Share

Donatur Baru

Penulis: devarisma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-19 11:17:34

Liburan di Simeulu dengan keluarganya sudah usai. Mahra buru-buru ke yayasan dia sangat merindukan anak-anaknya. Saat mobil memasuki perkarangan yayasan. Anak-anak berhamburan berlari pada arah depan asrama. Mahra mendengar semua yang disampaikan anak-anak. Ada yang menanyakan kabar, ada yang melapor projek mereka, ada yang mengeluh.

Satu persatu dicek ke lapangan, projek pertanian, perternakan juga projek kreativitas mereka. Mahra sengaja menyisihkan waktu setengah harinya, hanya untuk anak-anak. Kemudian mengadakan rapat dengan para dewan guru. Masing-masing guru melaporkan keluh kesah dan perkembangan anak-anaknya. Mahra mencermati dengan seksama.

Para dewan guru sangat menghormati Mahra. Bukan hanya saja karena dia sebagai owner yayasan. Tapi karena dia sangat bijaksana dalam memimpin yayasan. Merangkul para dewan guru untuk mengajar anak-anak.

Makanya para bawahan selalu menghargai apa yang dia terapkan di Yayasan ‘Mata Hati’. Demikian pula, Mahra yang sangat menghormati setiap
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Merelakan

    Waktu terus berjalan. Mahra sibuk menguruskan anak-anak yang akan ikut ayahnya ke Medan. Juga beberapa anak yang mau dimagangkan di luar yayasan.Anak yayasan ‘Mata Hati’ tidak hanya dibekali ilmu dalam bentuk konsep. Tapi, juga pengamalan dan prakteknya.Maka, yang mengambil projek pertanian akan magang di beberapa area perkebunan di Gayo. Juga, yang mengambil projek berdagang, mereka akan diberi modal lalu jualan di pasar induk Aceh besar dan Banda Aceh.Setelah semua keperluan anak-anak yang magang. Mahra baru merasa lega. Akhirnya idenya tidak sia-sia. Anak-anaknya sudah bisa diharapkan mandiri untuk masa depannya mereka. Mahra mengumpulkan anak-anak sebanyak tujuh orang.Mahra menatapkan mereka lekat-lekat. Memberikan nasihat dari hati. Berharap mereka tidak lupa yang pernah diajarkan guru-guru di yayasan. Adab sopan santun terus terpelihara walaupun sudah bebas di luar sana.Bagi Mahra, anak-anak yang siap mengikuti magang. Adalah anak tertuanya. Sebagai pijakan awal, juga sebag

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Alika

    Dari kerumunan anak-anak Mahra melihat seorang lelaki paruh baya. Laki-laki itu langsung berdiri saat menyadari kehadirannya. Dia berjalan menuju arah laki-laki itu berdiri. Di belakangnya berdiri seorang anak dengan wajah kusut.“Assalamualaikum, Bu Mahraa,”sapa laki-laki tersebut.“Waalaikunsalam,” sahut Mahra“Perkenalkan saya Anto dari kota Binjai,” lelaki itu memperkenalkan diri.“Ada perlu apa, Pak?” tanya Mahra dengan ramah. Matanya memperhatikan gadis kecil yang bersembunyi dibelakangnya.“Saya ingin menitip anak ini ke Ibu!” sahutnya agak ragu-ragu.“Hai siapa namanya?” setelah mendengar penuturan Pak Anto. Mahra langsung menyapa anak perempuan kecil yang nampak ciut melihatnya.Mahra mengulurkan tangan. Pak Anto menuntun gadis kecil itu untuk menyalami Mahra. Dia menggenggam erat tangan mungil itu.“Nama Ibu, Mahra. Namamu siapa?” ujar Mahra lagi dengan lembut.“A-Alika,” ucap gadis kecil itu dengan terbata-bata.Pak Anto pun ikut tersenyum saat Alika menjawabnya. Nadia mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Rencana Melamar

    Yayasan Mata Hati mulai unjuk diri. Ikut berpartipasi menampilkan anak-anak di berbagai event di kota tersebut. Seperti mengikuti panggung-panggung perlombaan. Anak-anak yayasan harus unjuk diri. Satu persatu terlihat anak-anak yayasan telah memiliki potensi untuk menjadi orang-orang yang mandiri, berpotensi dan bertalenta.Pada peringatan HUT Kota Banda Aceh. Alika didaftarkan pada lomba membaca puisi. Gadis kecil itu, sudah lama belajar menulis puisi dengan Mahra. Sehingga sosok penulis sekelas Mahra sangat yakin mendaftar Alika sebagai peserta baca puisi.Hampir tiga hari berturut-turut, lomba itu berjalan. Mahra menyitakan waktunya untuk menemani Alika. Baginya, Alika tidak sekadar anak-anak titipan. Tapi, dia adalah anak bungsunya. Mahra selalu memposisikan diri sebagai orang tua bagi tiga puluh orang anak. Maka apapun keperluan anak-anak yayasan selalu diurusnya dengan penuh tanggung jawab.Alika tampil dengan sempurna pada acara perlombaan tersebut. Seperti yang diharapkan, ana

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Hijrah Ke Jepang

    “Mahra, satu tahun lima bulan kita berpisah. Tapi, Abang belum bisa lupain kamu!”Refans menatap gambar pernikahan mereka. Padahal setelah kejadian enam bulan yang lalu dia menemui Mahra di yayasannya. Refans sudah berhebti stalking Mahra di sosial media. Tapi tetap saja. Bayang-bayang perempuan berkerudung itu tak pernah lenyap dalam dirinya.“Mahra Abang akan pergi jauh. Semoga kamu bahagia selalu!” Refans sudah tak bisa membendung air mata. Lalu memeluk foto pernikahan mereka. Yang kini hanya menyisakan kenangan yang sangat menyakitkan.“Ra, semoga abang bener-bener bisa move on!” gumannya lagi.Terhitung sejak dia menjual perusahaan. Refans tidak bekerja apa-apa. Selain mengandalkan tabungan dan satu miliar yang dia putar di bursa investasi. Dia menghabiskan waktu dengan melukis dan olah raga. Uangnya makin berkurang. Ibu dan kakaknya hidup dengan bermodal sebuah hotel kecil yang mereka kelola. Tentu pemasukan segitu membuat mereka kalang kabut. Apalagi dengan gaya hidup yang san

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Tidak Gegabah

    “Jamal pulang ke rumah, ada yang ingin Ayah bicarakan!” “Mal, pulang ke rumah ya. Ada yang ingin Ayah dan Mamak bicarakan.” Pesan tersebut masuk secara bersamaan ke ponsel Jamal putra tertua Burhan dan Meilinda. Dia merupaka professor muda di provinsi syariah tersebut. Kesibukan mengajar membuat dia lebih memilih tinggal di komplek lingkar kampus.“Apasih kompak banget ngirim pesan?” gumam Jamal.Di lain tempat, di kediaman Pak Burhan. Keduanya duduk was was di ruang tamu. Menunggu kedua putranya. Mereka berharap Jamal dan Akmal akan datang sebelum Mahra pulang.“Gimana menurut Mamak? Apa Mahra akan menerima lamaran ini?” tanya Pak Burhan sambil menopang dagunya.“Mamak ragu, Yah. Karena dulu dia pernah kesini tapi Mahranya malah ngak open. Disuruh pergi jangan balik lagi.” Meilinda menghembus napas kasar. “Mamak melihat Angga itu lelaki yang baik, santun cocok dengan Mahra!”“Kita tunggu saja pendapat Akmal dan Jamal,” tambah Pak Burhan.“Iya, Yah.” Mereka masih saja wasa-was.Sua

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Obrolan Pertama Via Telepon

    Malam sudah larut, Pak Burhan dan Mei tidak bisa tidur. Mereka cemas-cemas harap kepada Istiqarah Mahra. Mereka berharap Allah akan melunakkan hati Mahra untuk menerima lamaran Angga. Mereka tidak menyangka, kalau Mahra tidak langsung menjawab tidak. Apalagi bersikeras dengan kata tidak. Padahal, dia mengatakan sendiri bahwa dia tidak pernah terpikir untuk menikah lagi.“Yah, mudah-mudahan Mahra akan mendapatkan pentunjuk yang baik dalam istiqarahnya,” Bu Mei merebah kepalanya di samping sang suami.“Aamiin,” jawab Pak Burhan.Meskipun sekarang, mereka sangat bahagia bisa merawat Mahra seperti anak yang baru menginjak SMA. Tapi, bisa melihat Mahra memiliki suami lebih melegakan hati kedua sejoli ini.Di kamar lain, Mahra tercenung di atas sajadah dengan jawabannya. Dia merasa bahwa jawabannya tadi spontan tanpa pikir panjang. Siapa laki-laki yang hendak melamar dia? Bahkan nama saja dia tidak tahu.“Tuhan, berikanlah petunjukmu untuk semua ini, Ya Allah. Jika ini dia orang baik jika d

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Pertemuan Kelima

    Dua hari setelah Mahra memintanya menemuinya di yayasan. Angga mengirimkan pesan.Angga : Mahra saya sudah di depan yayasan. Mahra yang sampai terkejut membaca pesan tersebut.“Sepagi ini? Memangnya dia tinggal dimana?” gumam Mahra. Ah yang benar saja, bahkan Mahra belum tahu orang mana seperti apa orang yang akan melamarnya itu.Mahra : Masuk saja!Mahra tercenung , kedua tangan masih memegang telpon pintar. Dia bermaksud, agar laki-laki itu akan amembatalkan keinginan menikahinya. Tapi, justru sebaliknya. Sepertinya laki-laki itu tidak akan mau mundur selangkah pun.Satpam mengarahlan Angga menuju taman samping asrma. Dimana ruang terbuka itu sedang sepi karena anak-anak sedang di ruang kelas.Dari jauh Angga melihat seorang perempuan dengan setelah tunik warna hijau dan dipadu rok span warna broken white serta hijab broken menutupi kepalnya dengan anggun. Sekilas bak gadis melayu. Melihat dari belakang saja, Angga sudah menebak itu adalah Mahra.“Assalamualaikum!”seru Angga.“Waa

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Setelah Hujan Bulan Desember   Keputusan di Tangan Masing-Masing

    “Mahra!” panggil Akmal yang nongol ke kamar adiknya.“Masuk Ngoh!” Mahra menghentikan aktivitasnya yang sedang menyunting tulisannya yang telah rampung. “Ngapain si?” tanya Akmal sambil duduk di sofa yang tersedia di kamar Mahra.“Naskah Mahra udah siap Ngoh, rencananya akan terbit bulan ini.” Mahra mendekati kakanya duduk tepat di depannya. Pasti ada yang penting kakak keduanya kalau udah ketemu private gini, pikir Mahra.“Wah setahun bercerai, kamu dek langsung produktif. Kemana aja Mahra selama ini?” gelak Akmal.“Alhandulillah. Akhirnya kan bisa nerbit lagi.” Mahra tersenyum sumringah. Tak pernah membayang jika dia bisa nerbit buku lagi saat masih di bandung terkunkung dengan pernikahan yang membuatnya bagai hidup tak mampu mati tak juga tiba.“Mahra, maaf Ngoh terkesan mencampuri urusanmu. Tapi kami semua berharap yang terbaik untukmu!” Akmal memulai maksudnya.Mahra terdiam.“Sebenarnya, Angga itu teman Angoh.” Akmal menatap adiknya dengan lekat.”Dia laki-laki yang baik.”“Ang

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20

Bab terbaru

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Pensiun Dini

    Lima tahun kemudian.Tidak terasa waktu bergulir begitu cepat. Kini anak-anak sudah tumbuh menuju dewasa. Si kembar sudah SMA menjelang tamat. Rasa-rasanya, Angga ingin segera pensiun dari pekerjaannya. Dia sudah mempercayai beberapa kerabat dekat untuk mengelola perusahaannya.“Sayang, rasanya aku di rumahnya. Pensiun lebih cepat!” ucap Angga pagi itu setelah anak-anak semua pergi sekolah. Mahra selama tidak memiliki bayi. Sudah kembali aktif menulis.“Terserah Mas! Mahra senang aja kalau Mas di rumah! Apalagi Mas sudah bekerja sejak muda. Pensiun dini lebih baik sebagai bonus kerja keras selama ini!” Mahra menghentikan pekerjaannya. Lalu duduk di sampingnya.“Kamu masih tetap cantik!” Angga menatap sang istri lebih lekat.“Mahra sudah tua, Mas! Sudah ada satu dua uban!” ujarnya tersipu.“Tapi, masih tetap cantik!” Angga menggamit tangan sang istri.“Mas juga masih gagah, orang tidak akan percaya Mas sudah menuju kepala lima!” Mahra membalas tatapan sang suami.“Karena Mas masih gant

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Ustazah Alika

    “Total belanjaan Kakak seratus dua puluh ribu!” ucap Kasir.Alika merongong tasnya. Capek dia cari-cari dompet. “Duh kemana sih domper?” keluh Alika.“Kak?” panggil kasir. “Antriannya panjang sekali.”Dia baru sadar ada sepuluh orang sedang mengatri di belakang.“Aduh maaf bang, dompet saya tinggal! Saya transfer aja boleh?” tanya Mahrasambil menahan malu.“Tidak bisa kak, rekening toko lagi bersamalah!” ujar kasir.“Tapi, gimana bang saya nggak bawa dompet!” Alika sudah hampir menangis.Tiba-tiba seseorang meletakkan dua lembar pecahan dua ratus di sana. “Ini sekalian untuk bayaran ustazah ini!” ujar laki-laki itu dengan tenang. Sembari menunjukkan sebotol air mineral dan bisquit.“Oke!” kasir lamgsung mengerjakan tugasnya.Alika masih di sana terpaku. Mengingat sejenak sepertinya pernah jumpa. Tapi dimana? laki-laki dengan penampilan kasual nampak santai dengan celana training, baju kaos jersey dan sepatu olahraga.“Terima kasih Pak!” seru Alika cepat-cepat.“Sma-sama Ustazah!” lak

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Potongan Karya Alika

    Bab 1Mengenal Makhluk HidupAlika merupakan siswa kelas III SD. Alika tinggal bersama Ayah dan Ibunya dan adiknya Affa. Affa masih berumur tiga tahun. Alika sangat menyayangi adik Affa.Setiap hari Alika ke sekolah dengan berjalan kaki dengan Dini dan Andi. Mereka tinggal di satu komplek Perumahan Hijau. Dini, Andi dan Alika berteman baik sejak kelas I.“Hari ini kita belajar apa?” tanya Andi sambil mengayun langkah.“Kita akan belajar tentang makhluk hidup,” sahut Alika.“Makhluk hidup itu seperti kita ini, Ka?’’ tanya Dini.“Iya, makhluk hidup seperti kita ini manusia, hewan dan tumbuhan,” jelas Alika sambil menunjuk ke arah pohon yang memayungi jalan yang mereka lewati.“Apa saja ciri-ciri makhluk hidup, Ka?” tanya Andi lagi.“Memerlukan makan dan minum, bernapas, tumbuh dan berkembang biak,” sahut Alika lagi.“Pintar sekali kamu, Ka. Tahu dari mana?” tanya Dini.“Aku baca buku, Dini. Ayah dan Ibuku selalu menghadiahkan aku buku dan mengajakku ke perpustakaan,” jawab Alika.“Nanti

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Pengalaman Baru

    Danil sangat kikuk duduk diantara orang-orang yayasan. Dimana penampilannya sangat mencolok. Semua laki-laki di sana menggunakan peci, serta baju koko yang cukup sopan. Belum lagi yang perempuan, membuat dia menjerit seakan sedang terjebak ke dalam tempat yang sangat sulit dia dambakan.Sebelum rapat dimulai. Angga sengaja meminta Danil duduk di sampingnya.“Maaf sebelumnya, Ustaz Ustazah semua. Perkenalkan ini Danil tangan kanan saya di perusahaan. Hari ini kebtulan saya ajak ke sini, untuk mengenal dunia pendidikan lebih jauh!” jelas Angga. Membuat semua orang memperhatikan Danil dengan seksama. Laki-laki dengan postur tubuh proposional. Hitung mancung, alis tebal dan sekilas terlihat berkarisma. Buru-buru ustazah di sana menundukkan pandang. Karena spek laki-laki di depan mereka sangat memukau, bagai artis.Danil agak terkejut dengan penuturan bosnya. Apa ini cara bosnya mengenalkan dia pada ustazah di sana. Rapat berlangsung. Beberapa ustazah menyampaikan laporan mereka. Ada juga

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Aku Percaya

    Angga pulang hampir larut. Tidak biasanya dia seperti itu. Namun, beberapa pekerjaan menjelang akhir tahun ini membuat semuanya sibuk. Apalagi dia baru memecat sekretarisnya.“Danil, tolong carikan sekretaris baru untukku! Ingat laki-laki ya!” perintahnya.“Baik, Bos. Akan segera saya dapatkan!” sahut Danil. Danil merupakan kaki tangan ANgga. Namun, dia punya jabatan yang besar di perusahaan itu.“Maafkan saya terkait Sela Bos. Saya menyesal terhadap kejadian yang menimpa Bos!” tambah Danil. Angga sedang bersiap hendak pulang.“Its Oke. Jadi kita lebih waspada ke depan!” sahut Angga. Sekali lagi dia melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah menunjukkan jam 12 dini hari. Sudah lama dia tidak lembur selama ini.“Baik, Bos.” Danil menunggu Bosnya keluar dari ruangan.Lalu mereka berjalan beriringan untuk ke parkiran.“Danil, kalau nanti kamu bekerluarga usahakan, melindungi dan menjaga pernikahanmu. Banyak sekali wanita jalangyang mengincar kalau kita punya pekerjaan dan penghasilan y

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Penjaga Mama

    Sela keluar dari gedung pencakar langit itu dengan berat hati. Mau gimana lagi, dia benar-benar dipecat secara tidak terhormat. Bahkan bodyguard menyeretnya dengan kasar.“Saya ingin mengambil barang-barang saya dulu!” pintanya memelas karena ada beberapa barang berharganya di sana.“Ingat hanya lima menit kamu sudah keluar dari gedung ini!” tegas bodyguard tersebut. Sela berjalan cepat menuju lift lalu ke ruangannya tepat di samping ruangan Angga, sang CEO.Saat menenteng sebuah kardus keluar dari sana. Dia berpapasan dengan kedua temannya Ani dan Dini. Bukan rasa kasihan yang ditunjukkan malah diejek habis-habisan.“Aduh Sela- sela baru setengah jam lalu, kita bilang apa. Kamu mimpi ketinggian. Kasian sekali. Padahal cita-citanya mau jadi simpanan bos!” ledek Dini.“Memang kamu itu terlalu kepedean tahu. Kamu bisa tuh, incarin om sana, tapi tidak dengan Bos Angga. Dia itu spek setia. Kamu belum lihat istrinya secantik dan sekeren apa. Dibandingkan kamu bukan apa-apa Sel!” tambah Ani

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Perihal Sekretaris

    Angga berjanji akan segera memecat Sela pada kedua anaknya. Mereka akan melihat langsung proses itu. Begitu pulang sekolah, Angga menjemput sendiri kedua anak kembarnya itu yang kini sudah masuk sekolah Madrasah Tsanawiyah. Masih dengan baju sekolah mereka diboyong ke kantornya. Memang sejak pagi Sela merasa aneh, bahkan bosnya itu tidak menyapanya sama sekali. Pekerjaan pun tidak ada yang diansurkan padanya. Justru staf lain yang hilir mudik mengantar sendiri.“Kenapa sih Bos?” gumamnya.“Bos mau dibuatkan kopi?” tanya Sela dengan lancang masuk ke ruangnya.“Saya tidak minum kopi, kamu tahu itu kan?!” Angga terus sibuk memperhatikan berkas di depannya tanpa menoleh.“Maaf Bos, yang lain barang kali?” tanya Sela lagi.“Tidak perlu!” jawab Angga puntung.“Untuk makan siang bagaimana Bos?” perempuan itu mendekati meja kerja bosnya. Hari ini dia sengaja memakai kemeja yang agak ketat, dengan hijab dililit ke belakang. Menurutnya cukup membakar gairah seorang laki-laki. Sejak masuk ke san

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Perkara Mimpi

    “Ma semalam Kakak mimpi buruk lagi!” seru Alifa setelah duduk di samping ibunya yang sedang memakai wangi-wangian pada anak bungsunya.Mahra menoleh, ini bukan kali pertama Alifa mimpi buruk. Tiga hari yang lalu putri kembarnya itu juga bermimpi buru. Dia bermimpi dililit ular sampai napasnya tersenggal-senggal. Itu dapat dia lihat langsung saat dia memeriksa kamar anaknya. Tiga hari sebelumnya lagi juga demikian. Itu pertama kali si kakak mimpi dikejar harimau besar.“Malam ini mimpi apa kak?” tanya Mahra dengan tenang. Dia bisa melihat putrinya seperti ketakutan.“Mimpi Papa nikah lagi, dan istri baru papa jahat!” Alifa berujar dengan penuh penyesalan.Mahra membeliakkan matanya. Dia memang sempat mencari internet perihal tafsir mimpi. Namun, dia ragu apakah anak remaja seusia alifa mimpinya bisa memiliki makna?“Apa-apa?” Angga yang hanya mendengar ujungnya saja tentu shock bukan main. Mata elangnya menatap sang ayah dengan ganas.“Kenapa Kakak lihat Papa begitu?” tanya Angga. Dia

  • Setelah Hujan Bulan Desember   Kebiasaan Lama

    Sudah dua jam, Mahra duduk di depan laptop. Menulis sebuah artikel. Selama beberapa tahun terakhir, dia membangun sebuah blogger parenting. Cukup berpenghasilan dan maju. Mahra sudah lama tidak menulis buku, karena anak-anaknya masih balita. Dia tidak ingin anak-anaknya kekurangan kasih sayangnya. Membangun blogger tidak begitu sulit dan menguras waktunya. Setidaknya dia masih menulis setiap 3 atau 2 kali seminggu.Dia menyisihkan sedikit waktu ketika putranya tidur atau bermain dengan orang lain. Seperti malam ini karena putra bungsunya sedang asyik bermain dengan Angga. Angga nampak piawai bermain dengan si bungsu yang baru bisa berdiri, bahkan sesekali sudah bisa mengangkat langkah dengan gemetar. Sedangkan ketiga anaknya lagi sedang belajar mengaji di mushalla rumahnya. Angga sengaja memanggil orang ke rumah. Ketiga anak itu punya guru yang berbeda. Berdasarkan tingkatan mereka belajar.Si kembar sudah belajar kitab kuning dan fasahah alquran. Sedangkan Alesya masih di iqra’. Sese

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status