"Bukan Bapak yang salah, tapi istri Bapak yang terlalu manja," ucap Anita."Aku sudah bilang bukan Kanaya yang minta di temani, tapi aku yang ingin menemaninya!" ucap Salman dengan nada penekanan.Anita menjadi takut saat Salman sudah bersikap seperti itu, ia memilih diam dan menunduk. Melihat sekertaris nya diam, Salman pun meminta wanita itu segera melanjutkan pekerjaannya, tak ingin hal semacam itu kembali terjadi hingga ia kehilangan klien penting."Sepertinya aku harus mempertimbangkan lagi, semakin kesini kerjamu tidak bisa diandalkan," ucap Salman."Saya minta maaf, Pak. Saya akan memperbaiki semuanya," ucap Anita."Jangan cuma bicara, tapi buktikan. Masih banyak orang yang kompeten dan mau bekerja menggantikan posisimu!" ucap Salman.Anita mengangguk dan keluar dari ruangan Salman, sesampainya di depan meja kerja ia meluapkan kekesalannya dengan memukul-mukul meja kerjanya."Semua karena kehadiran perempuan itu!" ucap Anita.Hari berganti sore, Salman pun pulang di sambut oleh
Malam itu Salman tidak bisa tertidur pulas, ia teringat dengan kata-kata Kanaya jika waktu untuk perempuan itu hanya tinggal sebentar lagi di rumah ini. Salman membuka mata dan memandangi wajah Kanaya yang sedang tertidur lelap."Apakah ini artinya aku takut kehilangan kamu, Nay?" gumam Salman dalam hati.Waktu terasa begitu cepat berlalu, Salman tidak menyangka jika ia bisa merasa nyaman saat hidup bersama dengan Kanaya yang ia anggap masih bau kencur. Nyatanya istri kecilnya itu mampu mengurus anaknya dengan baik bahkan Syafana terlihat sangat jauh lebih bahagia semenjak kehadiran Kanaya. Hidup Salman pun lebih terurus daripada sebelumnya, Kanaya tidak pernah lupa membuatkan sarapan dan juga bekal makan siang untuknya.Lama Salman memandang wajah Kanaya hingga akhirnya ia pun tertidur lelap seraya memeluk Kanaya dari samping.Pagi harinya Kanaya bangun dan melepaskan pelukan Salman, ia masih menunaikan salat dan mengaji seperti biasa meskipun kehamilannya sudah semakin membesar."J
"Sepertinya Aslan harus ikut terlibat dalam hal ini," ucap Saida."Maksudnya?" tanya Kanaya."Kalau diingat-ingat dulu Salman pernah marah saat tahu asal dekat dengan kamu, mungkin sekarang sudah waktunya Aslan kembali mendekati kamu biar tahu gimana reaksinya Salman," ucap Saida."Lalu bagaimana dengan perasaan Aslan, Kak?" tanya Kanaya."Hah ... Iya juga ya! Ya udah deh Nanti Kakak pikirin lagi gimana caranya biar Salman mengakui kalau dia cinta sama kamu," ucap Saida.Kanaya menghela nafas dan menggelengkan kepalanya, ia tidak yakin jika Salman sudah mencintainya. Lelaki itu masih saja dingin dan tidak peka terhadapnya meskipun tidak terlalu kasar seperti dulu. Asyik berbelanja mereka tidak sadar jika menghabiskan waktu hampir setengah hari, Syafana pun begitu senang karena setelah belanja mereka juga memberi waktu Syafana bermain di Playground dan makan makanan yang ia suka.Selesai belanja ternyata banyak barang yang mereka beli sehingga kerepotan saat mau pulang. Saida pun mene
"Dengan siapapun aku menikah setelah bercerai darimu, harusnya tidak masalah, kan!" ucap Kanaya.Salman tidak menjawab ucapan Kanaya, ia pergi meninggalkan meja makan begitu saja dan kini duduk di balkon kamarnya menatap bintang yang bertebaran di langit."Ingat tujuan awalmu, menikah hanya untuk anak, Salman!" gumam Salman dalam hati.Biasanya ia tidur bersama Kanaya, tapi setelah mendengar ucapan Kanaya tadi ia jadi ingin tidur sendiri di kamarnya. Namun, sudah hampir tengah malam Salman tak kunjung terlelap. Kakinya melangkah keluar kamar dan akhirnya mendatangi kamar Kanaya.Setelah tidur bersama Kanaya, ia pun akhirnya terlelap hingga pagi menyapa. Saat adzan subuh Kanaya terbangun dan melepas pelukan Salman di pinggangnya, Salman merasakan gerakan itu dan menarik tubuh Kanaya semakin merapat padanya."Sudah subuh, Hubby," ucap Kanaya."Adikku bangun, bantu menidurkannya dulu," ucap Salman."Ih ... Kalau mau minta tuh malam dong," ucap Kanaya."Ya mau gimana lagi, dia bangunnya j
Saat Salman keluar dari ruangannya dengan tergesa-gesa, Anita menghampiri karena ingin memberikan laporan."Pak Salman mau kemana, ini saya ingin memberi laporan," ucap Anita."Simpan saja laporan itu, aku mau ke ruang sakit. Istriku melahirkan," ucap Salman setengah berlari meninggalkan Anita."Kanaya melahirkan? Itu artinya kontrak pernikahan mereka akan segera berakhir dan perempuan itu akan segera pergi dari hidup Pak Salman," gumam Anita sambil tersenyum.Salman mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit tempat biasa Kanaya kontrol kehamilan, ia sangat kesal ketika terjebak di lampu merah."Shit ... Kenapa lampunya berubah merah dan lama sekali berubah hijau!" ucap Salman seraya memukul stir mobil.Hanya beberapa menit menunggu lampu berubah hijau, tapi membuat Salman sangat kesal dan merasa sangat lama. Setelah lampu berhantu hijau, ia kembali tancap gas mempercepat laju kendaraanya tak peduli kendaraan lain merasa terganggu dengan tingkah ugal-ugalan.Sesam
"Tante cantik gak akan ninggalin aku dan adik bayi seperti mama, kan?" tanya Syafana.Semua orang menegang mendengar pertanyaan Syafana, tidak ada yang bisa menjawab termasuk Salman. Tiba-tiba seorang perawat datang dan membawa bayi Kanaya ke ruangan itu."Ibu, sudah waktunya menyusui bayi ya! Apa asinya sudah keluar?" tanya perawat."Gak tahu, Suster seperti belum," ucap Kanaya."Nanti saya bantu pijat biar keluar ya," ucap Perawat.Kanaya mengangguk, Saida meminta Salman dan Aslan keluar dari ruangan karena payudara Kanaya akan di pijat suster sebelum memberikan asi pada bayinya.Saat perawat membantu memijat payudara Kanaya, bayi laki-laki itu digendong oleh Saida dan Syafana begitu senang melihat bayi tersebut."Adik bayi lucu banget ya bude, wajahnya mirip banget sama papa," ucap Syafana."Iya Ana benar, ini pasti karena saat Kanaya hamil papa kamu nyebelin banget, bikin Kanaya kesal jadi bayinya mirip banget sama papa kamu," ucap Saida."Iya, papa kan emang nyebelin banget. Aku
"Tante cantik, Ayo kita pergi tinggalin papa bawa adik bayi juga, Ana nggak mau punya Papa jahat!" ucap Syafana seraya menggenggam tangan Kanaya."Ana nggak boleh ngomong gitu, Papa gak jahat kok," ucap Kanaya membujuk Syafana.Salman mendekat kearah Syafana dan berusaha meraih tangan anaknya itu, tetapi Syafana menepis dan menolak dekat dengan Salman."Ana, dengarkan Papa. Ini masalah orang dewasa, nanti kalau Ana sudah besar baru mengerti. Sekarang Ana pulang dengan bude Saida ya!" ucap Salman membujuk Syafana."Gak mau! Pokoknya aku mau sama Tante cantik di sini. Nanti kalau aku ikut bude Saida gak akan bisa ketemu Tante cantik lagi, kalau Tante cantik pergi nanti siapa yang bantu aku bikin pr, siapa yang bikinin bekal cantik untuk aku," ucap Syafana.Karena mendengar Salman memintakan Ayah untuk pergi, Syafana menjadi tantrum. Gadis kecil itu terus menangis tak ingin pulang, tak ingin pisah dari Kanaya. Hingga pihak rumah sakit ikut membujuk, tetapi tidak ada yang berhasil. Akhir
"Kamu yakin, Nay?" tanya Haris."Iya, Om. Karena Syafana gak mau aku tinggal, jadi aku di beri waktu satu bulan lagi. Aku akan gunakan waktu itu untuk memberikan lebih banyak kasih sayang dan perhatian untuk anak ini," ucap Kanaya."Aku yakin Hani juga tidak akan senang jika melihat cara Salman memperlakukan kamu," ucap Haris."Mau gimana lagi, mungkin ini memang sudah takdir aku. Seperti yang aku katakan, aku sudah terbiasa jadi aku tidak merasakan sakit lagi dengan perlakuan suamiku," ucap Kanaya.Haris dan istrinya pun mengangguk, mereka memberikan kado untuk bayi Kanaya. Haris dan istrinya tidak bisa melupakan kebaikan Arya semasa hidupnya, Jadi mereka juga tidak melupakan pesan dari Arya yang menitipkan Kanaya secara tidak langsung kepada mereka."Kasian banget kamu, Nay. Kamu yang hamil selama 9 bulan, kamu yang melahirkan dengan mempertaruhkan nyawa, tapi anak ini begitu lahir wajahnya malah fotokopian Salman," ucap Lina."Iya, Tante. Gak ada mirip-mirip nya sama aku ya," ucap