"Nona, kamu baik-baik saja, 'kan?!" tanya petugas keamanan itu dengan cemas."Aku baik-baik saja. Terima kasih," jawab Shella sambil memeluk kardusnya dengan erat dan berjalan cepat ke dalam kompleks perumahan.Saat dia berdiri di dalam lift, perasaannya sangat kacau. Tadi, kedua pria itu jelas-jelas mengincar kardusnya.Jangan-jangan mereka mengetahui isi kardus ini?Kardus ini berisi dokumen dan buku catatan ibunya. Siapa yang ingin merebut benda-benda ini?Shella teringat lagi akan foto ibunya berpelukan dengan Esther, layaknya saudara kandung. Dia tidak bisa membayangkan perlakuan buruk Esther terhadapnya sejak dia kecil.Shella pulang ke apartemen dan menghubungi Bobby, lalu memberi tahu kejadian hari ini pada Bobby."Shella, berikan dokumen itu padaku, biar aku periksa." Bobby bersedia membantunya dengan senang hati.Shella menganggukkan kepalanya dan berkata, "Baiklah, besok, aku akan menyerahkannya padamu."Pada malam hari, Shella duduk di sofa sambil membawa buku catatan ibuny
Suara itu terdengar jernih dan memikat, membuat Harvin merasa bingung dan juga familier.Suaranya seperti suara Shella!Namun, suaranya lebih manis dan alami, juga jernih."Maaf, putraku menghubungimu malam-malam begini," kata Harvin untuk meminta maaf pada wanita itu.Harvin mengira bahwa wanita itu sudah berkeluarga, jadi suaminya pasti akan salah paham."Nggak apa-apa, jangan salahkan anakmu lagi. Aku sangat menyukai anakmu!" Shella juga merasakan sejenis perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Pertama kalinya dia melihat Samuel, dia juga merasakan keakraban yang sangat kuat."Maaf sudah mengganggu," kata pria itu dengan suara rendah sebelum mengakhiri panggilan ini.Shella merasa agak terkejut. Melihat panggilan yang sudah diakhiri ini, dia benar-benar khawatir anak itu akan dimarahi ayahnya.Setelah ponselnya diambil, Samuel memonyongkan bibirnya sambil menatap ayahnya dan berseru, "Ayah, aku baru mengobrol dengan Kakak Cantik!""Sudahlah. Ke depannya, jangan ganggu hidupnya lagi. Ya
Esther tahu bahwa Kent biasanya sering menggoda karyawan wanita, jadi Kent adalah orang yang paling tepat untuk melakukan hal itu.Kemudian, Esther menjelaskan hal itu pada Kent dengan saksama.Kent merasa agak gugup, tetapi Esther menjanjikan kenaikan jabatan ke posisi wakil presiden direktur tahun depan. Mata Kent pun langsung berkilau."Bu Esther, tenang saja, serahkan saja tugas ini padaku. Aku nggak akan mengecewakanmu," kata Kent."Lakukan saja hal yang perlu kamu lakukan. Aku akan menanggung akibatnya," kata Esther untuk mendukung Kent."Aku mengerti," kata Kent. Dia sangat menantikan kecantikan putri sulung dari Keluarga Axia.Setelah Shella dan Bobby makan siang bersama, Bobby mengantarkan Shella pulang.Bobby tidak bisa menahan diri dari bertanya, "Shella, bisakah aku bertamu sebentar di rumahmu?""Rumahku belum dirapikan. Lain kali, deh!" Shella tersenyum sambil menolak.Bobby membuang napas dan berkata, "Kamu tahu aku suka padamu.""Pak Bobby, jangan sia-siakan waktumu pada
Ilona berdiri di samping orang tuanya dan mengikuti mereka bersulang serta berkenalan dengan tamu lainnya. Dia terus mendengar pujian orang-orang.Pada saat ini, terdengar suara seorang wanita yang jernih. "Ayah."Saat Ilona menoleh, matanya seketika melebar. Tidak mungkin! Shella mengenakan gaun buatan khusus?Dia langsung tahu bahwa itu bukan gaun biasa, setiap detailnya terlihat sangat mewah.Perhatian para tamu yang tadinya masih memuji Ilona seketika berpindah ke nona muda dari Keluarga Axia yang baru datang ini. Mereka tidak menyangka bahwa Simon masih memiliki seorang putri yang begitu cantik.Shella berdiri dengan elegan. Di bawah cahaya lampu, dia tampak bersinar, sehingga dia menarik perhatian banyak orang.Ekspresi Esther juga berubah. Dia mengira bahwa Shella bahkan tidak memiliki satu pun gaun yang layak pakai.Tak disangka, Shella tampil dengan begitu memesona.Simon-lah yang merasa paling bahagia. Dia menggenggam tangan Shella dan memperkenalkan Shella pada semua orang.
Aula jamuan itu sangat ramai. Esther juga menyadari bahwa Shella tidak menyukai acara seperti ini dan mungkin akan pergi.Dia pun mengirimkan seorang tetua dari Keluarga Axia untuk mengobrol dengan Shella."Shella, apakah kamu masih mengingatku? Aku kakak sepupu ayahmu."Shella jarang berinteraksi dengan sanak saudara dari pihak ayahnya. Namun, saat dia melihat seorang tetua, dia tetap tersenyum sambil menyapa orang itu. "Halo, Bibi.""Aku pernah melihatmu saat kamu masih kecil. Sekarang, kamu tiba-tiba sudah jadi gadis, ya. Sini, ayo minum segelas dengan Bibi," kata wanita itu sambil mengambil segelas anggur merah untuk Shella.Shella tidak mengetahui bahwa anggur yang diberikan padanya secara acak sudah dicampur dengan obat. Dia pun bersulang dengan bibi itu."Aku sudah menghabiskannya. Bagaimana kalau kamu juga menghabiskan minumanmu?" tanya bibi itu.Hanya tersisa setengah gelas anggur, jadi Shella langsung meneguk semuanya. Wanita itu baru menepuk-nepuk bahu Shella dengan gembira
"Ahh ...." Wanita itu menempelkan keningnya di dinding lift, rambutnya yang panjang menutupi wajahnya. Dia mengeluarkan suara erangan pelan karena rasa tidak nyaman ini.Kent langsung berpura-pura berpacaran dengan Shella. Dia berkata, "Sayang, tahan sebentar ya, kamu bisa istirahat dengan baik di kamar."Harvin melirik sekilas ke wanita yang berada di sudut lift. Biasanya, wanita di acara seperti ini minum sendiri hingga mabuk dan bersedia untuk menjadi mainan para pria, jadi Harvin merasa bahwa mereka tidak layak untuk dikasihani.Pada saat ini, Shella tidak bisa berdiri dengan baik lagi, tubuhnya pun terhuyung-huyung. Kent terkejut, dia pun langsung mengulurkan tangannya untuk menangkap Shella. Namun, meskipun kesadaran Shella sudah kabur, dia tetap membenci sentuhan pria."Jangan sentuh aku ..." seru Shella.Sambil mengucapkan kata-kata ini, dia mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajahnya yang putih di bawah cahaya matahari.Lift ini berhenti di lantai 13. Mendengar suara Shella,
Bahkan jika korban itu bukan mantan istrinya, Harvin juga tidak akan menoleransi perbuatan yang begitu tidak tahu malu.Shella yang berada dalam pelukan Harvin sudah sepenuhnya kehilangan kesadarannya. Dia tidak tahu siapa yang menggendong dirinya, juga tidak tahu ke mana dia dibawa. Dia sudah kehilangan kewaspadaan dan pertahanannya.Harvin menghubungi Carlsen, asistennya, dan menyuruh Carlsen untuk segera membawakan sebuah kartu kamar ke atas.Di kamar khusus di lantai teratas.Shella diletakkan di atas sofa. Di bawah cahaya lampu, rambut panjangnya terurai dan wajahnya yang putih kemerahan. Sepasang tangannya yang kecil sedang menarik kerah bajunya karena dia merasa kepanasan.Dia ingin sekali menyejukkan dirinya.Tatapan Harvin menggelap. Dia tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada Shella malam ini jika tidak bertemu dengannya.Lima tahun yang lalu, kejadian seperti ini sudah pernah terjadi. Apakah wanita ini tidak belajar dari kejadian itu? Apakah dia harus benar-bena
Namun, pria itu malah menggendongnya ke kamar mandi."Harvin, kalau kamu berani menyentuhku ... kamu bisa coba ... aku nggak akan ...."Sebelum Shella bisa menyelesaikan ucapannya, dia langsung dilemparkan ke bak mandi yang setengah terisi dengan kasar.Shella seketika tersedak air ....Rasa dingin ini meredakan rasa panas dalam tubuhnya, juga mengembalikan kesadarannya sedikit demi sedikit. Dia bersandar di samping bak mandi sambil batuk-batuk dengan lemas.Rasa dingin ini memadamkan api dalam tubuhnya. Kesadarannya juga sudah pulih. Dia mengangkat kepalanya. Di bawah bulu matanya yang basah, matanya yang kabur melihat pria yang sedang berdiri di jarak satu meter darinya, dengan kedua lengannya tersilang.Akhirnya, Shella menyadari bahwa pria ini sebenarnya sedang menyelamatkannya.Pada saat ini, air di dalam bak mandi sangat dingin. Shella terus menggigil di dalam air. Dia meringkuk dalam bak mandi, tubuhnya juga terus bergetar. Begitu dia tersadar sepenuhnya, dia langsung mengerti b
Saat Shella keluar dari kamar mandi dan sedang tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba, sebuah sosok yang tinggi menghalangi jalannya dari koridor menuju balkon.Shella seketika terkejut. Saat dia mengangkat kepalanya, dia melihat wajah seorang pria yang dingin, yaitu wajahnya Harvin.Tatapan Shella langsung menjadi dingin. "Minggir sana.""Shella, seleramu buruk sekali," kata Harvin. Dia tertawa dengan penuh penghinaan, seakan-akan menilai bahwa Bobby seburuk itu.Shella tersenyum dengan sinis dan berkata, "Bukan urusanmu."Harvin seketika mendekat pada Shella. Cahaya yang awalnya masuk dari jendela dihalangi oleh Harvin dan membentuk bayangan di wajahnya Shella. Perasaan ini membuat Shella merasa sangat tidak nyaman."Pergi sana," kata Shella dengan terus terang."Apakah kamu pernah menyebut hubungan kita padanya? Apakah kamu pernah memberitahunya bagaimana kamu memelas padaku?" tanya Harvin sambil tersenyum sinis.Ucapan ini seperti duri yang menusuk telinga Shella, hingga ke hatinya.
"Shella, coba lihat mau minum apa," kata Bobby.Shella tersenyum sambil menjawab, "Nggak usah, deh."Karena mereka sudah memesan makanan, Shella memutuskan untuk menganggap seakan-akan bajingan itu tidak berada di dekatnya.Bobby tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan berkata pada Shella, "Coba ulurkan tanganmu."Shella mengedipkan matanya, tetapi dia tetap mengulurkan tangannya.Bobby meletakkan tangannya di atas tangan Shella dan menaruh sebuah kalung di telapak tangan Shella. Saat dia menarik kembali tangannya, Shella melihat kalung itu."Kenapa kamu memberiku kalung ini?" tanya Shella dengan terkejut."Semalam, saat aku menemani ibuku berbelanja di toko perhiasan, aku lihat kalung ini sangat cocok untukmu, jadi aku membelinya," kata Bobby dengan santai.Namun, Shella jelas-jelas tahu bahwa kalung ini bukan kalung biasa. Jika batu di kalung itu adalah berlian asli, harganya mungkin lebih dari miliaran!"Aku nggak bisa menerimanya," kata Shella. Shella merasa bahwa kalung in
Shella menatap Bobby dengan tatapan penuh terima kasih dan berkata, "Terima kasih, Bobby."Kali ini, dia tidak memanggil Bobby dengan panggilan "Pak Bobby", melainkan langsung memanggil nama Bobby.Keterkejutan melintas di tatapan Bobby. Dia pun berseru dengan suara rendah, "Mulai sekarang, kamu nggak boleh memanggilku Pak Bobby lagi! Panggil saja aku Bobby!""Biar aku traktir makan, ya!" Shella ingin berterima kasih pada Bobby.Jika gugatan ini memerlukan uang banyak, dia hanya bisa meminjam uang dari Bobby.Budi baik ini membuat Shella merasa sangat berterima kasih pada Bobby.Pada saat ini, ponselnya Shella berdering. Ada panggilan masuk dari ayahnya. Dia sebenarnya malas menghiraukan ayahnya, tetapi akhirnya dia tetap menerima panggilan ini."Halo, Ayah.""Shella, apakah kamu sedang sibuk? Ayah mau bicara denganmu," kata Simon dengan suara lembut."Ayah, kalau Ayah mau menyuruhku untuk menyerah, aku nggak akan melakukannya," kata Shella."Untuk apa kamu minta saham? Kamu juga nggak
Setelah mandi, Harvin kembali ke kamarnya. Dia menggendong Samuel dalam pelukannya dan menahan rasa lelahnya sambil membacakan cerita untuk putranya ini.Sambil mendengar cerita ini, Samuel terlelap dalam pelukan Harvin. Wajah kecil yang imut itu membuat tatapan Harvin penuh akan kelembutan dan kesenangan.Malam ini.Di Kediaman Axia.Esther tidak bisa tidur. Dia duduk di ruang tamu di lantai dua dengan tatapan penuh kebencian. Sedangkan Simon keluar dari kamar untuk membujuknya."Tidurlah! Sudah malam, jangan duduk di sini lagi.""Bagaimana aku bisa tidur? Kata putri sulungmu, dia mau menuntutku ke pengadilan!" seru Esther dengan dingin."Shella hanya terlalu emosional," kata Simon."Dia sama sekali nggak menganggapku serius. Dia menyiram wajahku dengan air dengan sangat sombong dan rendahan!" Esther menggertakkan giginya dengan penuh amarah. Dia merasa sangat terhina."Aku minta maaf, ya," kata Simon sambil duduk."Kenapa malah kamu yang minta maaf? Dia harus minta maaf sendiri," kat
Dia bergegas menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin! Bagaimana mungkin anak seimut ini mirip dengan Harvin si iblis itu?"Kak, apakah ayahku mentraktirmu makan?" tanya Samuel."Hah? Ayahmu mengundangku, tapi akhir-akhir ini aku terlalu sibuk," kata Shella.Sebenarnya, dia merasa tidak nyaman untuk makan dengan orang lain, apalagi seorang pria lajang."Kalau begitu, saat kamu punya waktu luang, kamu harus berjanji pada ayahku agar dia bisa traktir makan!" kata Samuel dengan sungguh-sungguh sambil menatap Shella dengan matanya yang berkilau. Anak ini imut sekali."Baiklah," kata Shella.Dari dekorasi kamar di belakang, Shella bisa melihat bahwa Samuel tumbuh di keluarga yang sangat kaya. Sayangnya, dia adalah anak dari keluarga orang tua tunggal.Tentu saja, Samuel memiliki kepribadian yang ceria dan sering tertawa, tidak seperti orang yang kekurangan kasih sayang. Shella yakin ayahnya Samuel pasti memberi anak ini cukup kasih sayang.Pada saat ini, ponselnya Shella berdering. Dia meliha
[Sama-sama.]Shella tiba-tiba menyadari bahwa dia bercerita terlalu panjang pada pria itu. Apakah dia mengganggu pria itu?[Aku nggak mengganggumu, 'kan?] tanya Shella.Pria itu langsung menjawab: [Nggak.]Shella berpikir sejenak apakah dia masih harus membalas pesan itu atau tidak. Namun, untuk sekarang, dia tidak tahu apa yang harus dia katakan.[Aku sudah harus pergi menjemput putraku. Mari kita mengobrol lagi lain kali.] Pria itu mengirimkan satu pesan lagi.Shella bergegas membalas pesan itu: [Baik. Hati-hati di jalan.]Pria itu tidak lagi membalas pesan tersebut. Shella pun membuang napas dengan pelan. Dia membaca kembali ucapan pria itu untuk menghibur dirinya. Ucapan pria itu benar, Shella hanya perlu menjalani hidupnya sendiri dengan baik.Jika dia tidak bisa pulang lagi ke keluarga itu, dia tidak perlu pulang!Selama lima tahun terakhir, dia juga hidup sendiri dengan sangat baik.Sebuah mobil Rolls-Royce berwarna hitam melaju keluar dari garasi bawah tanah Grup Surrey. Di baw
Simon berdiri dengan sedikit penyesalan dan berkata, "Shella .... Ayah juga punya kesulitan Ayah sendiri."Shella hanya menatap Simon dengan tatapan penuh kebencian. Dia tidak ingin mengetahui kesulitan ayahnya. Karena kekejaman ayahnya, dia menyerahkan dirinya pada Harvin dan menebus dosa ibunya layaknya seorang budak.Simon membuang napas. Dia selalu mengira bahwa putri sulungnya sangat lemah. Sekarang, dia baru melihat ketegaran hati putrinya."Shella, Ayah nggak layak untukmu, aku juga merasa sangat bersalah," kata Simon."Jadi, sekarang, aku mau Esther mengembalikan saham Ibu padaku. Tolong sampaikan pada istrimu bahwa aku nggak akan menyerah," kata Shella.Seusai berbicara, Shella mengambil tasnya dan pergi."Shella." Simon memanggilnya dari belakang.Namun, Shella tidak menoleh. Sikap ayahnya sangat mengecewakannya.Oleh karena itu, dia tidak mengharapkan bantuan ayahnya dalam hal apa pun dan hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri.Saat Shella berjalan keluar, cahaya matahari d
Mengapa Esther bisa mengambil perusahaan ibunya seolah itu hal yang sudah semestinya, tetapi ayahnya malah sama sekali tidak memberitahunya hal ini?Hal ini tidak adil bagi dia dan ibunya. Masalah ini bukan lagi terfokus pada uang, melainkan pada hubungan ayah dan anak yang tidak kuat.Jika ayah kandungnya saja tidak memberinya keadilan, siapa lagi yang bisa dia percaya di dunia ini?Pada pukul 2.30 siang.Shella pergi ke perusahaan ayahnya. Selain sebuah bangunan kantor dengan empat tingkat, ada gudang dan pabrik besar di sebelahnya. Shella jarang sekali datang ke tempat ini. Selama beberapa tahun terakhir, hubungan Shella dan ayahnya sudah menjauh karena Esther.Terlebih lagi, dulu, setelah Shella dijebak oleh Esther dan Ilona sehingga dia hampir dilecehkan, saat dia pulang ke rumah, dia malah disalahkan oleh ibu dan anak itu. Jika ayahnya tidak menamparnya, dia tidak akan pergi dari rumah dan terjebak dalam rencana Harvin, apalagi bisa menikahi Harvin dengan mudah. Satu tahun sepert
Mengingat bahwa wanita itu sedang mengemudi, Harvin tidak lagi mengganggunya.Sedangkan Shella pulang ke apartemen. Dia melihat sebuah permintaan pertemanan di WhatsApp yang berasal dari ayahnya Samuel.Saat Shella duduk di sofa, dia tiba-tiba merasa sangat marah. Atas dasar apa Harvin menggantikannya untuk memberikan kompensasi untuk pria itu? Shella merasa sangat sengsara karena dia berutang budi pada Harvin.Jika ada kesempatan, dia pasti akan melemparkan segepok uang di wajah pria itu dan memberi tahu pria itu bahwa dia tidak ingin berutang budi pada pria itu seumur hidupnya.Benar. Ke depannya, itulah yang harus dia lakukan untuk meredakan kebencian yang dia rasakan hari ini.Di kantor presiden direktur KS Int. Perfumery, Esther sudah berjalan bolak-balik lumayan lama. Ekspresinya masam, dengan tatapan penuh perhitungan.Bagaimana mungkin dia akan membagikan separuh dari saham perusahaan yang sudah dia kelola sendiri selama bertahun-tahun pada Shella?Meskipun selama bertahun-tahu