Share

5. Posesif

Author: Amie_C.T
last update Huling Na-update: 2021-12-02 08:28:50

"Halo sayang, apa kamu sudah siap?" Tanya Bagas di seberang telepon sana. Seperti biasa sejak Andira diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta 1 bulan yang lalu, Bagas selalu mengantar jemput Andira seperti halnya hari ini.

"Sudah sayang."

"Kalau begitu, buka pintunya. Aku sudah di depan." 

Andira segera mematikan panggilannya dan bergegas membuka pintu rumahnya. Benar saja, Bagas sudah berdiri dengan gagahnya di depan gerbang rumahnya. Kemeja putih yang Bagas kenakan, begitu pas melekat di tubuh kekarnya hingga membuat Andira terpana akan ketampanan dan kegagahan prianya itu. Andira segera mengunci pintu rumahnya terlebih dahulu, sebelum akhirnya dia berlari menemui Bagas.

"Hei, kamu kenapa sayang?" Bagas mencubit gemas hidung Andira, saat kekasihnya itu menatap dirinya tanpa berkedip sedikitpun. "Apa kamu baru sadar kalau kekasihmu ini sangat tampan?" Godanya. 

Andira mengerjapkan kedua matanya, ia baru tersadar saat Bagas menggodanya. "Ck." Andira berdecak tanpa mampu menjawabnya. Tapi tidak bisa di pungkiri, kalau kekasihnya itu memang selalu bisa membuatnya terpesona.

Bagas selalu saja gemas saat kekasihnya salah tingkah seperti ini, dia kembali mecubit kedua pipi chuby Andira yang sangat menggemaskan. 

"Iih, sakit tau." Andira mengerucutkan bibirnya sembari memegangi kedua pipinya yang memerah karena cubitan sang kekasih, sedangkan Bagas hanya terkekeh melihatnya. "Kenapa kamu selalu datang terlebih dahulu lalu baru menelponku? Bagaimana kalau aku belum siap?" Tanyanya. 

"Karena aku tidak ingin ratuku menunggu." Ucapnya sembari membelai rambut panjang Andira yang selalu tergerai indah. 

Andira tersipu. Perkataan kecil yang terlontar dari mulut Bagas, selalu saja membuat hatinya berbunga. Hal-hal sekecil apapun yang Bagas lakukan, pasti akan selalu saja membuatnya senang.

"Ayo berangkat, aku tidak ingin Bosmu nanti malah menghukummu karena kamu telat." Ucapnya yang kemudian diangguki oleh Andira. Bagas kembali menunjukkan perhatian kecilnya pada Andira, dengan telaten ia memakaikan helm di kepala Andira. Andira tersenyum senang saat mendapat perhatian kecil itu, namun tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang tengah memandang sinis ke arah mereka.

"Ck, tunggu saja. Kebahagiaan kalian tidak akan berlangsung lama." Sarkasnya. 

Sepeda motor sport model Honda All New CBR 150R warna merah itu, melaju membelah jalanan ibu kota yang pasti akan macet jika waktu mendekati jam kerja. Namun karena mereka memang selalu berangkat lebih awal, jadi kemacetan tidak akan terlalu parah. Setelah 30 menit perjalanan, kini motor mereka berhenti tepat di depan sebuah bangunan yang terbilang cukup besar dan dipenuhi dengan banyak pintu kaca. 

"Selamat pagi Andira."

Suara bariton seseorang mengalihkan perhatian Andira yang baru saja turun dari motor. "Eh.Selamat pagi Pak Kevin." Ya, dia adalah Kevin, atasan Andira saat ini. Andira membungkukkan tubuhnya, memberi hormat.

"Apa kamu berangkat dengan motor ini? Kamu tidak sayang dengan kulit putihmu? Kulitmu bisa gosong loh karena sengatan sinar matahari." Ucapnya, dia melirik ke arah Bagas dengan ekor matanya. 

"Bapak bisa saja. Lagi pula saya suka naik motor, apalagi dengan kekasih saya." Jawab Andira dengan senyum manisnya, dia tidak ingin jika Bagas salah paham dengan ucapan atasannya nanti. 

Kevin tak menjawab, dia pergi begitu saja saat tahu pria yang sedang mengantarkan sekretarisnya saat ini adalah kekasihnya sendiri.

"Apa dia bosmu sayang?" Tanya bagas dengan tangan melepas pengait helm yg dikenakan Andira.

Andira mengangguk, dia tersenyum saat melihat wajah masam Bagas. Meski kekasihnya tengah kesal, tapi Bagas tidak pernah sekalipun lupa untuk memberikan perhatian kecilnya untuk Andira.

"Hati-hati sayang, aku tidak ingin kamu tebar pesona pada bosmu." Titahnya posesif. 

"Kalau aku tebar pesona padamu, boleh tidak?" Tanyanya dengan menaik turunkan kedua alisnya dan tentu saja hal itu sukses membuat Bagas tertawa karena gemas. 

"Kalau itu harus sayang."  Bagas kembali mencubit gemas kedua pipi Andira yang sangat ia sukai. "Ingat, balas pesanku dan angkat teleponku segera." Titahnya lagi sebelum akhirnya Bagas pergi meninggalkan bangunan besar itu.

Andira tersenyum, entah kenapa dia sangat menyukai sikap posesif kekasihnya itu.

***

Matahari mulai meninggi, menyapukan sinarnya untuk menghangatkan bumi. "Kemana sih! Kenapa teleponku tidak di angakat." Keluh Bagas mondar mandir dengan ponselnya, padahal baru saja 2 jam lalu Andira memberinya kabar jika akan mengikuti rapat, tapi sekarang dia sudah seperti kebakaran jenggot.

"Sudahlah Bagas, pasti rapatnya belum selesai. Nanti kalau sudah beres, pasti dia akan menghubungi kamu." Timpal Dion salah satu temannya. Dia sudah jengah melihat Bagas yang sedari tadi mondar-mandir layaknya sebuah setrikaan. 

"Bener tuh, kamu baru di tinggal beberapa jam saja sudak kayak anak ayam kehilangan induknya." Timpal Angga temannya yang lain. 

"Lagian juga 2 munggu lagi kalian akan sah, jadi puas-puasin dah dekep tuh bini. hahaha." Imbuh Reno, yang justru malah meledeknya.

"Sialan!" Umpatnya kesal. Ia melempar pulpen ia pegang ke arah Reno, namun Reno berhasil menghindar dengan gelak tawanya yang masih menggema. Drrtt, getar ponsel mengalihkan perhatian Bagas. " Halo, sayang." Ucapnya setelah mengangkat panggilan yang ternyata dari Andira.

"....."

"Baiklah, jangan matikan teleponnya! Aku tidak ingin bos mesummu itu macam-macam denganmu." Suara menggelegar Bagas menarik perhatian teman-temannya.

"Ada apa?" Tanya Dion. 

"Bosnya ngajak sekalian makan siang bareng." Keluhnya dengan wajah yang cemberut.

"Tenang saja Bro, aku percaya kalau Andira setia sama kamu." Memang, di antara teman-teman Bagas yang lain hanya Dion-lah yang selalu bisa bersikap dewasa.

Bagas mengangguk, meski begitu dia masih enggan untuk mengakhiri panggilan teleponnya. Dia malah memasang hedset dan mendengarkan percakapan mereka sampai mereka selesai makan siang. 

***

Tit, tit. 

Bagas membunyikan klaksonnya saat melihat Andira masih bersama dengan Kevin, atasannya.

Andira membungkuk memberi hormat kepada Kevin lalu berlari menghampiri Bagas. Andira membulatkan kedua matanya saat tanpa aba-aba, Bagas malah menyambutnya dengan sebuah pelukan erat.

"Apa kamu merindukanku sayang." Tangan Bagas membelai lembut rambut panjang yang selalu Andira gerai. 

Andira baru tersadar kalau Kevin masih memperhatikan mereka dari pantulan kaca helm yang terletak di salah satu stir motor Bagas. Dia membalas pelukan Bagas lalu kemudian mengangguk untuk mengiyakan. Dia tahu kalau kekasihnya melakukan hal itu kerena Kevin. 

Perlahan Bagas melepas pelukannya, tangannya membelai wajah cantik Andira, menyelipkan helaian rambutnya yang tercecer karena angin. "Apa kamu menunggu lama?" Tanyanya kemudian. 

Andira menggeleng. "Tidak, aku yang terlalu awal pulang." 

Bagas tersenyum, perlahan dia mendekatkan wajahnya ke arah Andira. Merengkuh pinggang Andira dan semakin mengikis jarak di antara keduanya.

Jantung Andira seakan berpacu liar, saat menatap kedua manik mata milik Bagas. Tubuhnya memanas dan ototnya melemas saat jarak di antara keduanya hanya tinggal sejengkal.

"Praangg."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   6. Ijab qobul

    "Praangg." Sebuah suara menggangu momen intim antara Andira dan Bagas. Keduanya menoleh ke arah sumber suara dan ternyata itu ulah Kevin sang atasan yang sengaja melempar botol bekas soda. "Ingat, di jalan tidak boleh mesum!" Ucapnya, lalu dia masuk ke dalam mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan tinggi. Bagas tergelak saat melihat tingkah aneh atasan kekasihnya itu. "Hei, kenapa tertawa?" Tanya Andira menautkan kedua alisnya. "Tidak, tidak apa-apa. Aku heran kenapa dia kepo sekali dengan kita." Ucapnya yang masih di selingi dengan tawa. "Apa jangan-jangan, tadi kamu sengaja untuk mengerjai Pak Kevin ya?" Tanya Andira yang kemudian di angguki oleh Bagas. "Kenapa? Apa kamu ingin, sayang? Boleh aku melakukannya sekarang?" Tanyanya dengan nada menggoda. "Cih, kamu itu bicara apa. Ayo cepat pulang." Tangan Andira meraih helmnya namun Bagas menahannya. "Aku pakaikan." Dengan telaten Bagas kembali

    Huling Na-update : 2021-12-02
  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   7. Malam pertama (21+)

    Sinar rembulan mulai menyapu seluruh belahan bumi, menyinari rasa dingin karena angin malam yang menerjang bumi. Malam ini adalah malam pertama Andira memulai hidupnya sebagai seorang istri dari pria yang sudah 3 bulan berstatus sebagai kekasihnya. Maski hubungan mereka terbilang sebentar, tapi Bagas berhasil meyakinkan Andira dan mempersunting dirinya menjadi seorang istri. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Namun Bagas dan Andira masih enggan untuk terlelap, meski tubuh mereka benar-benar terasa lelah karena acara pernikahan tadi. Andira yang bisanya tidur seorang diri di kamarnya mendadak gugup dan gelisah, saat untuk pertama kalinya dia harus berbagi kamar dengan seorang pria. Detak jantungnya semakin berpacu seolah tengah lari maraton, tubuhnya pun kini berkeringat dingin. Sama halnya dengan Bagas. Tubuhnya juga berkeringat dingin, tapi bukan karena dia tidak terbiasa jika harus berbagi ranjang. Melainkan karena dia harus berperang dengan hasrat

    Huling Na-update : 2021-12-08
  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   8. Awal dari segalanya

    Cahaya terang yang menyelinap di sela-sela jendela kamar, tidak dihiraukan oleh sepasang insan yang sedang malakukan pemanasan pagi hari. Meski tidak dengan penyatuan tubuh, tapi mereka mampu menghasilkan desahan serta erangan kenikmatan di atas ranjang mereka yang masih berhiaskan bunga. Ya, karena melihat penderitaan sang suami yang terjaga semalaman karena hasrat yang tak bisa tersalurkan, akhirnya Andira membiarkan Bagas untuk mencumbu dan menikmati tubuhnya dan mau tidak mau Bagas juga harus menuntaskan hasratnya secara soloist. Setelah Bagas berhasil menuntaskan hasratnya, dia tertidur dengan sangat pulas. Sedangkan Andira, karena kini dia hanya tinggal berdua saja di rumah baru pemberian sang mertua, jadi dia harus menyelesaikan tugasnya di dapur untuk menyiapkan sarapan paginya bersama sang suami. Setelah semua selesai, Andira memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu lalu kemudian bersolek sebelum akhirnya ia membangunkan sang suami untuk sarapan be

    Huling Na-update : 2021-12-08
  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   9. Aku bukan suamimu!

    "S-siapa?" Tanya Andira dengan suara yang gemetar karena ketakutan. "Dira, ini kakak." Seketika, ada perasaan lega yang menyelimuti hati Andira saat mendengar suara yang sangat ia kenali. Dia bergegas melangkah ke arah pintu, lalu kamudian memutar gagang kunci untuk membuka pintu rumahya. Wuussh... Angin berhembus kencang bersamaan dengan terbukanya pintu rumah, menerjang tubuh Andira yang berdiri di ambang pintu. Dedaunan yang mengeringpun ikut terbawa angin, masuk hingga ke teras rumah. Andira mengedarkan pandangannya, mencari pemilik suara yang ia kira kenali namun hasilnya nihil. "Kak? Kak Ema di mana? Ini tidak lucu loh Kak." Hawa dingin mulai menerpa kulit Andira, menusuk hingga ke tulang dan membuat bulu kuduknya merinding.Tiba-tiba, sekelebat bayangan hitam melesat cepat di taman samping rumahnya. "S-siapa itu? K-kak Ema, apa itu dirimu?" Andira memberanikan diri untuk memeriksanya, pelan-pelan ia melangkah

    Huling Na-update : 2021-12-10
  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   10. Maaf

    Entah kemana perginya jiwa Bagas yang sesungguhnya dan siapa yang tengah bersemayam dalam jasadnya saat ini. Yang pasti, malam ini tubuh Bagas benar-benar brutal dan tidak bisa di kendalikan. Wanita yang sangat berarti dalam hidupnyapun kini terisak di bawah kungkungannya karena perlakuan buruknya. "Tidak sayang, jangan lakukan itu." Seru Andira di tengah-tengah isak tangisnya. Tubuhnya yang lemah tidak bisa menandingi kekuatan tubuh Bagas. Dia hanya bisa menangis dan mencoba untuk menyadarkan sang suami. "Aaaargh..." Andira berteriak saat tubuh Bagas kembali mengambil ancang-ancang untuk melukai dirinya. Bruugh. Tubuh Bagas terjungkal saat mendapat tendangan dari seseorang. Plakk, satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi kiri Bagas. "Bagas! Apa yang kamu lakukakan? Dia itu istri kamu!" Hardik Deni, sang kakar ipar. "Kakak?" Ya, Ema serta Deni sang suami yang baru saja datang, langsung berlari saat mendengar teriakan Andira dari dalam. Berunt

    Huling Na-update : 2021-12-10
  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   11. "Mereka" datang!

    Andira berlari dengan tangisnya yang sudah kembali pecah. Sesekali tangannya mengusap bulir-bulir bening yang mengalir membasahi kedua pipinya. Entah apa yang ada di dalam pikiran suaminya kali ini, Andira sama sekali tidak bisa memahaminya. "Dira sayang, kamu kenapa?" Leni yang baru saja turun dari mushollah bersama Deni dan juga Ema, terkejut saat berpapasan dengan Andira yang tengah berlari sambil menangis. "Aaaaarrrrgghh.." Tiba-tiba erangan panjang seseorang mengalihkan perhatian mereka. "Bagas." Leni memekik dan berlari ke arah sumber suara yang diikuti oleh Ema, Deni dan Andira di belakangnya. "Bagas, buka pintunya. Kamu kenapa?" Teriak Leni saat mendapati pintu kamarnya terkunci dari dalam. "Tidak, bawa Andira pergi dari sini Bu. Aku tidak ingin menyakitinya lagi. Aaarrrgh." Seru Bagas dari dalam kamar. "Apa maksudmu? Cepat buka pintunya." Leni yang tak mengerti, tetap berusaha membuka pintu kamar itu. "Mereka datang Bu, mereka

    Huling Na-update : 2021-12-11
  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   12. Siluman Macan Putih

    Suara berat itu terdengar menggema di dalam kamar Bagas dan membuat Leni, sang ibu terkejut. "Hah? K-kenapa suara Bagas terdengar berbeda?" "Itu bukan Nak Bagas Bu, itu suara mereka yang bersembunyi di dalam tubuhnya." Imbuh Ustadz Syafi. Deg, seketika rasa tak tenang menghantui hati Leni. "M-mereka? A-apa firasatku itu benar?" Leni berharap jika apa yang ada di pikirannya tidak benar-benar terjadi, namun harapannya sirna begitu saja kala sang Ustadz mengangukkan kepala tanda mengiyakan. "KALIAN PARA MANUSIA, SERAKAH! TIDAK PERNAH BERSYUKUR DENGAN APA YANG KALIAN MILIKI. ANAK INI MEMILIKI SUATU KEISTIMEWAAN. TAPI SAYANG, KARENA SIKAPNYA YANG SALAH, DIA BAHKAN MENANAMKAN KEDENGKIAN DI HATI SESEORANG, DAN ITU AKAN MENJADI CAMBUK DALAM BIDUK RUMAH TANGGANYA. HAHAHA.." "Tidak. Kami tidak percaya dengan kalian para jin! Terutama kau yang Siluman!" Tunjuk Ustadz Syafi ke arah Bagas. "A-apa, S-siluman?" Terkejut. Ya, tentu saja Andira s

    Huling Na-update : 2021-12-13
  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   13. Sentuhan panas

    Pyaarrr.Semua kaca jendela hancur berkeping-keping bersamaan dengan suara teriakan Bagas, bahkan semua orang histeris saat melihat tubuh bagas yang melayang ke atas. "AAAAAAARRRRRRRRGGGGHHH..." Bagas mengerang panjang, tubuhnya bahkan terlihat mengejang hingga kepalanya tertarik ke belakang. Kedua matanya yang memerah, melotot serta mulutnya pun menganga sangat lebar. Dia berteriak sangat keras, seolah mendorong sesuatu yang sangat besar yang akan keluar dari sana. Buugh, tubuh Bagas terhempas dengan sangat keras ke atas lantai, bersamaan dengan darah segar yang menyembur keluar dari mulutnya. "Sayang, kamu tidak apa-apa?" Andira berhambur memeluk tubuh Bagas yang terkulai lemas. Bahkan rasa paniknya tak terbendung kala melihat darah yang bercucuran dari mulut suaminya. "Buka matamu sayang." *** "Sepertinya ini akan sagat sulit." Seru seorang pria tua yang sedang duduk di sebuah kursi rotan di ruang tamunya. Kepalanya mang

    Huling Na-update : 2021-12-17

Pinakabagong kabanata

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   133. Akhir yang indah

    Cahaya merah mendadak muncul di atas mobil Bagas, sesosok ular besar yang berkepala manusia pun mendadak muncul dan membelit mobil mereka.Kretek, kretek.Mobil pun terdengar mulai meretak saat sosok ular besar itu melilitnya dengan sangat kuat. Andira pun semakin ketakutan sambil meremas jok mobilnya."Ashadualla ilahailallah, wa ashadu anna muhammadarrasulullah."Andira langsung menoleh saat mendengar suaminya mengucapkan syahadat. Namun tiba-tiba ia langsung terbelalak, ketika cahaya putih yang memancar dari tubuh Bagas perlahan semakin menebal dan semakin melebar."Aaaargh!" erangan mahluk-mahluk itu tiba-tiba menggema di telinga keduanya. Tubuh mahluk-mahluk itu seketika hancur menjadi asap, saat cahaya putih itu mulai menyentuh mereka.***Klotak,klotak.Mbah Kaji pun langsung menghentikan ritualnya saat suara lemparan batu, terdengar di atap rumahnya."Pak Kaji, keluar! Kami tidak ingin punya warga seorang dukun! Keluar! Kalau tidak, k

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   132. Pertarungan gaib

    Perlahan Andira mulai membuka kedua matanya ketika Ia baru saja sadar dari pingsannya. ia pun langsung meringis ketika pusing tersa di kepalanya. Beberapa saat kemudian kedua matanya pun langung terbelalak, saat mendapati dirinya dalam keadaan terikat di atas meja dan di kelilingi taburan bunga."Mmm... Mmm..."Andira pun berusaha meronta dan melepas ikatannya. Namun ikatannya sangat kuat, dia juga tidak bisa berteriak karena mulutnya tersumpal. Seketika Andira langsung menangis ketakutan, ketika puluhan mahluk menyeramkan tiba-tiba mengelilingi dirinya. Meski sebelumnya dia sudah terbiasa dengan mereka, entah kenapa kali ini dia merasa berbeda.Tubuhnya pun langsng gemetar ketika salah satu makluk meyeramkan itu tiba-tiba menjilati bagian perutya, seolah tak sabar akan menikmati makanan yang sangat lezat.Brak!Pintu ruangan tiba-tiba terbuka paksa, bersamaan dengan pintu yang terbuka, semua mahluk menyeramkan itu juga mendadak menghilang seketika. Bagas pu

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   131. Kabar menggejutkan

    "Mereka lagi bahas apa sih! lama amat." keluh Dion kesal. Ya, setelah ia memberikn alamat Andira pada Tari, entah kenapa perasaannya mendadak tidak tenang. Dan seharian ini pun, dia terus mengikuti kemana Tari pergi kalau-kalau dia sampai berbuat sesuatu yang nekat pada Andira.Hingga malam hari tiba, Tari pun akhirnya benar-benar menemui Andira. Namun ketika Dion menunggunya di sudut jalan tak jauh dari rumah Andira, Tari malah tak kunjung keluar dari rumah Andira. Dion pun semakin merasa gelisah, ingin rasanya ia langsung masuk ke sana dan langsung membawa Tari pergi dari sana. Namun semua itu tidak mungkin, karena Andira akan merasa curiga padanya.Hingga sekian lama Dion menunggu, mobil Tari tiba-tiba terlihat keluar dari rumah Andira. Ketika mobil itu melaju dan melewati dirinya, seketika itu juga Dion pun langsung tersentak, saat tanpa sengaja kedua matanya melihat Andira tak sadarkan diri di jok belakang mobil Tari.Dion pun langsung bergegas mengikuti mobil

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   130. Rencana Tari

    Pagi harinya, Tari tiba-tiba memanggil Dion ke ruangannya dan Dion pun dengan sangat terpaksa menurutinya. Dengan langkah kaki yang berat, ia mengikuti langkah kaki Tari yang sedang menuju ruang kerja pribadinya."Duduklah." titah Tari."Tidak perlu basa-basi, cepat katakan apa maumu?" Ketus Dion dengan nada kesalnya.Tari langsung menghentikan langkahnya. "Tolong jaga sikapmu! Ini kantor, jadi hargai aku sebagai atasanmu." ucap Tari yang langsung menatap tajam ke arah Dion.Seketika, Dion pun langsung terbungkam. Meski sebenarnya di dalam hatinya ia masih menggerutu kesal pada wanita yang sedang berada di hadapannya saat ini.Tari mengambil nafas dalam, lalu kemudian ia mendudukkan bokongnya di atas kursi kebesaranya. "Aku ingin tahu tempat tingga Andira yang baru." ucapnya kemudian.Seketika, Diaon langsung mendongak lalu ia menatap tajam ke arah Tari. "Aku tidak tahu!" ketusnya seketika."Hahaha..." Tari pun langsung tergelak, lalu kemudian wajahn

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   129. Nyawa, dibalas dengan nyawa!

    Seketika, penglihatan itu langsung menghilang dan membawa Bagas kembali ke tempat semula."Yang lalu, biarlah berlalu Nak. Sekarang, waktunya untuk kamu memperbaiki segalanya." Bagas langsung menoleh, dan menatap kakek buyutnya. Ia pun bertanya-tanya, apa maksud dari memperbaiki segalanya. "Maksudnya apa Kek? tanyanya kemudian."Kemarilah Nak." sang kakek melambaikan tangan, menandakan agar Bagas semakin mendekat padanya.Bagas pun menurut dan perlahan mulai mendekati kakeknya. Tiba-tiba, tangan kanan sang kakek terangat dan langsung menyentuh pucuk kepalanya. Dan seketika, pucuk kepalanya pun langsung terasa sejuk, di mana semakin lama rasa sejuk itu semakin menjalar ke seluruh tubuhnya. "Aku titipkan ilmuku padamu, jaga baik-baik dan gunakanlah untuk membatu sesama." titah sang kakek yang kemudian melepaskan tangannya dari pucuk kepala bagas. "Sekarang, bersiaplah. Sesuatu yang besar akan segera terjadi. Segera bersihkan tubuhmu dan langsung ambil w

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   128. Penglihatan

    Malam harinya, Bagas pun bisa bernafas lega saat ia bisa melaksanakan kembali, ibadah yang selama ini dia tinggalkan. Meski di bagian dadanya masih terasa sedikit nyeri dan punggungnya pun juga masih terasa sangat berat, tapi setidaknya ia masih bisa menahannya dan melakukan ibadahnya sampai selesai.Tinggal seorang diri seperti ini, membuat Bagas merasa kesepian. Ia rindu gelak tawa wanita yang selama ini sabar mengahadapinya. Ia rindu semua ocehan yang keluar dari bibir manisnya. Rindu saat dia berteriak kesal, saat ia terus saja mengusili dirinya. Bagas pun tersenyum saat mengingat semua itu.Setelah melaksanakan sholat isya', Bagas hanya menghabiskan waktunya dengan berdzikir dan mengaji. Semenjak ia membuang barang-barang pemberian dari pak Soleh, tidak ada lagi mahluk gaib yang menggangu atau pun menampakkan dirinyanya.Bagas kini bisa melakukan aktifitasnya seperti sedia kala. Hingga jam di dinding kamarnya menunjukkan pukul dua belas malam, Bagas pun mulai m

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   127. Rencana dua

    "Kurang ajar! Bagas berhasil mematahkan mantra pengunci kita." pak Soleh langsung emosi saat dia sadar, semua benda-benda pemberiannya telah Bagas buang."Bagaimana mungkin, dia sampai tahu? Bukannya selama ini, kita sudah behasil memanipulasi pikiran dia?" ucap Tari yang juga ikut kesal. Keduanya kini duduk bersila, di ruangan khusus yang biasa pak Soleh gunakan untuk melakukan ritualnya. "Dia bukan pria sembarangan!"Suara seseorang tiba-tiba terdengar dari arah pintu. Keduanya pun lantas menoleh dan mendapati seseorang yang mereka kenal, sudah bediri di sana."Akang?" pak Soleh langsung beranjak dari duduknya dan menyambut kedatangan saudara tertuanya itu."Sepertinya kita salah orang untuk saling mengadu ilmu." ucap mbah Kaji yang kemudian ikut bersila dan bergabung dengan mereka. "Dia bukan keturunan orang biasa. Leluhurnya yang dulu, kini datang untuk mewariskan semua ilmunya." jelas mbah Kaji lagi."Leluhurnya?" tanya pak Soleh yang langsung meng

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   126. Pembersihan

    Amin yang merasa dipanggil namanya, langsung berhenti seketika. Ia lalu menoleh dan langsung menunduk saat Bagas trlihat menghampirinya."Bang Amin, kenapa?" tanya Bagas terheran."Maaf, tadi saya hanya pergi memancing saja. Ini sudah mau pulang."ucap Amin dengan gugup. Ia kemudian langsung berbalik dan hendak pergi dari sana. Namun tiba-tiba, langkahnya langsung terhenti saat Bagas menahan bahunya."Ampun Pak, saya nggak ngapa-ngapain kok." ucap Amin lagi dengan tubuhnya yang sudah gemetar."Bang Amin kenapa sih! Aku kan hanya ingin minta tolong." balas Bagas.Seketika Amin langsung menoleh, ia juga langsung menelisik dan menatap Bagas dari atas sampai ujung kaki. "Ini beneran Pak Bagas, 'kan?" tanyanya kemudian."Bang Amin ini ngomong apa sih! Masak iya, aku hantu." ucap Bagas lagi."Alahmudillah Pak, ini beneran bapak?" Amin langsung berhambur dan memeluk Bagas. "Bang Amin jadi bantuin saya, nggak?" tanya Bagas lagi."Eh. Jadi Pak, jadi."

  • Setan-Setan yang Merasuki Tubuh Suamiku   125. Antara senang atau harus bersedih

    Setelah Andira resmi bercerai dengan suaminya, kehidupan Andira kembali berjalan seperti biasanya. Dia juga sudah kembali bekerja dengan Kevin. Meski ia masih kerap mengalami gangguan-gangguan mistis di rumahnya, namun entah kenapa ia menjadi tak takut lagi. Mereka pun juga tidak pernah menyakitinya lagi. Kini Andira pun menjadi lebih sering merasakan hal-hal gaib di sekitarnya. Meski begitu, saat ia mengabaikan dan pura-pura tidak melihatnya, sosok yang tiba-tiba menampakkan diri padanya, langsung menghilang begitu saja. Seperti saat ini pun saat ia tengah makan siang bersama Kevin, sosok wanita yang memiliki lidah panjang, tiba-tiba menampakkan diri di atas meja makannya. Sosok yang berwajah runcing dengan kedua mata dan telinga yang lebar itu terlihat menganga, air liurnya pun jadi menetes dan mengalir ke piring makanan yang tersaji di hadapannya. Seketika Andira pun langsung merasa mual. Ia juga langsung menutupi mulutnya saat sesuatu terasa mengaduk-aduk isi lamb

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status