#Sepupu _dari_KampungBab 95000Malam itu, di keluarga Hendri Susilo sedang makan malam. Hendri, istrinya Anya dan putra tunggalnya Zian."Gimana tadi kamu meninjau proyek dengan Pak Anwar, Zi?" Hendri bertanya pada Zian yang sedari tadi diam. Biasanya anak itu cerewet menggoda Mamanya. Semenjak akan dinikahkan, Zian jadi rada pendiam. Mungkin dia tak suka."Bagus."jawab Zian singkat."Bagus gimana, ngerti nggak, kamu?" Kembali Hendri bertanya."Proyeknya lancar, nggak ada kendala. Kualitas bangunan juga bagus," tangan Zian mengambil paha ayam goreng lalu menggigitnya. Anya melirik."Mengerti kan kamu?""Kecik lah, Zian ini Sarjana Tehnik Sipil, Pah. Harusnya langsung jadi Direktur." Zian tertawa. Hendri tersenyum kecil. Biar pun bengal, Zian ini berhasil meraih gelar sarjananya. Hanya saja, sampai saat ini belum pernah mengamalkan ilmunya."Sudah, Pah, kita lihat hasilnya saja nanti." Anya berdiri, dan berjalan ke dapur."Kalau kamu sudah menikah nanti, Papa akan kasih kamu proyek.
#Sepupu _dari_KampungBab 10Masih ada anakDua hari dirawat di rumah sakit, Purwanto sudah diperbolehkan pulang. Dia hanya terkena serangan ringan. Tapi, Neni masih harus tinggal di rumah sakit. "Pah, kita harus segera menikahkan Neni dengan pacarnya itu, kalau tidak, dia nanti kabur!" Sania berbicara dengan emosi. Perempuan paruh baya itu masih syok dengan kenyataan yang menimpa anaknya. "Iya, Ma ... Kemaren, anak itu sudah menelepon orang tuanya di depanku. Mereka akan segera datang ke Jakarta untuk menikahkan anaknya dengan Neni.""Kita kecolongan, Pah!" Wajah Sania ditekuk. Sungguh dia sangat kecewa dengan Neni yang sudah membuat aib keluarga. "Sudah lah, Mah, mau bagaimana lagi? Yang penting, pihak lelaki mau bertanggung jawab. Papa malah kepikiran yang lain ...""Apa itu, Pah?""Tentang perjodohan Neni dengan Zian. Seperti yang diminta Bu Anya." Purwanto menarik nafas panjang. Sania membisu. Kehamilan Neni yang di luar nikah, seperti tamparan baginya. Anak yang dia banggakan
#Sepupu _dari_KampungBab 11Calon pengganti"Siapa, Pah?" Sania masih belum mengerti siapa yang dimaksud Suaminya sebagai 'anak' lain. Jelas saja, selama ini kan Sania tidak pernah menganggap Riri sebagai anaknya. Meskipun dia tahu, Riri adalah gadis yatim piatu. Bahkan, Sania tidak memperlakukan Riri sebagai keponakan. Sehari-hari, Riri dijadikan pembantu, demi menghemat pengeluaran. Kalau ada Riri, kenapa harus ada pembantu? Begitu prinsip Sania. Hendri dan Anya menatap Purwanto tak berkedip. Permainan apa lagi yang akan digelar Purwanto, begitu yang ada dalam benak kedua orang itu. Setahu Anya dan Hendri, anaknya Purwanto itu ya cuma dua. Sekarang dia halu mengatakan masih memiliki satu buah hati lagi. "Apa maksudmu, Pur?" Pak Hendri angkat bicara. Dia tipe orang yang tidak suka bertele-tele. Kalau sampai Purwanto mempermainkan dia, akan dia sita rumahnya saat ini juga. Pun Anya, perempuan cantik ini bergeming, seolah sedang menunggu kalimat berikutnya dari mulut Purwanto."R
#Sepupu _dari_KampungBab 12Balas budi"B_balas budi bagaimana, Budhe?" Riri berdiri mematung. Dadanya berdegup lebih cepat. Maksud Budhe Sania apa, Riri tidak tahu. Riri hanya takut diusir. Perasaan Riri bilang dia tidak pernah membuat kesalahan. "Duduk!" Titah Sania. Dengan ragu, Riri menempelkan sedikit bokongnya di bibir tempat tidur. Bersebelahan dengan Sania. "Berapa lama, kamu sudah tinggal di sini, Ri?""Enam bulan, Budhe ...""Enam bulan itu lama tahu! Bayangkan, berapa duit yang sudah aku keluarkan untuk biaya hidupmu tiap hari?""Makan sehari tiga kali, tidur gratis di kasur, odol, sabun, shampo, gratis semua! Hitung saja, berapa itu semua?""Iya, Budhe ..."Tenggorokan Riri rasanya tercekat. Suaranya parau menahan tangis. Tak menyangka, Budhe Sania akan mengungkit-ungkit semuanya. Bukan kah dulu dia ke sini yang ngajak Pakdhenya, untuk dicarikan kerjaan yang nyatanya zonk hingga kini."Aku tidak akan meminta ganti uang padamu, Ri, ... Meskipun itu kalau dihitung uang,
#Sepupu _dari_KampungBab 13Orang gila?"Benar kau akan menikah?"Zian terdiam menatap bibir tipis merah jambu perempuan di hadapannya. Entah dari mana Vivian tahu kalau dia akan menikah. Zian mengangguk. "Siapa perempuan itu?""Aku tidak tahu, Mama dan Papaku yang mencarikan jodoh untukku," Zian berucap pelan. "Kenapa kau tidak menolak?" Jemari lentik Vivian menyentuh pipi dan mengusap bibir Zian. Lelaki itu memundurkan kepalanya. Zian memang bengal, tapi dia bukan player. Sekian lama berhubungan dengan Vivian, Zian berhasil menjaga kehormatan gadis itu. Meski Vivian sering berlaku vulgar bila sedang berduaan. "Aku tidak bisa menolak atau membatalkan pernikahan ini, demi rasa hormatku pada orang tua. Tapi aku bisa mengakhirinya dengan cepat!" Zian tersenyum separo. Bibir Vivian melepas senyum. Kekasihnya ini cerdas juga. Sejatinya, Vivian ini tidak peduli Zian menikah atau tidak. Baginya yang penting Zian masih di sisinya dan selalu ada untuknya. Menjadi teman dekat Zian membuat
#Sepupu _dari_KampungBab 14Ratu SehariTing TongBel kamar berbunyi. Riri yang barusan mandi, menoleh. "Siapa yang datang?" Pikirnya. Dengan cepat, Riri memakai bajunya. Riri memilih setelan babydoll two piece berlengan dengan celana kulot. Hanya baju ini yang terlihat paling sopan modelnya. Gadis itu berjalan mendekat. Melalui lobang pengintai, Riri melihat dua perempuan berdiri di depan pintu kamar. Kening Riri berkerut, "siapa mereka, aku tidak mengenalnya."Drrrrrt drrrrrtBunyi ponsel Riri. Gegas perempuan berambut hitam lebat itu berlari mengambil. "Nomor siapa ini?" Tak ada nomor kontak itu di ponsel Riri."Hallo?" Sapa Riri. "Mbak Riri, tolong buka pintunya. Dua orang perempuan itu akan memberikan treatment buat Mbak." Suara laki-laki terdengar. "Treatment apa?" Riri tak mengerti. "Treatment calon pengantin. Dah bukain aja!" "Ini siapa?""Arman."Riri menutup sambungan telepon. Dua orang perempuan muda itu tersenyum pada Riri. "Hallo, mbak, apa kabar?" Tanya salah sat
#Sepupu_dari_KampungBab 15MenikahSedari pagi semuanya sudah sibuk. Perias manten dan para MUA yang disewa keluarga Zian sudah memenuhi kamar hotel dengan peralatan tempurnya. Ada banyak yang dirias rupanya. Dari pihak pengantin pria ada Tante, dan dua sepupu Zian yang kembar perempuan, Mama Zian juga. Usia sepupunya sekitar lima tahunan. Mereka lucu, badannya montok, bikin gemes.Pager ayu juga di make-up di sini. Ada tujuh orang remaja belia putri yang cantik-cantik. Tujuh orang menggambarkan para bidadari yang menjadi pengiring pengantin wanita. Nanti mereka ini ada pasangannya, yaitu tujuh orang pager bagus. Para lelaki muda pilihan dengan badan yang bagus, sixpack dan keren, mereka akan menjadi pengiring pengantin pria. Riri juga melihat ada Budhe Sania, Neni dan Rani yang sedang menunggu untuk di make-up. Mereka duduk di sofa, bersama banyak pager ayu yang juga mengantri.Akad nikah akan dilaksanakan nanti jam empat sore, dilanjutkan pesta di tempat yang sama (ballroom) sete
#Sepupu_dari_KampungBab 16Termakan sumpahDuduk berdua di pelaminan Riri dan Zian, diam tanpa cakap. Di sebelah kiri Zian duduk Mama dan Papanya dan sebelah kanan Riri duduk Pakdhe Pur dan istrinya Sania. "Mama sama Papa mau nemuin tamu undangan dulu ya?" Ucap Anya kepada Zian dan Riri. Pasangan pengantin itu mengangguk. Memang di pesta ini kebanyakan undangan adalah para relasi, staff, Manager, dan rekanan bisnis dari Hendri dan Anya. Khusus Anya, teman sosialita, teman arisan, teman gowes, pada datang semua. Orang-orang jetset itu tidak peduli siapa menantu Anya dan Hendri. Yang penting, mereka datang ke pesta, bersenang senang, dan kawan mereka Hendri dan Anya tetap kaya! Setelah serangkaian acara tadi, sekarang acara bebas yaitu menikmati makanan yang disediakan oleh catering ternama, dan menikmati hiburan musik dengan biduan artis yang sering masuk tivi. Riri melirik Zian yang tak acuh padanya. "Apakah dia juga tidak suka dijodohkan?" Benaknya bertanya. Kalau memang pikiran