Home / Rumah Tangga / Setelah Kau Mendua / Siap Dengan Konsekuensinya

Share

Siap Dengan Konsekuensinya

Author: YuRa
last update Last Updated: 2024-05-08 21:13:29

“Kenzo, sini sama Ayah,” kata Alan sambil mengulurkan kedua tangannya. Kenzo tampak ragu-ragu.

“Peluk Ayah,” kata Aira pada Kenzo, Kenzo pun mendekati Alan dan kemudian memeluknya. Alan terharu sampai mata berkaca-kaca, ia tetap memeluk Kenzo dengan eratnya.

“Kenzo sudah besar ya? Jangan nakal, nurut sama Ibu,” kata Alan sambil melepaskan pelukannya.

“Kenzo sudah makan?” tanya Alan.

“Sudah,” jawab Kenzo.

“Sama apa?”

“Sop.”

Kenzo menjawab dengan singkat. Ia masih terlihat kaku di dekat Alan, karena memang sudah hampir dua bulan mereka tidak bertemu. Aira memang sengaja membatasi pertemuan dengan Alan dengan Kenzo. Waktu itu Aira dan Alan masih bersengketa di pengadilan, takutnya Alan akan berbuat nekat.

“Kapan-kapan kita jalan-jalan ya?” kata Alan pada Kenzo.

Kenzo bingung mau menjawab apa, ia pun menatap ibunya.

“Iya, nanti Kenzo bisa jalan-jalan dengan Ayah.” Aira menjawab keraguan Kenzo, Kenzo pun mengangguk.

“Aku senang melihat kalian berdua sehat. Maafkan aku belum bisa memberi y
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Casyta Tanod
Ceraikan saja si Amel itu. Istri yg gak punya hati, egoiiiss. Alan mmang laki2 pengecut, gila sel***angkangan ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Setelah Kau Mendua   Tidak Mau Ribut

    Ciiit…. Tiba-tiba Fariz mengerem mendadak. Amel syok, untung saja ia memakai sabuk pengaman, jadi kepalanya terhindar dari benturan dengan dasbor mobil.Amel langsung menoleh ke arah Fariz, butuh mobil menepi dan berhenti. Fariz masih fokus menatap ke depan, nafasnya terengah-engah sepertinya ia sedang menahan amarah.“Pa, apa Papa mau membuat kita mati kecelakaan? Apa yang Papa pikirkan? Oh, pasti Papa memikirkan Aira kan?” Amel langsung mengomel lagi.Fariz menarik nafas panjang.“Ma, bisa nggak sih Mama itu berpikir positif, jangan selalu berpikir negatif tentang Aira. Ingat ma, ucapan itu adalah doa. Apa yang Mama ucapkan bisa saja suatu saat jadi kenyataan.” Fariz berkata dengan perlahan.“Oh, jadi Papa punya niat mendekati Aira ya? Iya?” bentak Amel.“Ma, Papa tidak pernah berpikir sedikitpun untuk menduakan Mama. Apalagi dengan mendekati Aira. Tapi Mama sudah menuduh yang enggak-enggak, seolah-olah Papa ini laki-laki hidung belang. Selama ini Papa selalu mengalah dengan segala

    Last Updated : 2024-05-10
  • Setelah Kau Mendua   Omong Kosong

    Pandangan mata Aira beralih ke ponsel. [Jangan takut, Mbak. Ini kemauanku sendiri bukan disuruh Mama. Aku janji nggak akan memberi tahu tempat tinggal Mbak Aira. Aku hanya ingin ngobrol-ngobrol.]Aira menghela nafas panjang membaca pesan dari Dwita.[Ok. Nanti pas libur ya?] Aira membalas pesan itu.Tak butuh waktu lama, Dwita langsung membalas pesan Aira.[Terima kasih, Mbak.]Aira pun meletakkan ponselnya di meja lagi.Vani yang dari tadi memperhatikan Aira, tidak berani bertanya. Padahal banyak pertanyaan yang ada di kepalanya. Ia ingin menghargai privasi Aira.Aira melanjutkan pekerjaannya, walaupun pikirannya menerawang kemana-mana. Tapi ia tetap berusaha untuk berkonsentrasi mengerjakan semuanya. Ia sedih karena hubungannya dengan Dwita sudah membaik, tapi malah hubungan perkawinannya dengan Alan sudah bubar. Aira hanya berharap semoga hubungannya dengan Dwita tetap baik. Apalagi ada Kenzo yang merupakan keponakan Dwita. Dwita juga terlihat sayang dengan Kenzo. Vani masih saj

    Last Updated : 2024-05-11
  • Setelah Kau Mendua   Sudahi Permainanmu

    “Betul katamu itu Malvin, tidak ada cinta sejati antara laki-laki beristri dan perempuan bersuami.” Terdengar suara seseorang yang tiba-tiba datang di hadapan mereka.Malvin dan Gita kaget melihat siapa yang datang.“Mas Bara?” Suara Malvin terdengar bergetar karena kaget. Orang yang dari tadi ia bicarakan sekarang berada di hadapannya.“Halo Gita! Aku sudah mendengar semua pembicaraan kalian.”Malvin dan Gita semakin gugup saja. “Kamu tahu Malvin, kenapa Gita sampai sekarang belum menikah?” tanya Bara.“Terlalu pilih-pilih laki-laki, Mas.” Malvin menjawab pertanyaan Bara.“Salah, bukan itu sebabnya. Gita itu pacaran dengan suami orang. Makanya ia tidak menikah. Dan Firda ikut-ikutan Gita, berpacaran dengan suami orang.” Wajah Bara tampak sinis memandang Gita.“Nggak mungkin Gita mau mengingatkan Firda, kelakuannya sama kok. Kamu masih berhubungan dengan Derry kan? Sadarlah, Gita, Derry itu punya istri dan dua anak. Apa kamu nggak kasihan melihat anak istri Derry?” Bara menceramahi G

    Last Updated : 2024-05-12
  • Setelah Kau Mendua   Takdir Allah

    Sebenarnya Dwita tidak berhak membuka amplop besar yang ada di atas bakas itu. Tapi rasa penasaran membuatnya ragu antara membukanya atau mengacuhkannya. Apalagi ketika ia melihat tulisan di atas amplop itu tertera pengadilan agama.“Kenzo lelap kan tidurnya,” kata Aira yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.“I-iya, lelap sekali. Ternyata ia sudah besar ya?” sahut Dwita dengan gugup, tapi ia berusaha untuk menutupi kegugupannya.“Ayo kita ngobrol di ruang tamu saja,” ajak Aira.“Oke, Mbak.” Dwita mengikuti langkah kaki Aira keluar dari kamar dan menuju ke ruang tamu.“Kamu pamit apa sama Mama?” tanya Aira sambil mencomot martabak yang tadi dibawa Dwita.“Pamit ke rumah teman, tapi Papa tahu aku pergi kesini. Ini ada titipan untuk Kenzo dari Papa.” Dwita membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop putih dari dalam tas.“Apa ini?” tanya Aira ketika menerima amplop itu.“Kayaknya uang sih, Mbak. Kata Papa untuk Kenzo dan Mbak Aira.”Mata Aira berkaca-kaca, ia sangat terharu dengan perhat

    Last Updated : 2024-05-13
  • Setelah Kau Mendua   Menolak Tua

    Bara beranjak dari duduknya dan menyambut yang datang.“Papa dengan siapa kesini?” tanya Bara sambil menyalami papanya, Ardi Nugraha.“Sama Hilman, ia ada diluar.” Papanya Bara mendekati sang besan dan bersalaman dengannya. Hilman adalah asisten yang juga merangkap orang kepercayaan Ardi.“Bagaimana kondisinya Pak Hendra?” tanya Ardi.“Seperti inilah, sudah mulai membaik,” sahut Hendrawan dengan pelan.“Waktu Bara memberi kabar ini, saya sedang di luar negeri. Jadi baru sekarang saya sempat menjenguk kesini.” Ardi memberikan penjelasannya.“Nggak apa-apa, ini juga sudah mau sembuh kok.”“Nggak usah banyak pikiran, Pak. Kita ini sudah tua, biarkan yang muda-muda saja yang menyelesaikan semua pekerjaan. Kita hanya perlu memantaunya saja. Seperti saya, semua pekerjaan saya serahkan dengan Bintang dan Bara, sesekali saya mengeceknya,” kata Ardi.Bintang adalah kakak pertama Bara. Mereka tiga bersaudara, Bintang, Bara dan Kinanti. Kinanti masih kuliah, Bintang dan Bara masing-masing memega

    Last Updated : 2024-05-14
  • Setelah Kau Mendua   Teman Sefrekuensi

    Dwita segera membuka tasnya, karena itu adalah suara dering ponselnya.“Halo, Ma,” sapa Dwita.“Kamu dimana?” tanya sang mama.“Lagi di mall.”“Sama siapa?”“Teman. Ada apa, Ma?” Dwita penasaran.“Kamu tahu nggak kalau Alan sudah resmi bercerai dengan perempuan tidak tahu diri itu. Tadi waktu Mama masuk ke kamar Alan, Mama melihat surat perceraian mereka. Yang Mama heran, kenapa Alan nggak cerita sama Mama ya? Alan cerita sama kamu nggak? Tapi entah kenapa Mama merasa sangat senang…” Dewi nyerocos tanpa memberi kesempatan Dwita untuk berbicara.“Ma, aku sudah tahu. Sudah ya, aku mau jalan lagi, nih.” Dwita langsung menutup panggilan itu. Wajahnya tampak sangat kesal. Ia kesal dengan Dewi, karena selalu membenci Aira dan sering menyebutnya dengan kata-kata yang tidak pantas untuk diucapkan.Aira ikut mendengarkan Dwita berbicara dengan seseorang di telepon. Tapi ia yakin kalau yang menelpon Dwita tadi itu mamanya. Soalnya Aira mendengar Dwita menyebut mamanya. Hati Aira berdenyut nyeri

    Last Updated : 2024-05-16
  • Setelah Kau Mendua   Pengecut

    Tok! Tok! Pintu kamar Dwita diketuk dari luar.“Boleh aku masuk?” tanya Alan dari balik pintu.“Boleh.” Dwita menjawab dengan singkat.Alan masuk ke dalam kamar Dwita, kemudian duduk di tepi tempat tidur.“Pasti Mas Alan mau nanyain tentang Mbak Aira,” cetus Dwita.Alan hanya tersenyum.“Apa yang mau Mas Alan tanyakan?” Dwita langsung to the point.“Aku penasaran, kok kamu bisa pergi sama Aira? Bukankah selama ini hubungan kalian kurang baik?”“Manusia itu bisa berubah, Mas. Aku bisa berubah menjadi baik. Dulu memang kurang baik, sekarang sudah baik dan dekat. Beda dengan Mas, dulu baik dengan Mbak Aira sekarang beda.”“Nggak usah menyindirku, kok bisa berubah? Sedangkan Mama dan Trisa masih kayak dulu.” Alan semakin penasaran.“Setelah apa yang aku alami, aku banyak merenung dan berpikir. Ujianku belum sebesar Mbak Aira, tapi aku sudah merasa paling menderita. Aku tidak bisa membayangkan seandainya aku ada di posisi Mbak Aira. Akhirnya aku putuskan untuk minta maaf sama Mbak Aira ata

    Last Updated : 2024-05-17
  • Setelah Kau Mendua   Menyerah

    Firda masih tersenyum seperti orang yang sedang jatuh cinta. Ketika ia secara refleks melihat ke belakang, ia sangat terkejut dengan sosok seseorang yang tidak jauh dengannya.“Sudah ya? Ada yang mengawasiku,” bisik Firda sambil mengakhiri pembicaraan.Firda menjadi salah tingkah, ia pun berusaha untuk menguasai keadannya.“Baru datang ya? Sama siapa?” tanya Firda dengan gugup.“Sudah dari tadi, sampai aku bisa mendengarkan semua pembicaraanmu,” sahut Malvin dengan ketus. Ia masih syok dengan apa yang ia dengar dari tadi. Ia tidak menyangka jika kakaknya itu sudah melakukan hal-hal yang diluar kenormalan.“Pantas saja kalau Papa sampai syok melihat kelakuan Mbak Firda. Aku saja jijik mendengarnya, benar-benar memalukan!” lanjut Malvin.“Kamu nggak usah ikut campur urusanku!” Firda menjawab dengan ketus.“Aku tidak mencampuri urusanmu. Tapi kalau sudah berhubungan dengan Papa, berarti aku perlu ikut campur! Coba pikirkan, Mbak, bagaimana dampaknya ke perusahaan Papa. Jangan hanya memik

    Last Updated : 2024-05-18

Latest chapter

  • Setelah Kau Mendua   Ending

    Tok tok! Terdengar suara orang mengetuk pintu.“Masuk!” Bara terlihat kesal karena mengganggunya.Pintu terbuka dan ada seorang perempuan setengah baya yang tampak anggun dan berwibawa. Perempuan itu tersenyum melihat Bara dan Aira, Aira pun tersenyum. Ia menatap Aira dengan tatapan lembut tidak seperti Olivia tadi.“Mama telpon kamu, tapi nggak diangkat-angkat. Ternyata kamu sibuk dengan perempuan ini. Inikah orangnya?” tanya mamanya Bara yang bernama Sinta.“Iya, Ma. Ini menantu Mama.” Bara berkata sambil tersenyum.Aira kaget mendengar ucapan Bara.“Sayang, ini Mama.” Bara memperkenalkan mamanya pada Aira. Aira pun mendekati Sinta dan mengajaknya bersalaman. Tapi malah Sinta langsung cipika-cipiki. Jantung Aira berdetak dengan kencang.Sinta mengajak Aira untuk duduk bersebelahan.“Bara sering bercerita tentang kamu, setiap Mama minta mengajakmu ke rumah, alasannya kamu yang belum mau.”Aira menatap Bara, Bara hanya tersenyum simpul. “Aira takut kalau Mama itu seperti mertua-mertu

  • Setelah Kau Mendua   Jangan Jual Mahal

    Hari ketiga di rumah sakit.Ceklek! Pintu dibuka, tampak Bara dengan sorot mata yang sulit diartikan.“Pak Bara,” gumam Aira.“Aku kecewa sama kamu. Kenapa kamu tidak memberitahu kalau Kenzo dirawat di rumah sakit?” “Bagaimana mau memberitahu, sedangkan Bapak pergi ke luar kota. Aku takut akan mengganggu.”“Jangan panggil aku bapak! Kalau kamu menelponku, aku akan berusaha pulang. Bagaimanapun caranya.” Suara Bara yang terdengar tegas, membuat hati Aira terasa nyeri. Ia hanya diam seribu bahasa. Bara berjalan mendekati Kenzo yang sedang tertidur. Kemudian mengelus kepalanya. “Tadi malam aku telepon, nggak diangkat. Kenapa kamu sengaja menghindariku? Apakah aku berbuat salah?” Bara menatap Aira.“Tadi malam aku ketiduran, aku nggak tahu kalau ada yang menelpon.” Aira memberikan alasan.Drtt..drtt..ponsel Bara berdering, ia melihat ke layar ponsel. Kemudian mengabaikan panggilan itu.“Kamu tahu, aku kecewa karena aku mendengar dari orang lain, bukan dari kamu. Seharusnya akulah oran

  • Setelah Kau Mendua   Benar-benar Kecewa

    Aira disibukkan dengan pekerjaannya, sampai lupa kalau sudah waktunya istirahat. Biasanya Vani yang mengingatkannya, tapi hari ini Vani sedang keluar bersama beberapa staff untuk suatu urusan. “Bu, dipanggil Pak Bara,” kata seorang OB mendekati Aira.“Saya?”“Iya, Bu. Ditunggu di ruangannya.”“Ok, terima kasih.”“Ngapain Pak Bara memanggilku ya? Apa yang aku kerjakan tadi salah ya?” kata Aira dalam hati. Ia takut jika sampai melakukan kesalahan.“Masuk!” Terdengar suara Bara, ketika Aira mengetuk pintu ruangan.“Bapak memanggil saya?” tanya Aira dengan sopan.Bara mengangguk, ia masih menyelesaikan pekerjaannya. “Duduklah!” Bara menunjuk sofa yang ada di ruangan itu. Aira mengangguk.Baru beberapa kali Aira masuk keruangan ini. Ruangan yang tampak elegan, tanpa banyak furniture dan barang-barang.Bara mendekati Aira sambil memegang kantong berisi makanan dan duduk di depannya.“Nggak usah tegang gitu, masa sama calon suami kok formal sekali,” ledek Bara.“Ini dikantor, Pak!”“Aira,

  • Setelah Kau Mendua   Lelah Dengan Keadaan

    Sejak kejadian Bara mengantar Kenzo pulang, Aira tidak pernah bertemu dengan Bara lagi. Aira juga tidak bercerita hal ini pada Vani, ia malu untuk bercerita. Apalagi beberapa hari ini Vani disibukkan dengan persiapan lamaran. Entah kenapa, di pikiran Aira selalu ada nama Bara. “Ada berita heboh, Mbak.” Tiba-tiba Vani datang dengan tergopoh-gopoh, mengagetkan Aira yang sedang berkonsentrasi pada pekerjaannya. “Ada apa?” Aira menoleh ke arah Vani.“Pak Bara datang bersama calon istrinya.”Deg! Aira merasa lemas.“Kok tahu kalau itu calon istrinya?” tanya Aira.“Mereka berdua tampak mesra. Perempuannya cantik sekali, lebih cantik dari Bu Firda.” Vani nyerocos membicarakan tentang Bara dan perempuan itu. Hati Aira semakin sakit, tapi tidak mungkin ia meminta Vani untuk berhenti berbicara. Ia hanya diam saja tanpa berkomentar.*Menjelang tidur malam, Aira masih teringat cerita Vani tadi siang. “Aku terlalu ge er, seharusnya aku tahu kalau Pak Bara mengantar Kenzo itu karena kasihan. B

  • Setelah Kau Mendua   Duren

    Satu bulan sudah berlalu, hubungan Aira dengan Gunawan dan Dwita tetap baik. Tapi Dewi dan Trisa masih sama seperti dulu, tidak menyukai Aira. Beberapa kali Aira datang di rumah Gunawan untuk ikut acara mendoakan Alan, tapi tanggapan Dewi masih dingin. Aira tidak peduli, yang penting kehadirannya diterima baik oleh Gunawan dan Dwita.Keluarga besar Aira juga tidak tahu kalau Alan sudah meninggal. Aira pernah menelpon ayahnya untuk memberitahu berita ini, tapi tidak diangkat oleh Hasan. Ketika ia menghubungi ibunya, malah ditolak. Sejak saat itu, komunikasi dengan orang tuanya hampir tidak pernah ia lakukan lagi. Daripada ia sakit hati, lebih baik ia menjaga mentalnya untuk tetap waras.Berita perceraian Bara dan Firda ternyata sudah menyebar di kantor. Entah dari mana berita itu, tapi sepertinya sudah menjadi trending topik di kantor. Banyak spekulasi tentang penyebab perceraian itu, salah satunya adanya orang ketiga. Beberapa orang mulai kasak-kusuk, bahkan ada yang mulai mencari per

  • Setelah Kau Mendua   Pergilah, Nak!

    Di rumah sakit.“Siapa yang menelpon?” tanya Gunawan pada Dwita.“Firda.”“Kalau dia menelpon lagi, nggak usah diladeni.”“Iya, Pa.”“Apa dia tahu kalau Mas Alan kecelakaan? Terus ingin tahu bagaimana kondisinya.”“Sudah, biarkan saja. Kita tidak ada urusan dengannya.”“Baik, Pa.” Akhirnya Dwita menuruti ucapan papanya.Suasana pun tampak hening lagi. Mereka berdua masih menunggu di depan ruang ICU. Menunggu kabar baik tentang kondisi Alan. Dewi tadi sudah sadar dan sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Kondisinya sudah membaik, tidak ada luka serius pada Dewi. Dewi ditemani oleh kakak perempuannya, Dita. Sedangkan Alan kondisinya tadi mulai stabil, tapi ternyata memburuk lagi. Ia belum sadar juga, karena itu ia dipindahkan ke ruang ICU.“Kok Mas Alan belum sadar juga ya, Pa? Padahal luka luarnya hanya sedikit,” kata Dwita membuka obrolan dengan papanya.“Mungkin ada luka dalam yang belum terdeteksi.”“Semoga Mas Alan cepat sadar.”“Amin, doakan yang terbaik untuk Alan.” Pintu ICU te

  • Setelah Kau Mendua   Menyesal Berkepanjangan

    Ceklek! Pintu IGD terbuka, semua mata langsung melihat ke arah pintu.“Bagaimana kondisi istri dan anak saya, Dok?” tanya Gunawan sambil berjalan mendekati dokter.“Kedua pasien masa kritisnya sudah lewat, tapi memang belum siuman. Karena itu biar mereka di ruangan ini dulu, sampai kondisi mereka benar-benar stabil.”“Bagaimana dengan luka-lukanya, Dok? Maksud saya yang luka bagian mana saja?” “Belum bisa dilakukan tindakan lain, menunggu kondisi stabil, baru nanti akan dicek semuanya. Berdoa saja, mudah-mudahan tidak ada luka yang serius.”“Kalau tidak ada luka serius, kok sampai pingsan?” tanya Trisa.“Pingsannya bisa saja karena syok. Nanti setelah pemeriksaan lebih lanjut bisa diketahui hasilnya bagaimana. Mohon bersabar ya, kami mengupayakan yang terbaik untuk kedua pasien.” “Boleh saya masuk ke dalam, Dok?” tanya Gunawan dengan wajah memelas.Dokter kasihan melihat wajah Gunawan, yang sepertinya sangat tertekan.“Boleh, tapi hanya sebentar saja dan satu per satu.”“Terima kasi

  • Setelah Kau Mendua   Kecelakaan

    “Alan, sepertinya Mama mengenal perempuan tadi.” Dewi berkata dengan ragu-ragu.Alan hanya diam saja, ia masih memikirkan apa yang terjadi pada Firda.“Bukankah itu tadi Firda?” tanya Dewi. “Yang mana, Ma?” “Yang duduk di kursi roda tadi.”“Masa, sih.” Alan pura-pura tidak percaya.“Iya juga ya, Mama ragu kalau itu tadi Firda. Memangnya Firda sakit? Perasaan Firda sehat-sehat saja. Ah, mungkin itu tadi bukan Firda.” Dewi juga ragu dengan penglihatannya tadi.Alan mendorong kursi roda mamanya menuju ke ruang terapi. Satu Minggu sekali Dewi harus melakukan terapi, untuk mengembalikan saraf-saraf yang bermasalah supaya bisa seperti sedia kala. Yang mengantarkan Dewi terapi juga bergantian, antara Gunawan, Dwita, Trisa dan Alan. Selama menunggu mamanya diterapi, Alan masih memikirkan tentang Firda. Sudah lama Firda tidak menghubunginya, ia mau menghubungi duluan, takut kalau ketahuan Bara. Ia masih ingat dengan ancaman Bara beberapa waktu yang lalu.“Sakit apa Firda ya? Kok Malvin yang

  • Setelah Kau Mendua   Tidak Percaya Diri

    “Mama lemas, Pa,” kata Dewi dengan pelan, nafasnya tersengal-sengal. Gunawan menoleh ke arah Dewi yang tampak sangat pucat.“Ma, kenapa?” Gunawan meminggirkan mobilnya dan kemudian berhenti. Ia memeriksa kondisi istrinya.“Pusing.” Suara Dewi terdengar bergetar.“Sabar ya, Ma.” Gunawan melajukan kendaraannya lagi. Tujuannya adalah rumah sakit. Dengan berusaha bersikap tenang, Gunawan melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi.Sampai di rumah sakit ia langsung menuju ke IGD. Ia memberikan isyarat pada satpam untuk mendekati mobilnya.“Pak, tolong kursi roda,” pinta Gunawan pada satpam. Satpam dengan cekatan mengambil kursi roda. Dibantu Gunawan, Dewi turun dari mobil dan langsung duduk di kursi roda.“Tekanan darah Ibu tinggi sekali, lebih baik dirawat saja. Biar pengobatannya maksimal,” kata dokter yang memeriksa Dewi.“Nggak bisa rawat jalan saja, Dok?” tawar Dewi dengan pelan, karena tubuhnya sangat lemas.“Biar maksimal pengobatannya, Bu.”“Sudahlah, Ma. Kita ikuti anjuran d

DMCA.com Protection Status