Share

Tidak Mau Ribut

Author: YuRa
last update Last Updated: 2024-05-22 20:14:58

Gita terduduk lemas di lantai, ia menangis tersedu-sedu. Meratapi nasibnya sendiri.

“Apa yang harus aku lakukan? Aku harus tinggal dimana?”

Gita beranjak dari duduknya, kemudian ke kamar untuk berganti pakaian dan mulai mengemas pakaiannya. Sambil bercucuran air mata ia mengambil satu persatu pakaian yang ada di lemari untuk dimasukkan ke dalam tas koper.

“Dasar laki-laki pengecut, katanya tidak mencintai istrinya. Tapi malah tunduk bagaimana kerbau yang dicucuk hidungnya. Sialan sekali, kenapa aku sampai terbujuk rayuannya.”

Cukup lama ia mengemas pakaiannya, isi lemari hampir kosong. Gita meraih ponselnya untuk menelpon Firda, siapa tahu Firda bisa membantunya mencari tempat untuk tinggal.

“Kemana sih Firda, dari tadi aku menelpon tidak diangkat juga,” kata Gita dengan kesal. Ia pun mencoba untuk menghubungi Firda lagi. Tapi lagi-lagi tidak ada respon.

“Aku harus menghubungi siapa lagi? Temanku hanya Firda saja. Kalau menghubungi teman kantor, nanti banyak yang tahu, akhirnya malah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Setelah Kau Mendua   Huru Hara

    Drtt…drtt suara ponsel berdering.“Maaf, saya menerima telepon dulu.”Irwan langsung mengangkat telepon.“Iya, Pak. Saya bersama Bu Aira. Oke!” Panggilan telepon pun berakhir.“Bu Aira, kita dipanggil Pak Bara,” kata Irwan ketika selesai menelpon.“Baik, Pak. Mas, aku duluan ya? Terima kasih untuk traktirannya,” pamit Aira.“Iya, Dek. Sama-sama.”“Kami duluan Pak Alan.” Irwan ikut berpamitan.Alan hanya mengangguk dan berusaha untuk tersenyum walaupun terpaksa. Ia memandangi kepergian Aira dan Irwan dengan perasan yang tidak menentu.“Laki-laki hidung belang! Aku tahu kalau Irwan itu berusaha mendekati Aira. Semoga saja Aira tidak mau.” Alan hanya bisa mengomel dalam hati. Ia merasa kesal dan sedikit cemburu melihat Irwan dan Aira yang sepertinya sangat akrab.Alan tidak menyadari kalau ia sendiri seorang laki-laki hidung belang. Menyelingkuhi istri demi mantan pacar. “Sepertinya Pak Alan tidak menyukai kedatanganku tadi,” kata Irwan ketika berjalan bersama dengan Aira.“Masa sih, Pa

    Last Updated : 2024-05-23
  • Setelah Kau Mendua   Sebuah Aib

    “Ngapain kalian bisik-bisik, ngomongin saya ya?” hardik Dewi ketika ia sudah mendekati Aira dan Vani.Aira dan Vani hanya diam saja, mengabaikan Dewi.“Hei, saya bicara dengan kalian!” teriak Dewi.“Maaf, Bu, saya punya nama. Saya yakin Ibu tahu nama saya.” Aira menjawab dengan tenang.“Sudahlah, Bu, ayo kita pergi. Nggak enak dari tadi diliatin orang terus, malu, Bu,” ajak teman Dewi sambil berusaha menarik tangan Dewi.“Sebentar urusan saya dengan perempuan ini belum selesai,” sahut Dewi sambil menepis tangan temannya.“Oh, jadi Ibu ada urusan dengan saya? Sepertinya kita tidak ada urusan apa-apa. Saya juga tidak ada hubungan apa-apa dengan anda. Wah saya tahu sekarang, sepertinya anda menyesal sudah sering menghina dan memaki-maki saya. Tenang saja, Bu, sudah saya maafkan. Semoga Ibu segera mendapatkan hidayah. Atau mungkin Ibu kangen karena sudah lama tidak menghina saya? Malu dengan umur, Bu.” Aira berkata dengan tenang, kemudian langsung menarik tangan Vani.“Ayo, jemputan kita

    Last Updated : 2024-05-24
  • Setelah Kau Mendua   Di Persimpangan Jalan

    Bara masuk ke apartemennya, ia mendapati istrinya sedang tidur di sofa. Bara hanya melirik sekilas ke arah Firda, kemudian ia masuk ke kamarnya. Mereka berdua memang sudah pisah kamar. Bahkan mereka juga jarang bertegur sapa. Ketika berada di rumah, mereka akan sibuk di kamarnya masing-masing.Bara tidak tahu kalau Firda hanya pura-pura tidur.“Kalau aku pindah ke kamar, pasti Bara berpikiran kalau aku hanya pura-pura tidur. Nanti lah nunggu setengah jam lagi baru aku pindah ke kamar,” kata Firda dalam hati.Firda pun bertahan untuk pura-pura tidur. Dengan mata terpejam, pikirannya melayang kemana-mana, memikirkan Gita yang tidak bisa dihubungi, juga memikirkan kondisi papanya. Ia merasa berada di persimpangan jalan. Di dalam kamar, Bara hanya rebahan sambil memainkan ponselnya. Cukup lama Bara berdiam diri dikamar. Ia pun merasa bosan, mau keluar malas bertemu dengan Firda. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Bara merasa sangat haus, ia pun keluar dari kamar. Lampu ruang t

    Last Updated : 2024-05-25
  • Setelah Kau Mendua   Periksa Kesehatan

    “Mbak, sudah lama?” sapa Malvin. Ia juga kaget melihat Firda berdiri di depan pintu kamar.“E..enggak, baru saja, kok.” Firda menjawab dengan gugup.Malvin memandangi kakak perempuannya itu, dari atas sampai ke bawah.“Mbak sakit ya?” tanya Malvin.“Enggak, kenapa?” “Kok kayaknya kurang sehat gitu. Kalau memang kurang sehat nggak usah nemenin Papa, biar diantar supir saja.”“Nggak apa-apa aku yang nemenin, tapi diantar supir. Aku hanya kurang tidur saja.”“Bener Mbak Firda nggak apa-apa?”“Iya, aku nggak apa-apa.”“Ya sudah, aku mau berangkat dulu.”Firda mengangguk, kemudian ia masuk ke kamar orang tuanya. Tampak Linda terbaring dengan selimut menutupi tubuhnya.“Mama kenapa?” tanya Firda sambil mendekati mamanya. “Hanya demam. Sudah lama nyampe?”“Baru sampai kok, Ma. Papa sudah siap?” Firda menoleh ke arah Hendrawan yang baru keluar dari kamar mandi.“Sudah, ayo berangkat pagi saja.”Firda mengangguk.*Pemeriksaan Hendrawan sudah selesai, sekarang Firda sedang antri mengambil ob

    Last Updated : 2024-05-26
  • Setelah Kau Mendua   Mencari Gita

    Firda merasakan ada benjolan di pay*dara sebelah kanan. Tapi benjolan itu tidak terasa sakit. Keringat dingin pun keluar. Ia takut apa yang ia pikirkan sepanjang perjalanan tadi akan menjadi kenyataan. Diperjalanan pulang tadi Firda memikirkan segala kemungkinan. Ketika dokter Ilham menyarankan memeriksa sendiri kalau ada benjolan di pay*dara, ia sudah yakin kalau yang dimaksud oleh dokter tadi adalah kanker pay*dara.“Ah mudah-mudahan bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Besok aku akan menemui dokter Ilham lagi.”Firda baru ingat sesuatu, dari tadi ia ingin menelpon Alan. Tapi karena disibukkan dengan mengantar Hendrawan, ia lupa untuk melakukannya.“Bara tahu dari mana ya kalau Alan sudah bercerai? O iya, Aira kan kerja di kantor Bara. Pasti ia sudah bercerita tentang perceraiannya. Tapi kok Alan tidak bercerita padaku ya?”Firda berusaha untuk menelpon Alan, tapi ternyata tidak diangkat oleh Alan. Padahal ponsel Alan aktif. Berulang kali ia mencoba menghubungi Alan, tetap saja

    Last Updated : 2024-05-27
  • Setelah Kau Mendua   Jomblo Bahagia

    “Anak nggak ada sopan-sopannya dengan orang tua. Diajak ngomong kok malah pergi.” Dewi sangat kesal dengan kelakuan Alan. Padahal ia berkata seperti itu ingin melihat respon Alan. Ternyata Alan malah tidak merespon sama sekali.Dwita dan Gunawan hanya tersenyum melihat Dewi ngomel-ngomel.“Ngapain senyum-senyum kayak gitu, nggak lucu.” Dewi menatap Dwita dengan kesal.“Aku nggak ngetawain Mama, ini lho ada yang lucu di ponsel,” sahut Dwita sambil menunjukkan ponselnya. Padahal memang Dwita menertawakan mamanya.“Emangnya enak dicuekin?” ledek Gunawan, tapi matanya fokus pada ponsel.“Kalian berdua sama saja!”“Ma, sudahlah, nggak usah mencampuri urusan Alan. Ia sudah sangat dewasa, biarkan ia melakukan apa yang dia mau.” Gunawan memberi pengertian pada istrinya.“Tapi apa salahnya kalau Mama berharap Alan bisa menikah dengan Firda,” kilah Dewi.“Firda belum bercerai dengan suaminya, nggak mungkin bisa menikah dengan Alan.”“Kok Papa tahu!” Dewi merasa heran.“Tentu saja tahu! Kalau me

    Last Updated : 2024-05-28
  • Setelah Kau Mendua   Quality Time

    “Alan?” Terdengar suara seseorang memanggil nama Alan. Secara refleks Alan dan Aira menoleh ke arah suara itu.Mereka berdua sangat terkejut melihat siapa yang memanggil Alan. Begitu juga orang yang memanggil itu.“Firda,” kata Alan dalam hati.Rupanya tadi setelah tidak bertemu dengan Gita, Firda pergi ke mall. Mungkin karena suntuk dan bingung tidak tahu mau pergi kemana.“Bukankah kalian berdua sudah bercerai?” Itulah kalimat pertama yang ditanyakan Firda. Ia tampak syok melihat Alan berdua dengan Aira.“Memangnya kenapa?” tanya Aira.“Sudah bercerai tapi masih pergi bersama?” Firda bertanya lagi.“Memangnya nggak boleh ya? Kami berdua sama-sama single, nggak terikat perkawinan dengan siapapun. Jadi nggak masalah kan?” sindir Aira.Firda hanya terdiam, kemudian menatap sinis ke arah Aira.“Ternyata kamu menyesal ya sudah bercerai dengan Alan. Makanya kamu sekarang mencoba mendekati Alan lagi.”“Sudahlah Firda. Ini urusan kami,” Alan menengahi perdebatan Firda dan Aira. Firda kemudi

    Last Updated : 2024-05-29
  • Setelah Kau Mendua   Nafsu Duniawi

    Mata Aira berkaca-kaca melihat pemandangan ini, ada rasa nyeri di hati Aira. Aira segera menghapus air mata ketika Alan beranjak dari duduknya.Aira berjalan menuju ke ruang tamu, supaya Alan tidak melihatnya kalau ia sempat meneteskan air mata. Alan memandangi seluruh penjuru kamar tidur Aira, kemudian berjalan mencari Aira.“Terima kasih sudah memberiku waktu bersama Kenzo. Aku sangat bahagia. Terima kasih juga kamu sudah merawat Kenzo dengan baik.”“Iya, Mas.” Aira tampak canggung karena Alan menatapnya.“Mas, aku tidak berhak melarangmu untuk berhubungan dengan Firda. Kamu mau berhubungan dengan siapa saja, itu urusanmu. Tapi ketika kamu mengajak Kenzo, aku tidak mau kamu juga mengajak perempuan lain. Kenzo belum tahu apa-apa, aku takut jika nanti Kenzo banyak bertanya tentang perempuan yang bersama ayahnya. Aku harap kamu mengerti apa yang aku bicarakan.” Aira memberi penjelasan dengan perlahan.“Iya, aku mengerti. Maaf untuk kejadian tadi.” Alan menjawab dengan pelan. “Ini ada

    Last Updated : 2024-05-30

Latest chapter

  • Setelah Kau Mendua   Ending

    Tok tok! Terdengar suara orang mengetuk pintu.“Masuk!” Bara terlihat kesal karena mengganggunya.Pintu terbuka dan ada seorang perempuan setengah baya yang tampak anggun dan berwibawa. Perempuan itu tersenyum melihat Bara dan Aira, Aira pun tersenyum. Ia menatap Aira dengan tatapan lembut tidak seperti Olivia tadi.“Mama telpon kamu, tapi nggak diangkat-angkat. Ternyata kamu sibuk dengan perempuan ini. Inikah orangnya?” tanya mamanya Bara yang bernama Sinta.“Iya, Ma. Ini menantu Mama.” Bara berkata sambil tersenyum.Aira kaget mendengar ucapan Bara.“Sayang, ini Mama.” Bara memperkenalkan mamanya pada Aira. Aira pun mendekati Sinta dan mengajaknya bersalaman. Tapi malah Sinta langsung cipika-cipiki. Jantung Aira berdetak dengan kencang.Sinta mengajak Aira untuk duduk bersebelahan.“Bara sering bercerita tentang kamu, setiap Mama minta mengajakmu ke rumah, alasannya kamu yang belum mau.”Aira menatap Bara, Bara hanya tersenyum simpul. “Aira takut kalau Mama itu seperti mertua-mertu

  • Setelah Kau Mendua   Jangan Jual Mahal

    Hari ketiga di rumah sakit.Ceklek! Pintu dibuka, tampak Bara dengan sorot mata yang sulit diartikan.“Pak Bara,” gumam Aira.“Aku kecewa sama kamu. Kenapa kamu tidak memberitahu kalau Kenzo dirawat di rumah sakit?” “Bagaimana mau memberitahu, sedangkan Bapak pergi ke luar kota. Aku takut akan mengganggu.”“Jangan panggil aku bapak! Kalau kamu menelponku, aku akan berusaha pulang. Bagaimanapun caranya.” Suara Bara yang terdengar tegas, membuat hati Aira terasa nyeri. Ia hanya diam seribu bahasa. Bara berjalan mendekati Kenzo yang sedang tertidur. Kemudian mengelus kepalanya. “Tadi malam aku telepon, nggak diangkat. Kenapa kamu sengaja menghindariku? Apakah aku berbuat salah?” Bara menatap Aira.“Tadi malam aku ketiduran, aku nggak tahu kalau ada yang menelpon.” Aira memberikan alasan.Drtt..drtt..ponsel Bara berdering, ia melihat ke layar ponsel. Kemudian mengabaikan panggilan itu.“Kamu tahu, aku kecewa karena aku mendengar dari orang lain, bukan dari kamu. Seharusnya akulah oran

  • Setelah Kau Mendua   Benar-benar Kecewa

    Aira disibukkan dengan pekerjaannya, sampai lupa kalau sudah waktunya istirahat. Biasanya Vani yang mengingatkannya, tapi hari ini Vani sedang keluar bersama beberapa staff untuk suatu urusan. “Bu, dipanggil Pak Bara,” kata seorang OB mendekati Aira.“Saya?”“Iya, Bu. Ditunggu di ruangannya.”“Ok, terima kasih.”“Ngapain Pak Bara memanggilku ya? Apa yang aku kerjakan tadi salah ya?” kata Aira dalam hati. Ia takut jika sampai melakukan kesalahan.“Masuk!” Terdengar suara Bara, ketika Aira mengetuk pintu ruangan.“Bapak memanggil saya?” tanya Aira dengan sopan.Bara mengangguk, ia masih menyelesaikan pekerjaannya. “Duduklah!” Bara menunjuk sofa yang ada di ruangan itu. Aira mengangguk.Baru beberapa kali Aira masuk keruangan ini. Ruangan yang tampak elegan, tanpa banyak furniture dan barang-barang.Bara mendekati Aira sambil memegang kantong berisi makanan dan duduk di depannya.“Nggak usah tegang gitu, masa sama calon suami kok formal sekali,” ledek Bara.“Ini dikantor, Pak!”“Aira,

  • Setelah Kau Mendua   Lelah Dengan Keadaan

    Sejak kejadian Bara mengantar Kenzo pulang, Aira tidak pernah bertemu dengan Bara lagi. Aira juga tidak bercerita hal ini pada Vani, ia malu untuk bercerita. Apalagi beberapa hari ini Vani disibukkan dengan persiapan lamaran. Entah kenapa, di pikiran Aira selalu ada nama Bara. “Ada berita heboh, Mbak.” Tiba-tiba Vani datang dengan tergopoh-gopoh, mengagetkan Aira yang sedang berkonsentrasi pada pekerjaannya. “Ada apa?” Aira menoleh ke arah Vani.“Pak Bara datang bersama calon istrinya.”Deg! Aira merasa lemas.“Kok tahu kalau itu calon istrinya?” tanya Aira.“Mereka berdua tampak mesra. Perempuannya cantik sekali, lebih cantik dari Bu Firda.” Vani nyerocos membicarakan tentang Bara dan perempuan itu. Hati Aira semakin sakit, tapi tidak mungkin ia meminta Vani untuk berhenti berbicara. Ia hanya diam saja tanpa berkomentar.*Menjelang tidur malam, Aira masih teringat cerita Vani tadi siang. “Aku terlalu ge er, seharusnya aku tahu kalau Pak Bara mengantar Kenzo itu karena kasihan. B

  • Setelah Kau Mendua   Duren

    Satu bulan sudah berlalu, hubungan Aira dengan Gunawan dan Dwita tetap baik. Tapi Dewi dan Trisa masih sama seperti dulu, tidak menyukai Aira. Beberapa kali Aira datang di rumah Gunawan untuk ikut acara mendoakan Alan, tapi tanggapan Dewi masih dingin. Aira tidak peduli, yang penting kehadirannya diterima baik oleh Gunawan dan Dwita.Keluarga besar Aira juga tidak tahu kalau Alan sudah meninggal. Aira pernah menelpon ayahnya untuk memberitahu berita ini, tapi tidak diangkat oleh Hasan. Ketika ia menghubungi ibunya, malah ditolak. Sejak saat itu, komunikasi dengan orang tuanya hampir tidak pernah ia lakukan lagi. Daripada ia sakit hati, lebih baik ia menjaga mentalnya untuk tetap waras.Berita perceraian Bara dan Firda ternyata sudah menyebar di kantor. Entah dari mana berita itu, tapi sepertinya sudah menjadi trending topik di kantor. Banyak spekulasi tentang penyebab perceraian itu, salah satunya adanya orang ketiga. Beberapa orang mulai kasak-kusuk, bahkan ada yang mulai mencari per

  • Setelah Kau Mendua   Pergilah, Nak!

    Di rumah sakit.“Siapa yang menelpon?” tanya Gunawan pada Dwita.“Firda.”“Kalau dia menelpon lagi, nggak usah diladeni.”“Iya, Pa.”“Apa dia tahu kalau Mas Alan kecelakaan? Terus ingin tahu bagaimana kondisinya.”“Sudah, biarkan saja. Kita tidak ada urusan dengannya.”“Baik, Pa.” Akhirnya Dwita menuruti ucapan papanya.Suasana pun tampak hening lagi. Mereka berdua masih menunggu di depan ruang ICU. Menunggu kabar baik tentang kondisi Alan. Dewi tadi sudah sadar dan sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Kondisinya sudah membaik, tidak ada luka serius pada Dewi. Dewi ditemani oleh kakak perempuannya, Dita. Sedangkan Alan kondisinya tadi mulai stabil, tapi ternyata memburuk lagi. Ia belum sadar juga, karena itu ia dipindahkan ke ruang ICU.“Kok Mas Alan belum sadar juga ya, Pa? Padahal luka luarnya hanya sedikit,” kata Dwita membuka obrolan dengan papanya.“Mungkin ada luka dalam yang belum terdeteksi.”“Semoga Mas Alan cepat sadar.”“Amin, doakan yang terbaik untuk Alan.” Pintu ICU te

  • Setelah Kau Mendua   Menyesal Berkepanjangan

    Ceklek! Pintu IGD terbuka, semua mata langsung melihat ke arah pintu.“Bagaimana kondisi istri dan anak saya, Dok?” tanya Gunawan sambil berjalan mendekati dokter.“Kedua pasien masa kritisnya sudah lewat, tapi memang belum siuman. Karena itu biar mereka di ruangan ini dulu, sampai kondisi mereka benar-benar stabil.”“Bagaimana dengan luka-lukanya, Dok? Maksud saya yang luka bagian mana saja?” “Belum bisa dilakukan tindakan lain, menunggu kondisi stabil, baru nanti akan dicek semuanya. Berdoa saja, mudah-mudahan tidak ada luka yang serius.”“Kalau tidak ada luka serius, kok sampai pingsan?” tanya Trisa.“Pingsannya bisa saja karena syok. Nanti setelah pemeriksaan lebih lanjut bisa diketahui hasilnya bagaimana. Mohon bersabar ya, kami mengupayakan yang terbaik untuk kedua pasien.” “Boleh saya masuk ke dalam, Dok?” tanya Gunawan dengan wajah memelas.Dokter kasihan melihat wajah Gunawan, yang sepertinya sangat tertekan.“Boleh, tapi hanya sebentar saja dan satu per satu.”“Terima kasi

  • Setelah Kau Mendua   Kecelakaan

    “Alan, sepertinya Mama mengenal perempuan tadi.” Dewi berkata dengan ragu-ragu.Alan hanya diam saja, ia masih memikirkan apa yang terjadi pada Firda.“Bukankah itu tadi Firda?” tanya Dewi. “Yang mana, Ma?” “Yang duduk di kursi roda tadi.”“Masa, sih.” Alan pura-pura tidak percaya.“Iya juga ya, Mama ragu kalau itu tadi Firda. Memangnya Firda sakit? Perasaan Firda sehat-sehat saja. Ah, mungkin itu tadi bukan Firda.” Dewi juga ragu dengan penglihatannya tadi.Alan mendorong kursi roda mamanya menuju ke ruang terapi. Satu Minggu sekali Dewi harus melakukan terapi, untuk mengembalikan saraf-saraf yang bermasalah supaya bisa seperti sedia kala. Yang mengantarkan Dewi terapi juga bergantian, antara Gunawan, Dwita, Trisa dan Alan. Selama menunggu mamanya diterapi, Alan masih memikirkan tentang Firda. Sudah lama Firda tidak menghubunginya, ia mau menghubungi duluan, takut kalau ketahuan Bara. Ia masih ingat dengan ancaman Bara beberapa waktu yang lalu.“Sakit apa Firda ya? Kok Malvin yang

  • Setelah Kau Mendua   Tidak Percaya Diri

    “Mama lemas, Pa,” kata Dewi dengan pelan, nafasnya tersengal-sengal. Gunawan menoleh ke arah Dewi yang tampak sangat pucat.“Ma, kenapa?” Gunawan meminggirkan mobilnya dan kemudian berhenti. Ia memeriksa kondisi istrinya.“Pusing.” Suara Dewi terdengar bergetar.“Sabar ya, Ma.” Gunawan melajukan kendaraannya lagi. Tujuannya adalah rumah sakit. Dengan berusaha bersikap tenang, Gunawan melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi.Sampai di rumah sakit ia langsung menuju ke IGD. Ia memberikan isyarat pada satpam untuk mendekati mobilnya.“Pak, tolong kursi roda,” pinta Gunawan pada satpam. Satpam dengan cekatan mengambil kursi roda. Dibantu Gunawan, Dewi turun dari mobil dan langsung duduk di kursi roda.“Tekanan darah Ibu tinggi sekali, lebih baik dirawat saja. Biar pengobatannya maksimal,” kata dokter yang memeriksa Dewi.“Nggak bisa rawat jalan saja, Dok?” tawar Dewi dengan pelan, karena tubuhnya sangat lemas.“Biar maksimal pengobatannya, Bu.”“Sudahlah, Ma. Kita ikuti anjuran d

DMCA.com Protection Status