"Astaghfirullah!" Saking terkejutnya, tubuh Sapri sampai terpelanting saat ia tahu apa isi bungkusan misterius itu. Seluruh tubuhnya mendadak gemetar, jantungnya pun kembali berdebar kencang, keringat dingin kini sudah membasahi seluruh kemeja yang ia kenakan. "P-pak Ustadz isinya pocong!" Ucapnya.
Mendengar hal itu, Ustadz Syafi segera mengambil alih bungkusan tersebut. Beliau membacakan Ayat-ayat Suci Al-Quran terlebih dahulu untuk menetralkan kekuatan gaibnya sebelum akhirnya memebuka isi dari bungkusan tersebut. Sebuah buntalan kain putih lusuh yang diikat sedemikan rupa, hingga menyerupai sebuah pocong yang berukuran mini. Dengan dua kalimat Syahadat, beliau mulai membuka tali pengikat kain tersebut.
Semua orang tersetak ketika melihat isi buntalan itu ternyata adalah potongan tulang yang berisikan paku yang sudah berkarat di dalamnya. Ustadz Syafi langsung meletakkan benda tersebut di atas tumpukan garam yang ia bawa.
"Benda ini digunakan untuk
Suasana malam di rumah itu kian terasa mencekam. Sapri serta Amin pun hanya bisa merutuki nasibnya. Berharap malam jaga mereka berjalan dengan aman tanpa ganggun, justru sekarang mereka malah harus berurusan dengan mahluk gaib secara langsung."Aku Nyi Dewi, Hihihihihi..."Semua orang mendadak menegang, bulu kuduk mereka pun tiba-tiba meremang saat mendengar suara cekikikan dari Bagas. Melihat Bagas yang mulai lengah, membuat Sapri dan Amin memanfaatkan peluang untuk kabur. Dengan kedua kaki yang terseok-seok, mereka berlari menjau dari Bagas. Mereka pun menjadikan tubuh ustadz Syafi sebagai tameng dan bergabung dengan Andira dan juga Leni."Apa maumu?" Tanya ustadz Syafi."Aku menginginkan tubuh anak ini!" Ucapnya."Jangan mimpi! Kamu itu iblis dan tempatmu bukan di sini." Sanggah ustadz Syafi yang menatap tajam ke arah tubuh Bagas yang masih menggeliat dan meliuk-liuk layaknya seekor ular."Dasar manusia angkuh!" Amarah n
Pagi harinya, suana Desa Cempaka mendadak ramai. Para warga dikejutkan dengan kematian salah satu warganya. Saat matahari mulai meninggi di atas kepala, para warga berbondong-bondong mendatangi rumah salah satu warga di sana. Tenda sudah berdiri tegak di halaman rumah, begitu pun dengan bendera kuning yang melambangkan rumah duka juga sudah berkibar sejak subuh tadi."Gak nyangka ya, beliau bisa meninggal secepat ini." Ucap salah satu warga yang baru saja pulang melayat."Kabarnya yang aku dengar, beliau itu meninggal saat nolongin si Bagas. Putranya Bu Leni." Timpal warga yang lain."Eh, ibu-ibu tahu tidak. Ternyata selama ini si Bagas itu ketempelan jin loh dan karena jin itu juga nyawa Ustadz Syafi harus melayang karena menolongnya semalam." Imbuh yang lainnya.Leni yang ternyata berada tidah jauh dari mereka tertegun. Dia terkejut saat tidak sengaja mendengar percakapan para tetangganya. Masalah yang awalnya ingin ia tutupi dari tent
Entah kenapa perasan Andira mendadak gelisah, hatinya pun seolah tidak tenang. Dia langsung menoleh ke arah suaminya, bermaksud untuk membangunkannya. Namun tiba-tiba ia tersentak, kedua matanya pun terbelalak saat melihat apa yang terjadi pada suaminya. Bagas mendadak terbangun dengan kedua mata yang langsung melotot, kedua tangannya juga bergerak kemayu kengikuti alunan musik tembang jawa yang terdengar serta garis bibirnya pun sedikit terangkat, namun terlihat menakutkan. Hawa dingin tiba-tiba menusuk pori-pori kulit Andira, detak jantungnya pun seketika berdebar kencang, keringat dingin juga mulai bercucuran membasahi keningnya. Seketika rasa panik dan juga takut berbaur menjadi satu hingga Andira pun langsung berlari keluar kamar dan berteriak memanggil ibu mertuanya. Namun tidak hanya mertuanya, Ema dan Deni kakak iparnya pun malah ikut terbangun karena suara teriakannya. Mereka akhirnya segera berlari menghampiri bagas di dalam kamar setela
"Pergi! Pergi!" Teriak Andira seketika. Tubuhnya mendadak luruh di atas lantai sembari histeris ketakutan."Sayang ini aku, suamimu!" Ucap Bagas. Kedua tangannya terulur untuk merengkuh tubuh istrinya, namun Andira justru menepis dan menghindarinya."Pergi! Jangan dekati aku!" Teriak Andira sembari berlari ke luar kamar."Sayang, kamu mau ke mana?" Teriak Bagas. Rasa khawatir tiba-tiba muncul dalam hatinya. Rasa sakit di sekujur tubuhnya seketika ia lupakan. Bagas langsung berlari menyusul kepergian istrinya yang kemudian diikuti oleh ibu dan saudaranya."Pergi! Pergi!""Dira, cepat buka pintunya!" Tidak hanya Bagas, Leni pun turut khawatir saat mendengar teriakan Andira dari dalam kamar tamu. Apa lagi suaranya terdengar seperti orang yang sedang ketakutan.Sementara di dalam kamar, Andira tengah bersembunyi ketakutan. Dia meringkuk di balik sisi ranjang semabari memeluk kedua lututnya yang gemetar. Sesekali dia menya
"Dira.""Andira."Sayup-sayup telinga Andira mendengar seseorang memanggil namanya. Perlahan Andira pun mulai membuka kedua matanya yang masih terasa amat berat. Beberapa saat kemudian kedua matanya mengerjap, menyesuaikan dengan cahaya sekitar yang masuk dan menyilaukan matanya."Alhamdulillah, kamu sudah sadar sayang. Kamu gak papa kan?" Bagas langsung merengkuh tubuh Andira dan mendekapnya dengan sangat erat. Beberapa kali ia juga mendaratkan kecupannya di kening sang istri."Apa yang terjadi?" Tanya Andira yang kemudian mengurai pelukannya. Dia heran saat mendapati dirinya sudah berada di dalam kamar, bersama suami dan juga keluarganya yang lain. "Aahh." Dia meringis seketika saat kepalanya terasa berdenyut."Kamu gak ingat? Semalam itu kamu hampir tenggelam di kamar mandi." Terang Leni yang langsung menyela.Andira terkejut." Semalam?" Gumamnya, kedua matanya seketika terbelalak saat menyadari matahari sudah meninggi d
Andira terperanjat, tubuhnya luruh dan tergeletak di lantai. Apa yang ia lihat membuat kedua kakinya terasa tak bertulang hingga tak mampu untuk menahan beban tubuhnya."Ada apa?" Bagas segera mendekati istrinya. Kepalanya pun menjulur masuk ke dalam kamar mandi untuk melihat apa yang istrinya lihat. Bagas pun tersentak saat tahu apa yang ia lihat. Bak mandi yang biasanya terisi dengan air bersih, kini berubah menjadi merah pekat. Seekor kucing juga nampak mengambang di atasnya, perutnya terkoyak, ususnya pun terurai keluar dari tubuhnya. Melihat hal itu Bagas segera membawa istri serta ibunya keluar, begitu juga dengan Deni yang langsung memapah istrinya keluar kamar. Kemudian mereka segera membersihkan kekacauan itu, keduanya juga memeriksa seluruh pintu dan jendela rumah."Apa kamu yakin ini perbuatan seseorang?" tanya Deni mengerutkan keningnya."Entahlah Kak, Kakak lihat sendiri kan semua pintu dan jendela masih tertutup rapat. Jika ada oran
Kaca jendela tiba-tiba pecah, angin mendadak berhebus menyapu seluruh kamar. Tubuh Leni seketika terpaku di tempat, ketika hembusan berat mendadak menerpa tengkuk belakangnya. Leni langsung menoleh, tapi ia tidak menemukan apa pun di sana."Mati! Mati! Mati!" suara seseorang tiba-tiba menggema di seluruh kamar. Tubuh Leni seketika gemetar, jantungnya juga berdebar semakin kencang ketika lampu di kamar mendadak mati."S-siapa kamu?" teriak Leni dengan suara gemetarnya. Tubuhnya semakin meringsut menjauh dari jendela ketika bayangan seseorang tiba-tiba muncul bersamaan dengan tiupan angin yang semakin kencang.Leni pun langsung bergegas menuju pintu ketika bayangan itu semakin mendekat ke arahnya. Namun kakinya tiba-tiba tersandung hingga ia jatuh tersungkur ke lantai."Hahaha... Kalian akan mati! Kalian harus mati!" serunya lagi.Leni semakin ketakutan, ia bahkan menyeret tubuhnya menjauh dari bayangan itu. Namun panik seketika melanda d
"Di antar Dion lagi?" tanya Bagas yang sudah menunggu kepulangan istrinya di depan pintu."Bukannya tadi sudah minta ijin?" jawab Andira sembari mencium punggung tangan suaminya. Ya, Andira tidak pernah melupakan statusnya sebagai seorang istri. Jadi saat Dion menawarkan tumpangan untuknya, Dira menghubungi suaminya terlebih dahulu untuk meminta ijin dan Bagas pun juga menyetujuinya."Kenapa dia jadi sering kebetulan lewat di kantormu?""Maksudnya?" Andira mengernyit menatap suaminya."Lupakan saja!" ketusnya lalu bergegas meninggalkan istrinya."Dia kenapa?" Andira kembali menautkan kedua alisnya, menatap kepergian sang suami."Dira, kamu sudah pulang?""Eh, iya Bu. Baru saja sampai." ucapnya pada sang ibu mertua."Ya sudah, sana bersih-bersih dulu, sholat lalu makan malam bersama. Setelah itu kita pergi menemui Pak Soleh." titah Leni yang kemudian di angguki oleh Andira.Andira