayam teriyaki, omelette, kentang balado, rendang serta sayur buncis. "Mah, aku makan roti aja ya, takut telat soalnya." ucap Alika beralih bangkit, berniat mengambil roti di kulkas. Namun Ratna keduluan mencegahnya. "Eh tunggu! Kamu ngapain sih! Ini loh suamimu udah masak scrambled eggs sama omelette. Enggak sopan banget sih kamu, suamimu udah bela belain masak juga!" gerutu Ratna. Alika terheran. "Loh? Yustaf masak? Bukannya ini makanan yang sisa kemarin itu?" tanya Alika."Makanya diliat dulu makanannya. Mama kan tadi bilang ke Yus, kalo kamu pasti enggak bakal mau makan makanan sisa hajatan kemarin, nah terus mama bilang kamu pasti enggak bakal nolak kalo dikasih scrumbbled egg atau omelette. D
Suara dari ujung telepon terdengar menjawab pertanyaannya. "Kamu sudah ada di kantor?" tanya kakaknya."Udah sih..ini lagi di lift, kakak kapan kesini?" tanya Angela."Bentar lagi sampai. Suruh beberapa karyawan divisi marketing untuk bersiap bersiap termasuk orang suruhan itu. Karena dia yang akan kembali menjadi perwakilan kakak dalam mengemukakan pendapat, pastikan handsfreenya terpasang dan terhubung dengan baik dengan kakak." ucap kakaknya. "Enggak usah dijelasin juga udah tahu." dumel Angela."Ya, kakak hanya khawatir kamu lupa." balas kakaknya. "Yaudah kak, lagian aku disini cuma sebentar. Kan mau ke angel's cupid lagi... kerjaan disana tuh enggak pernah kelar deh." gerutu gadis manis itu. Kakaknya hanya tertawa lalu kemudian menutup teleponnya setelah berpamitan terlebih dahulu."Ish main tutup aja." gerutu Angela yang ketika pintu lift terbuka, ia terkejut saat melihat seorang pria bersetelan jas hitam berada dihadapannya. "Angela? kakak lo mana?" tanya
"Aku ingin mentraktirmu makan siang. Aku yakin kalau saat di telepon tadi aku bilang ke kamu, mau neraktir kamu, pasti kamu nolak. Makanya aku bilang ingin kita ketemuan." ucap Alika ceria, Yustaf memandang wanita dihadapannya seakan tak berkedip, baru saja Alika berkenan menyadarkannya, Yustaf sudah berbicara duluan. "Kenapa... kamu berpikir seperti itu?" tanya Yustaf."Karena aku udah tahu sifat kamu. Pasti kamu akan langsung menolak jika aku mentraktirmu makan." ucap Alika langsung dibalas oleh Yustaf. "Tidak sih, saya tidak akan menolak jika kamu mengajak saya makan." ucap Yustaf sedikit memalingkan matanya, Alika tersentak. "O,oh? beneran? aku kira kamu tipikal orang yang kayak gitu hehe." ucap Alika tertawa kecil, ia merasa jika Yustaf pasti berpikir jjika dirinya adalah orang yang sok tahu, Alika menyadari jika sifatnya bahkan bisa disamakan psikolog amatir..Berbeda dengan Yustaf yang justru sedang membatin sesuatu. "Bagaimana mungkin saya menolak ajakan wanita yang
Alika pun menaruh kembali sendok itu ke atas piringnya dan tersenyum pada Yustaf. "Oke." ucap Alika dengan penuh keterpaksaan.Alika membuka chat dari Yustaf, sesaat setelah membacanya Alika pun langsung menatap Yustaf serius. Alika sekarang paham maksud perubahan sikap Yustaf barusan, wanita itu diam diam melirik ke arah belakang Yustaf. Ternyata benar, pria berhoodie dan topi hitam dibelakang sana tampak sedang mengarahkan ponselnya diam diam ke arah mereka berdua, seakan sedang merekam video.Alika tersenyum ke arah Yustaf mengajaknya kembali makan. "Ayo makan... sayang." ucap Alika, segera memulai aktingnya. Yustaf pun ikut tersenyum dan mulai menyuap makanan italia itu, bersamaan dengan Alika."Sayang, kita rencana bulan madu kemana ya kira kira?" tanya Alika. Yustaf sedikit tidak menyangka dengan topik pembicaraan Alika barusan yang mencoba membahas tentang hal itu."Kamu mau kemana, sayang? Terserah kamu saja." ucap Yustaf seraya mengunyah makanannya. "Tapi k
"Sebenarnya aku ingin suami kontrakku itu nantinya mengajariku... memasak." ucap Alika merasa sangat malu hingga menundukkan wajahnya saat mengatakannya. Yustaf merasa jawaban tersebut cukup lucu, hingga membuatnya mengekeh geli. Alika sebal dengan sikapnya yang menertawainya seperti itu, ditambah dengan wajah tampannya yang begitu menggoda itu ketika tertawa. Gemas sekali rasanya."Tapi memang ibumu tidak bisa memasak? kamu bisa saja kan meminta bantuan ibumu?" tanya Yustaf"Aku pernah diajari memasak oleh mamaku, tapi hasilnya malah malu-maluin. Tiga kali aku belajar, besoknya ibuku langsung kapok mengajariku." ucap Alika, Yustaf mengikik."Alasannya benar benar diluar dugaan. Bahkan saya mengira kamu tipe wanita pekerja yang sangat pemalas ketika dirumah, hingga tidak mau menyita waktunya hanya untuk memasak. Tapi ternyata..hahaha." tawa Yustaf bahkan semakin membesar sekarang, Alika semakin jengkel dan gemas dengan pria itu hingga memutuskan untuk mengelitiki pinggan
Malam harinya Yustaf yang sedang rebahan diatas kasurnya mendengar suara Alika sedang menelepon seseorang didepan kamarnya. Bahkan tak lama setelahnya Alika beralih mengetuk pintu kamar Yustaf yang tertutup rapat itu. Yustaf segera bangkit dan membuka pintunya. "Ada apa Al?" tanya Yustaf, Alika langsung menggandeng tangan Yustaf dan membawanya pergi dari sana.Mereka saling berjalan cepat menuju tangga, langkah demi langkah menuruni tangga. Alika berkata. "Kamu ingat apa yang aku katakan tadi siang?" tanya Alika seraya terus berjalan."Apa?" tanya Yustaf heran."Aku ingin memberikanmu hadiah." ucap Alika. Yustaf penasaran, apa sebenarnya hadiah yang akan diberikan padanya? Yustaf diam diam tersenyum memandang punggung Alika. Entah kenapa ia merasa sangat senang saat itu.Tak lama setelahnya, mereka pun sampai didepan pintu. Yustaf terkejut saat melihat sebuah motor matic berwarna hitam keluaran tahun ini terparkir didepan teras rumah. "I-ini?" tanya Yustaf
"Kamu orang yang baik, saya hanya tidak ingin kamu memilih wanita yang tidak pantas." ucap Alika setengah berbisik dengan mata yang naik turun lalu tiba masanya kedua mata yang lentik itu terpejam."Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan, karena... tipikal orang yang saya sukai adalah..."Kamu sendiri...Yustaf menyadari jika Alika sudah tertidur di pangkuannya. Pria itu kembali meneruskan jalannya, memangku Alika masuk ke bagian dalam rumah lalu naik ke tangga, hingga akhirnya ia sampai di kamar Alika. Ia baringkan tubuh Alika ke atas kasurnya, dengan menaruh bantal terlebih dahulu dibawah kepala wanita itu secara perlahan.Ia beralih duduk disebelah Alika yang tertidur. Ia pandangi lamat lamat wajah Alika sepuas hatinya, tanpa sadar tangan kanannya bergerak tak terkendali menyentuh wajah Alika, mengusapnya lembut dan ia kecup kening wanita itu lama, lalu angkat wajah tampannya tepat kedepan wajah tertidur Alika yang ada dibawahnya, kemudian kembali ia pandangi cukup
Albert yang melihatnya seperti itu hanya tetap memberi pandangan datar seperti biasa lalu menghela nafas. Bukankah bosnya ini tampak sangat lugu?Alika yang merasa terus dipandang datar oleh Albert langsung memberinya hadiah yaitu berupa helm yang baru saja ia kenakan. "Nih bawa!" ucap Alika dan langsung bergegas masuk ke dalam pintu utama kantornya. Albert pun mengikuti Alika masuk ke dalam kantor dengan membawa helm itu.Sepanjang berjalan didalam kantor, banyak orang tampak berbisik ketika melihat Alika berjalan melewati mereka. Alika sempat mengabaikan hal ini dan tetap berjalan, karena mengira pasti mereka sedang membahas tentang sifat keposesifan suaminya itu yang tadi memicu perhatian publik. Namun ketika ia masuk ke dalam lift yang sesak dan dipenuhi oleh bisikan para karyawan yang berbicara. Alika pun tersadar, jika mereka sedang mengosipkannya. Salah satu perkataan yang sempat membuatnya sadar adalah..."Iya, suami bayaran. Aku kira mereka pasangan normal