Beberapa saat kemudian, Alika pun pulang dalam keadaan baju dan rambut berantakan seperti habis melakukan perkelahian. Dan ya, ternyata feeling Lucas benar adanya. Istrinya itu baru saja bertengkar dengan Rachel.
"Astaga, kamu sampai pergi kesana, Al?" tanya Lucas duduk disofa sebelah Alika terduduk. "Ya habis, kesal kan. Selalu dia yang membuat masalah, labrak aja sekalian." ucap Alika.Lucas setengah tertawa. "Ada-ada saja kamu ini." ucap Lucas. Setelahnya ia melihat ke arah bagian tangan Alika yang terluka. "Itu kenapa? Hadiah dari Rachel?" tanya Lucas menggoda. Alika menyikut tangannya. "Iya! Dia memberiku hadiah ini, puas kamu?" tandas Alika seraya mencebik, Lucas yang gemas pun lantas mencubit pipinya. Alika menepuk tangannya. "Ish!""Ya enggak masalah sih kamu mau gimana juga." ucap Lucas seraya mengambil obat merah dari kotak p3k di atas meja. Lalu pegang tangan Alika dan obati lukanya. Kemudian kembali berkata. "Tapi siap-siap aja besok bakal ada kehebohan apal"Mungkin Andrew, dia mencoba untuk membalas dendam atas yang kamu lakukan beberapa hari lalu terhadap istrinya. Tapi untuk mencelakakan kamu sampai membuat sebuah teror yang mengancam keselamatanmu itu keterlaluan. Saya benar-benar tidak terima! Ini tindak pidana namanya!" ucap Lucas. Alika terdiam merasa sedikit bersalah. "Ini salahku, seharusnya waktu itu aku tidak melabrak Rachel. Masalah jadi runyam seperti ini." ucap Alika."Sebenarnya tindakan yang kamu lakukan tidak salah, mereka juga dari awal sudah salah karena menyebar berita palsu untuk menjatuhkan reputasi perusahaanmu. Yang paling saya tidak terima adalah kenapa mereka melakukan teror, padahal kamu hanya melabrak Rachel saja waktu itu. Kalau mereka berniat membalas ya balas dengan labrak lagi, bukan dengan melakukan ancaman teror bahkan hingga berniat membunuh begini. Enggak rasional." ucap Lucas. Alika terdiam. "Yasudah kamu coba suruh Albert cek CCTV, barangkali ketahuan siapa pelakunya." ucap Lucas.Alik
"Tidak, tapi dalam proses seperti itu." ucapnya."Tapi mereka itu siapa? Perusahaannya bergerak di bidang apa?" tanya Alika."Sebelumnya akan saya informasikan terlebih dahulu. Cardinal group merupakan perusahaan mobil besar yang ada di Amerika. Perusahaan ini memiliki ratusan ribu karyawan di negara tersebut, bahkan termasuk ke dalam perusahaan bonafit didaerah sana. Presiden direkturnya bernama Beatrice Curt yang tidak lain merupakan ibu tiri dari suami anda Lucas Esther Cardinal." ucap Albert. Seketika Alika seperti melohok sepanjang mendengar penjelasan Albert. "Astaga!" ia langsung meminum segelas air putih yang ada di mejanya. "Apakah itu sungguh nyata?!" tanya Alika masih tidak percaya. "Kalau ini mimpi kenapa anda bisa meminum air putih?" tanya Albert."Ah tidak, maksudku. Apakah beliau sungguh mertuaku?" tanya Alika."Iya." ucap Albert."Waah senang sekali rasanya ingin bertemu ibu mertua. Saya harus kasih dia apa ya Al? Dia itu bisa bahasa indonesia tid
"Dia... meninggal karena diracun." ucap Beatrice. Alika tersentak, kasihan sekali. Jadi karena hal itu ibu ini terus disalahkan oleh Lucas. "Kalau begitu nanti saya akan coba bantu berbicara pada Lucas terkait masalah ini." ucap Alika. Beatrice tampak senang mendengar hal ini. Ia langsung memegang kedua tangan Alika dengan antusias. "Benarkah? Kalau begitu apa bisa kamu sekalian suruh dia kembali ke Amerika? Supaya dia bisa mengelola perusahaan mendiang ayahnya bersama saya?" tanya Beatrice."Lucas kembali ke Amerika?! Lalu bagaimana denganku?!" batin Alika."Saya mohon, please." ucap wanita itu dengan air mata berkaca-kaca. Alika merasa tidak enak untuk menolak. Dirinya pun mengiyakan hal tidak tersebut meski terpaksa.Selepas kepergian Beatrice dari kantornya, Alika kembali dijemput oleh Lucas. Didepan pintu utama mobil lelaki itu pun sudah berhenti. Kebetulan sekali, Alika pun segera berjalan terburu-buru mendekati mobil tersebut lalu buka pintu mobilnya dan masu
"Kakimu sudah tidak sakit lagi?" tanya Albert. Angela mengangguk. "Berkat ditiup olehmu." balasnya seraya tersenyum. Albert ikut tersenyum tipis."Rumahmu dekat sini?" tanya Angela."Tidak dekat dan tidak terlalu jauh juga." jawabnya."Kucingmu dititipi siapa?" tanya Angela."Dititipi rumah." jawabnya."Hah?" "Tidak dititipkan pada siapapun. Karena ditaruh di kandang." balas Albert. Angela mengangguk. "Kucingnya nurut ya? Makanya kamu tinggalkan sendiri. Tapi kasihan juga sih seharian dikandang terus." ucap Angela."Iya memang, tapi saya sudah memberinya makanan yang banyak di dalam kandang." ucap Albert. "Iya, tapi kalau setiap hari di kurung terus juga kasihan. Dia bisa stres loh, minimal dilepas didalam rumah aja deh. Dia juga ingin jalan-jalan ke sekitaran rumah." ucap Angela. Albert memandang Angela seraya terdiam. Angela terheran melihatnya terus memperhatikannya. "Kenapa?" tanyanya. "Maaf, apa saya terlalu menggurui barusan?" tanyan
"Ya benar, mereka saling berebut. Tapi sudahlah, saya kesana ingin meluruskan saja apa yang sudah hak saya. Atau nanti bisa kami bagi secara rata tentang masalah itu, dan mencocokkan dengan wasiat yang ditinggalkan ayah saya." ucap Lucas."Aku sangat berharap kamu baik-baik saja disana. Khawatirnya nanti muncul hal yang tidak diinginkan dari segala perseteruan ini. Aku takut kamu celaka." ucap Alika."Ssst, jangan ngomong begitu. Jika Tuhan berkehendak, saya pasti akan pulang dengan selamat. Tunggu aja." ucap Lucas. Alika tersenyum dan mengangguk.Dua hari kemudian, Alika pun melepas kepergian Lucas dan Beatrice yang memang berada dalam satu pesawat. Alika melambai tangan pada mereka berdua yang kian menjauh pergi bersama lima bodyguardnya. Kemudian dirinya kembali lagi ke perusahaan dengan masih ditemani oleh bodyguard barunya yang bernama Rino.Meskipun sempat ditanyakan apakah dirinya akan menyusul Lucas ke Amerika, akan tetapi Alika menolak untuk ikut karena diri
"Bilang saja tidak mau." ucap Alika mencebik."Hanya mengutarakan pendapat." ucap Albert."Belikan bubur dong, aku lapar tahu." ucap Alika."Dimana--" belum selesai bicara langsung dipotong Alika. "Ya didepan.""Uangnya." ucap Albert. Alika menatapnya datar. "Ini pertama kalinya seorang bawahan memalak direkturnya langsung." ucap Alika."Saya tidak memiliki recehan." ucap Albert."Yayaya terserah deh. Nih." ucap Alika seraya memberikan uang dua puluh ribuan padanya."Anda tidak ingin memakan-makanan dari sini?" tanya Albert. "Saya lagi kepingin bubur please.." ucap Alika memelas. Albert menghela nafas. "Yasudah. Saya kesana." ucap Albert seraya pergi.Beberapa saat kemudian setelah Albert membeli bubur, ia pun kembali ke ruang rawat Alika. Ia berikan bubur itu padanya lalu mereka berdua saling makan saat itu.Alika berkomentar. "Kukira kamu tidak suka bubur." ucap Alika. "Saya hanya sedang lapar. Pergi membeli makanan di warteg
Berhari-hari Alika terus menangisi Lucas, ia merasa sangat sedih tapi didalam hati dirinya begitu pasrah. Alika merasa sangat rindu dengan suaminya itu, bahkan sepanjang hari kilasan ingatan, semua kenangan tentang mereka mengalir sangat deras, tidak bisa tertahan lagi.Alika merasa sangat ingin menyentuh wajah suaminya itu bahkan memeluknya dengan erat. Kejadian itu telah sukses membuat dirinya jadi tidak fokus. Meskipun ia masih bisa menjalani hidupnya seperti biasa di kantor. Ia terus memantau perkembangan update informasi dari kantor polisi mengenai Lucas. Meskipun sudah dua minggu berlalu akan tetapi hasilnya tidak ada perkembangan maupun informasi yang bisa menyenangkan hatinya. Hanya dua hari dirinya pergi ke Amerika selepas menghilangnya Lucas. Kemudian ia kembali ke Indonesia dengan perasaan kecewa.Ketika di kantor, Alika sering menangis di ruang kerjanya. Terlebih ketika mengingat Lucas Dirinya merasa sangat ingin... melihat suaminya kembali.
"Tidak sih, terima kasih." ucap Lucas."Jika ada yang anda perlukan lagi, silakan panggil saya kembali ya, Tuan Lucas." ucap Stacy tersenyum. "Iya." ucapnya.Stacy pun keluar dari ruang rawatnya, sang teman yang mengintipnya pun langsung antusias melihat sadarnya Lucas saat itu. "Bukankah itu Mr. Eyebrow?" tanya temannya. "Iya!" Mereka saling curhat gaje disana, melampiaskan rasa kagum satu sama lain tentang Lucas.Sore harinya Lucas yang sudah merasa dirinya fit pun sudah berganti baju kembali, dirinya langsung pamit dari rumah sakit itu pada Stacy yang ditemuinya saat ini di koridor."Loh, anda sudah pulang?" tanya Stacy."Iya orang rumah pasti banyak yang khawatir dengan saya." ucap Lucas. "Tapi anda baru saja sadar dari koma, bagaimana jika anda jatuh pingsan di tengah jalan?" tanya Stacy yang saat itu sudah membawa tasnya bersiap akan pulang. "Jangan khawatir. Saya yakin bisa, tenang saja." ucap Lucas segera pergi, akan tetapi Stacy memegang tangannya mencegahnya pergi. "Bia
Sebelum acara pertunangan Angela dan Yudistira dilaksanakan. Alika, Lucas, Angela, Yudistira, Albert maupun Risha kini saling jalan-jalan ke Bali. Jika ditanya kenapa Albert dan Risha juga ikutan diajak, ini tidak lain karena Alika yang dibelakang merencanakan sesuatu, tak bukan adalah berniat mencomblangi mereka.Angin laut langsung menerpa dan menyambut mereka kala empat orang itu keluar dari dalam mobil termasuk Shanice. Shanice yang tadi sempat tertidur kini terbangun kembali dalam keadaan fresh.Para lelaki sudah duluan membuka bajunya, tidak ingin kalah dengan para bule yang ikut bertelanjang dada. Berbeda dengan Alika, Risha dan Angela yang sedang duduk di pantai. Menemani Shanice bermain pasir. Risha terus memperhatikan Albert dari kejauhan yang sedang mencoba berenang dengan lainnya. Risha membatin. "Pak Albert pake segala ninggalin gue lagi. Pamer-pamerin perut kotak segala, bikin gue kebayang sama roti sobek." batinnya. Albert tersadar jika dirinya diperhatikan oleh Risha.
Esok paginyaKarina mendekati Risha yang sedang sibuk membuat surat jalan untuk beberapa orang. "Ris, tahu gak? Katanya ada tukang nasi goreng yang enak banget didepan." ucap Karina antusias. Risha menguap. "Masa tukang nasi goreng pagi-pagi begini sih Kar? Tukang nasi goreng tuh malem-malem adanya." ucap Risha. "Beneran loh, teman-teman yang lain pada nyaranin kesana. Katanya enak banget. Udah cepet lo kesana, gue tahu lo pasti belom sarapan kan sekarang? Keburu masuk jam kerja." ucap Karina."Iya sih gue belum sempet makan, gue bahkan niatnya pengen puasa sekarang. Terus pas dzhuhur langsung buka." ucap Risha."Dikira lo anak TK Ris! Udah buruan kesana." suruh Karina."Tapi kok lu tumben nyuruh gue makan pagi? Apa jangan-jangan ada gajah di balik batu?" tanya Risha curiga."Udah kayak lagu wali ya? Udah buruan, nanti keburu kehabisan. Gigit jari lo." ucap Karina. "Lo enggak ada niat mau masukin racun tikus kan ke nasi goreng gue?" tanya Risha."Emangnya lu Mirna! Digaji berapa g
Tiba-tiba Lucas merasa dirinya diperhatikan oleh Angela. Angela yang merasa terpergok berniat pergi akan tetapi Lucas keburu memanggilnya dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruang meeting itu. "Sini!" pekik Lucas.Angela merasa heran, ia pun segera masuk ke ruang meeting dan mendekati mereka."Kenapa Kak?" tanya Angela."Ini, kamu pasti enggak kenal kan sama dia?" tanya Lucas menunjuk ke arah Bella. Angela menatap Bella heran. "Siapa?" tanyanya."Ini Bella! Teman SMA kakak waktu di Amerika dulu." ucap Lucas. Angela tersentak dan kaget bukan kepalang. "Kak Bella?! Yang waktu dulu pakai kacamata tebal itu?!" tanya Angela tidak percaya. "Iya! Dia yang dulu suka mengajari kamu matematika!" ucap Lucas, Angela antusias dan langsung memeluk Bella. "Wah, Kak Bella. Aku senang banget bisa ketemu Kakak disini. Kakak ngapain disini? Pangling loh, makin cantik sekarang." ucap Angela. "Bisa aja kamu haha. Aku direktur Belle's corporation. Kamu tidak tahu tentangku juga kah?" tanya Bella.
"Tapi saya memang sejak awal tidak akan termakan oleh bujuk rayu mereka. Hanya andalah yang terlalu memberi ruang dan kesempatan untuk mereka menghancurkan anda, salah satu contohnya adalah saat kejadian anda keguguran beberapa waktu lalu." ucap Albert. Alika tidak menyangka Albert bisa seberani itu mengatakan hal tersebut. Ia yang semakin geregetan pun kembali menginjak kakinya. Sayangnya Albert kembali menghindar. Sepertinya ia sudah hapal sekarang, tentang kebiasaan Alika itu.Tiba-tiba Risha mengetuk pintu ruang kerja Alika. Tanpa sadar itu membuat Albert terkejut dengan kehadiran wanita itu disana. "P-permisi." ucap Risha yang kemudian masuk ke ruangan Alika dan berjalan mendekati mereka seraya membawa dokumen untuk ditanda tangan.Ia letakkan dokumen itu di atas mejanya. "Ini Bu." ucap Risha.Semenjak ia tahu kalau Alika sudah masuk hari ini, berkas yang biasa ditandatangani oleh Albert kini berubah lagi ke Alika. Alika pun menandatangani berkas itu dengan segera. Selesai me
"Iya. Eh tapi kan Bapak kamu ada dirumah sakit ya? Apa mau saya antar baju-bajunya ke rumahmu selagi kamu dirumah sakit?" tanya Lucas."Enggak Pak, enggak perlu. Nanti saya akan pulang ke rumah dulu kok, baru ke rumah sakit lagi." ucap Kinanti.Esok paginya didepan rumah Kinanti Lucas mengeluarkan koper milik Kinanti dan berikan padanya. "Makasih banyak ya Pak. Saya sangat merasa beruntung bisa bekerja meskipun sebentar di rumah Bapak." ucap Kinanti. "Iya sama-sama." ucap Lucas. Tiba-tiba Liza dan Fika keluar dari rumah besar itu. "Eh nongol lagi kesini. Bukannya kemarin niatnya kabur ya?" tanya Fika menyudutkan."Padahal gue udah bisa leha-leha tanpa ada dia." ucap Liza."Kamar yang tadinya milik gue jadi balik lagi dong? Gak seru ah." ucap Fika.Lucas menatap tajam ke arah mereka dan langsung mengeluarkan ponselnya, telepon seseorang."Halo Pak? Dengan bapaknya Kinanti ya? Saya ingin memberitahu kalau anak Bapak Kinanti sedang dibully lagi Pak. Wah yang bener Pak? Harta warisan B
Andrew ikut berkata. "Yah namanya juga orang dengki. Pasti ada saja yang tidak sesuai keinginannya." ucap Andrew. Lucas kesal, ia balik berkata. "Siapa yang dengki? Bukannya kalian yang suka dengki terlalu berlebihan atas apa yang kami miliki?!" tandas Lucas.Liza dan Fika yang mendengar perdebatan mereka saat itu pun berkata. "Duh berisik banget sih mereka." ucap Liza. Mereka pun pergi dari sana. Rachel kembali berkata. "Kami tidak akan dengki kalau kalian tidak suka pamer!" tandas Rachel. Andrew langsung menyabarkan Rachel. "Sudahlah Hel, mereka berkata seperti itu pasti memang ada motifnya. Untuk membuat kita terpancing dan pada akhirnya terjadi hal buruk pada bayi kita." ucap Andrew. Lucas tertawa mentah."Pintar sekali anda membalasnya, padahal istri andalah yang duluan memulai semua perdebatan ini." ucap Lucas."Heh, sangat tidak mau kalah. Pantas saja anda memiliki istri berwatak buruk seperti Alika." ucap Andrew."Saya merasa sangat beruntung telah menemukan istri seper
"O-oh gitu. Iya, Pak." ucap Kinanti.Alika menyuap sayur pada Shanice akan tetapi Shanice langsung memuntahkan sayur itu ke lantai. "Ya ampun kenapa dimuntahin sih Nak? Kamu enggak liat Bi Inem udah masuk ke kamar mau tidur?" tanya Alika."Enggak enak." ucap Shanice."Sayur itu enak Nak, bikin kamu sehat. Katanya mau tambah tinggi? Ya makan sayur." ucap Alika yang langsung memunguti sayurnya dengan tisu. Alika merasa jika dirinya terus dilihati oleh Kinanti. "S-saya ambil alat pel sebentar." ucap Kinanti mengalihkan dengan cepat. Ia kabur detik itu juga meski Alika tampak menolak. "Tunggu, Kinan! Biar saya aja. Udah kabur lagi." ucap Alika."Mau makan sayur disuapin sama Papa ya Nis?" tanya Lucas.Shanice menggeleng. "Udah deh kalau enggak mau makan sayur, makan lauknya aja ya Nis?" tanya Lucas.Shanice mengangguk senang. Alika menghela nafas lalu berkata. "Itu memang maunya dia." ucap Alika. Lucas tertawa kecil.Kinanti segera mendekati mereka dengan membawa alat pel lalu ia gos
Apa sebenarnya yang mereka bicarakan saat ini? Entah kenapa Alika jadi begitu penasaran dengan hal itu. Risha terus melihat ke depan kaca mobil yang ada dihadapannya, hujan yang lebat membuat kacanya buram meski diluruhkan berkali-kali dengan wiper. "Rumah kamu dimana?" tanya Albert."Eh? Di villa mutiara harapan satu, dekat bekasi kota." ucap Risha. Albert langsung mengetik di ponselnya meski sulit karena keadaan sedang menyetir. Hingga akhirnya Risha pun mengambil alih ponselnya dan bantu ketik. "Bahaya kalo megang hape sambil nyetir." ucapnya seraya terus mengetik. Albert tersenyum tipis. Setidaknya kesadarannya itu cukup menyelamatkannya.Setelah beberapa saat Risha pun selesai mengutak-atik ponselnya hingga pada akhirnya ponsel dengan mode map menyala itu ditempelkan ke tempatnya disebelah kanan setir. "Bapak yakin mau nganter saya sampai rumah?" tanya Risha."Memangnya hal apa yang membuat saya tidak yakin?" tanya Albert."Eh, enggak sih. Ngerasa tumben aja.""Saya hanya ya
"Iya, entah ya. Apakah ini cuma alasan mereka untuk membela diri tidak mau ikut terlibat atau bagaimana. Aku masih belum percaya sepenuhnya dengan mereka. Selepas aku dikhianati oleh Rachel beberapa waktu lalu hingga akhirnya bayiku meninggal di tangannya." ucap Alika."Iya sih ya. Mencurigakan juga kalau tiba-tiba mereka ada di pihak kita. Mungkin memang benar kalau Rachel hanya sekedar membela diri aja, karena enggak mau dikatakan salah bahkan sampai masuk penjara bersama Michael." ucap Ratna. Alika mengiyakannya. Sore ini hujan turun lebat. Sudah waktunya pulang kerja. Banyak orang yang mau pulang jadi mengurungkan niatnya dikarenakan terjebak hujan. Alhasil mereka pun jadi saling menunggu didepan kantor atau salah satu dari mereka ada yang menerabas jalan hingga ke tempat parkiran. Albert ikut menunggu didepan kantor bersama banyak orang. Beberapa orang tampak menyapa Albert hormat. Disaat yang sama Risha juga keluar dari dalam kantor dengan membawa tasnya, kedua kakinya tiba-