#Sepupu_dari_KampungBab 18Kucing dan tikus"Mama pulang dulu, ya?" Anya berpamitan kepada anak dan menantunya. Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu mampir di rumah anaknya setelah mengantar pulang Zian dari rumah sakit."Nggak makan malam sekalian di sini, Ma?" Riri berusaha mencegah. Tadi, Mertuanya sudah repot memasak untuk makan malam dia dan Suaminya."Nggak lah, Mama mau makan berdua sama Papa!" Bisik Anya dengan senyum menggoda. Bibir Riri mengembang. Mama Mertuanya udah tua tapi masih romantis. Nggak kayak anaknya,jutek."Wah ... Mama romantis sekali!" Netra Riri melebar, senang."Ya iya lah hahaha," perempuan itu tertawa sembari menyambar tasnya."Kamu dong yang romantis sama Zian. Suapin kek ..." Anya mengedipkan sebelah matanya pada Riri. Gadis itu tersenyum lebar. Sementara Zian menatap kedua perempuan di depannya dengan wajah ditekuk."Iya, Ma ..." Ucap Riri malu-malu.Anya menghampiri Zian kemudian mencium pipinya, setelah itu keluar diantar Riri.Duduk d
#Sepupu_dari_KampungBab 20Perempuan itu mencari SuamikuRiri, Dwi dan Tini saling berpandangan. Mereka membicarakan jualan online tapi lupa dengan pengantaran. Maklum lah semuanya amatiran."Pakai ojol aja, Non Riri ..." usulan bagus dari Dwi."Tapi aku belum punya aplikasinya ..." Ucap Riri. memang dia tidak punya aplikasi transportasi itu. Selama ikut di rumah Budhenya, Riri disuruh naik angkot kemana mana."Aku punya, Non!" Tini tersenyum lebar. Dia memang punya aplikasi ojol karena sudah lebih lama tinggal di Jakarta. Lagian dulu, Tini adalah bekas pembantu di rumah Bu Anya, Mertuanya Riri. Kalau disuruh kemana mana, Tini boleh pakai ojol."Oh ya, ntar pesenin pakai aplikasinya dulu ya, selanjutnya aku akan bikin sendiri."Ketiga orang itu kemudian mempersiapkan pesanan. Riri kepikiran untuk selanjutnya mendaftarkan bisnisnya dengan jasa pengantaran online. Tapi, lihat perkembangan dulu. Harapan Riri, semoga semuanya lancar."Aku berangkat dulu, ya?"Pamit Riri pada kedua ART ny
#Sepupu_dari_KampungBab 19Belajar jadi istri"Pijitin!" Titah Zian. Riri mengangguk meski terkantuk-kantuk. Gadis itu beranjak naik ke ranjang Zian, kemudian kedua tangannya diangkat bersiap memijat. "Tunggu, tunggu!" Zian melakukan gerakan menahan dengan tangannya. Matanya melebar seketika. "Bukan tangan gua yang dipijit!" Zian merubah posisinya dari tiduran menjadi setengah berbaring. Lelaki itu menyandarkan punggungnya. "Terus apanya, kan yang sakit tangan?" Ucap Riri datar, dia sudah mengantuk berat. "Kakinya!" Zian menunjuk. Riri menggeser ke bawah tubuhnya lalu mulai memijat. Beberapa kali gadis itu menguap. Dahi Zian sampai mengerut dalam melihatnya. Pijatan Riri dirasa semakin lemah. Zian melirik. Riri memijat dengan merem. "Dasar bini gelo!""Yang kenceng dong! Lemah banget sih?" Gerutu Zian. "Ngantuk ..." Sungut Riri. "Nggak bisa, Gua belum tidur,lo nggak boleh ngantuk!" Zian mendelik. Kembali Riri memijat kaki suaminya. Rasa kantuk menghajarnya. Riri tak kuat lag
#Sepupu_dari_KampungBab 21Sepi, nggak ada Istri"Aku pulang dulu, Mbak, mksh." Pamit Riri. Sampai rumah, Riri langsung ke kamarnya. Dia membaringkan tubuh di ranjang. Matanya menerawang menatap langit-langit. "Perempuan itu, ngapain ke kantor Suamiku, apa yang dia lakukan di sana?" Pertanyaan itu terus menganggu pikiran Riri. Dia tidak yakin mencintai Zian, tapi berpikir tentang suaminya berduaan dengan perempuan lain membuat darahnya memanas. "Aku hanya ingin menikah sekali saja dalam hidupku. Aku harus bisa mempertahankan rumah tangga ini ..." Riri mendesah. Menikah dengan Zian merubah hidup Riri. Paling tidak, pernikahan ini telah mengeluarkan Riri dari kedzaliman keluarga Pakdhenya. Meski dirinya tak yakin Zian punya perasaan dengannya, Riri bertekad untuk tetap mendampingi Zian. "Aku Istrinya, aku tak akan mundur. Cinta bisa tumbuh karena terbiasa." Riri mengambil guling dan memeluknya erat. "Aku tidak mau kembali ke rumah Pakdhe Pur lagi ..." Kepala Riri menggeleng. Bayan
#Sepupu_dari_KampungBab 22ResahSementara itu, di rumah Anya pesta telah usai. Jam menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Hujan lebat disertai petir, masih mengguyur. "Ma, kenapa Zian nggak ke sini!" Tanya Riri pada Mama Anya. Mama Mertuanya yang sedang duduk bersantai melepaskan penat bersama suami, malah menatap heran Riri. "Mama memang nggak ngundang Zian. Ini acara Emak-Emak sama Bapak-Bapak, Zian nggak bakal mau ikut." Anya dan Hendri menatap Riri yang gelisah. "Memang kamu nggak ngasih tahu suamimu kalau ada di sini?" Tanya Hendri curiga. "Eeh, udah, Pah," netra Riri membulat, berusaha menutupi kegugupannya. Riri berbohong. Semua karena omongan Zian yang memintanya tidak kepo urusan dia dan tidak usah saling melapor kegiatan masing-masing. Riri mengambil tempat duduk di sofa tunggal bergabung dengan Mertuanya. Dia duduk terdiam. "Kamu nginap sini kan, Ri? Kasihan itu si Mbak, baru selesai bersih-bersih, pasti capek," kata Anya sembari bersandar di dada Suaminya. "Be_lu
#Sepupu_dari_KampungBab 23Malam PertamaBibir Zian semakin dekat, dada lelaki muda itu berdesir hebat. Sesuatu bergolak dalam darahnya. Saat bibirnya menyentuh bibir Riri, Istrinya itu meleguh. "Uuhh"Alam bawah sadar Riri merespon. Kepala gadis itu bergerak dan berpindah ke posisi mengadah. Zian mundur dengan kaget. Wajahnya yang tampan berubah cemas. "Sialan! Apa dia terbangun?" Zian mengamati wajah istrinya. Riri masih terlelap bak Putri tidur. Wajah cantik alaminya memesona. Kelima jemari Zian bergerak di depan wajah Riri, memastikan gadis itu masih terlelap. "Jiah! Gedebog pisang, hehe," Zian tertawa kecil, menyadari Riri tidak terbangun sama sekali setelah aksinya tadi. Kembali Zian menatap wajah istrinya lama. Tangan Zian mengusap dahi Riri. Selimut yang sedikit tersingkap, dibuka sama Zian. Lelaki itu menelan ludah. Otaknya mesum. Wajarlah, Zian lelaki normal. Melihat lingerie Riri yang tersingkap di bagian bawah. Kaki jenjang mulus milik Riri membuat sesak celana dal
#Sepupu_dari_KampungBab 24Salah paham"Vivian, aku sengaja mengajakmu makan siang karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu," Zian menatap perempuan yang duduk di depannya lurus. "Apa sayang, tiap hari kan kita bicara. Atau kamu mau ngajak aku nonton fashion show di Milan gitu?" Vivian mengerling manja. Bibir Zian tersenyum tipis. Lelaki itu menggeleng. Hampir dua tahun dekat dengan Vivian, mereka memang sering bepergian jalan -jalan ke luar negeri bersama. Tak sekali pun Zian berbuat yang sekiranya membuat teman wanitanya merasa dilecehkan atau direndahkan. Bukan apa-apa, Zian memang tak ingin melakukan hal itu, bila belum menikahinya. Meski kelakuan Zian juga jauh dari baik, tapi untuk urusan ranjang, Zian pilah pilih. Dia hanya akan melakukannya jika sudah halal. "Vi, ini mungkin pertemuan kita yang terakhir. Aku tidak bisa lagi meneruskan hubungan ini."Vivian menatap Zian. Tak percaya apa yang barusan dia dengar. Zian tidak ingin bertemu dirinya lagi? Itu tidak mun
#Sepupu_dari_KampungBab 25Pernikahan Neni (Riri dihina)Hari sudah malam saat Riri pulang dari rumah Budhenya. Penat rasa badannya, menyiapkan semua hidangan untuk perhelatan besok. Hanya dia dan bik Siti saja yang mengerjakan. Memang sih, tidak ada pesta besar-besaran, cuma keluarga besar pengantin dan tetangga dekat saja. Budhe Sania bilang, tamunya di bawah seratus orang. Masak sendiri bisa. Untungnya, Riri dan Bik Siti cekatan tadi. "Bapak sudah pulang?" Tanya Riri pada Dwi pembantunya. "Sudah, Non," jawabnya.Berlari kecil, Riri menaiki tangga rumahnya dan memasuki kamar. Bau harum parfum Zian menembus penciuman Riri. Zian menoleh, dilihatnya Riri, Istrinya memasuki kamar. Zian barusan selesai berpakaian. Hari ini, malam ini dia ada janji bertemu dan makan malam dengan salah satu client. Meletakkan botol parfum, Zian lalu merapikan rambutnya yang panjang. Riri berjalan pelan memasuki kamar. "Pasti dia mau keluar menemui kekasihnya," pikir Riri tak senang. Duduk pelan di r