#Sepupu _dari_KampungBab 13Orang gila?"Benar kau akan menikah?"Zian terdiam menatap bibir tipis merah jambu perempuan di hadapannya. Entah dari mana Vivian tahu kalau dia akan menikah. Zian mengangguk. "Siapa perempuan itu?""Aku tidak tahu, Mama dan Papaku yang mencarikan jodoh untukku," Zian berucap pelan. "Kenapa kau tidak menolak?" Jemari lentik Vivian menyentuh pipi dan mengusap bibir Zian. Lelaki itu memundurkan kepalanya. Zian memang bengal, tapi dia bukan player. Sekian lama berhubungan dengan Vivian, Zian berhasil menjaga kehormatan gadis itu. Meski Vivian sering berlaku vulgar bila sedang berduaan. "Aku tidak bisa menolak atau membatalkan pernikahan ini, demi rasa hormatku pada orang tua. Tapi aku bisa mengakhirinya dengan cepat!" Zian tersenyum separo. Bibir Vivian melepas senyum. Kekasihnya ini cerdas juga. Sejatinya, Vivian ini tidak peduli Zian menikah atau tidak. Baginya yang penting Zian masih di sisinya dan selalu ada untuknya. Menjadi teman dekat Zian membuat
#Sepupu _dari_KampungBab 14Ratu SehariTing TongBel kamar berbunyi. Riri yang barusan mandi, menoleh. "Siapa yang datang?" Pikirnya. Dengan cepat, Riri memakai bajunya. Riri memilih setelan babydoll two piece berlengan dengan celana kulot. Hanya baju ini yang terlihat paling sopan modelnya. Gadis itu berjalan mendekat. Melalui lobang pengintai, Riri melihat dua perempuan berdiri di depan pintu kamar. Kening Riri berkerut, "siapa mereka, aku tidak mengenalnya."Drrrrrt drrrrrtBunyi ponsel Riri. Gegas perempuan berambut hitam lebat itu berlari mengambil. "Nomor siapa ini?" Tak ada nomor kontak itu di ponsel Riri."Hallo?" Sapa Riri. "Mbak Riri, tolong buka pintunya. Dua orang perempuan itu akan memberikan treatment buat Mbak." Suara laki-laki terdengar. "Treatment apa?" Riri tak mengerti. "Treatment calon pengantin. Dah bukain aja!" "Ini siapa?""Arman."Riri menutup sambungan telepon. Dua orang perempuan muda itu tersenyum pada Riri. "Hallo, mbak, apa kabar?" Tanya salah sat
#Sepupu_dari_KampungBab 15MenikahSedari pagi semuanya sudah sibuk. Perias manten dan para MUA yang disewa keluarga Zian sudah memenuhi kamar hotel dengan peralatan tempurnya. Ada banyak yang dirias rupanya. Dari pihak pengantin pria ada Tante, dan dua sepupu Zian yang kembar perempuan, Mama Zian juga. Usia sepupunya sekitar lima tahunan. Mereka lucu, badannya montok, bikin gemes.Pager ayu juga di make-up di sini. Ada tujuh orang remaja belia putri yang cantik-cantik. Tujuh orang menggambarkan para bidadari yang menjadi pengiring pengantin wanita. Nanti mereka ini ada pasangannya, yaitu tujuh orang pager bagus. Para lelaki muda pilihan dengan badan yang bagus, sixpack dan keren, mereka akan menjadi pengiring pengantin pria. Riri juga melihat ada Budhe Sania, Neni dan Rani yang sedang menunggu untuk di make-up. Mereka duduk di sofa, bersama banyak pager ayu yang juga mengantri.Akad nikah akan dilaksanakan nanti jam empat sore, dilanjutkan pesta di tempat yang sama (ballroom) sete
#Sepupu_dari_KampungBab 16Termakan sumpahDuduk berdua di pelaminan Riri dan Zian, diam tanpa cakap. Di sebelah kiri Zian duduk Mama dan Papanya dan sebelah kanan Riri duduk Pakdhe Pur dan istrinya Sania. "Mama sama Papa mau nemuin tamu undangan dulu ya?" Ucap Anya kepada Zian dan Riri. Pasangan pengantin itu mengangguk. Memang di pesta ini kebanyakan undangan adalah para relasi, staff, Manager, dan rekanan bisnis dari Hendri dan Anya. Khusus Anya, teman sosialita, teman arisan, teman gowes, pada datang semua. Orang-orang jetset itu tidak peduli siapa menantu Anya dan Hendri. Yang penting, mereka datang ke pesta, bersenang senang, dan kawan mereka Hendri dan Anya tetap kaya! Setelah serangkaian acara tadi, sekarang acara bebas yaitu menikmati makanan yang disediakan oleh catering ternama, dan menikmati hiburan musik dengan biduan artis yang sering masuk tivi. Riri melirik Zian yang tak acuh padanya. "Apakah dia juga tidak suka dijodohkan?" Benaknya bertanya. Kalau memang pikiran
#Sepupu_dari_KampungBab 17Tidak saling kenalRiri dan Zian melewati pernikahan yang aneh. Mereka tidak saling bertegur sapa selama tiga hari. Seperti orang asing yang tidak saling mengenal. Zian menghabiskan waktunya untuk keluar di pagi sampai malam, kemudian pulang hanya untuk tidur saja. Riri pun demikian. Dia tidak berusaha untuk menyapa atau mencoba berbicara dengan Zian. Di samping takut, Riri juga malah merasa kebetulan. Sebenarnya Anya dan Hendri menyuruh Zian mengajak Riri berbulan madu ke Bali. Tapi Zian menolak dengan alasan mau cuti tiga hari saja. Proyek barunya butuh persiapan. Riri hanya menurut. Setiap hari, Riri hanya di rumah bersama kedua ART yaitu Tini dan Dwi. Tak bersedih hati dicuekin suami, Riri justru menghabiskan waktu dengan menekuni hobinya memasak. Dibantu dengan Tini dan Dwi, Riri mencoba berbagai resep masakan dari Google.Bila malam tiba, Riri tidur di sofa yang ada di dalam kamar. Zian tidak pernah menyuruhnya tidur di situ, ini inisiatif Riri sen
#Sepupu_dari_KampungBab 18Kucing dan tikus"Mama pulang dulu, ya?" Anya berpamitan kepada anak dan menantunya. Perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu mampir di rumah anaknya setelah mengantar pulang Zian dari rumah sakit."Nggak makan malam sekalian di sini, Ma?" Riri berusaha mencegah. Tadi, Mertuanya sudah repot memasak untuk makan malam dia dan Suaminya."Nggak lah, Mama mau makan berdua sama Papa!" Bisik Anya dengan senyum menggoda. Bibir Riri mengembang. Mama Mertuanya udah tua tapi masih romantis. Nggak kayak anaknya,jutek."Wah ... Mama romantis sekali!" Netra Riri melebar, senang."Ya iya lah hahaha," perempuan itu tertawa sembari menyambar tasnya."Kamu dong yang romantis sama Zian. Suapin kek ..." Anya mengedipkan sebelah matanya pada Riri. Gadis itu tersenyum lebar. Sementara Zian menatap kedua perempuan di depannya dengan wajah ditekuk."Iya, Ma ..." Ucap Riri malu-malu.Anya menghampiri Zian kemudian mencium pipinya, setelah itu keluar diantar Riri.Duduk d
#Sepupu_dari_KampungBab 20Perempuan itu mencari SuamikuRiri, Dwi dan Tini saling berpandangan. Mereka membicarakan jualan online tapi lupa dengan pengantaran. Maklum lah semuanya amatiran."Pakai ojol aja, Non Riri ..." usulan bagus dari Dwi."Tapi aku belum punya aplikasinya ..." Ucap Riri. memang dia tidak punya aplikasi transportasi itu. Selama ikut di rumah Budhenya, Riri disuruh naik angkot kemana mana."Aku punya, Non!" Tini tersenyum lebar. Dia memang punya aplikasi ojol karena sudah lebih lama tinggal di Jakarta. Lagian dulu, Tini adalah bekas pembantu di rumah Bu Anya, Mertuanya Riri. Kalau disuruh kemana mana, Tini boleh pakai ojol."Oh ya, ntar pesenin pakai aplikasinya dulu ya, selanjutnya aku akan bikin sendiri."Ketiga orang itu kemudian mempersiapkan pesanan. Riri kepikiran untuk selanjutnya mendaftarkan bisnisnya dengan jasa pengantaran online. Tapi, lihat perkembangan dulu. Harapan Riri, semoga semuanya lancar."Aku berangkat dulu, ya?"Pamit Riri pada kedua ART ny
#Sepupu_dari_KampungBab 19Belajar jadi istri"Pijitin!" Titah Zian. Riri mengangguk meski terkantuk-kantuk. Gadis itu beranjak naik ke ranjang Zian, kemudian kedua tangannya diangkat bersiap memijat. "Tunggu, tunggu!" Zian melakukan gerakan menahan dengan tangannya. Matanya melebar seketika. "Bukan tangan gua yang dipijit!" Zian merubah posisinya dari tiduran menjadi setengah berbaring. Lelaki itu menyandarkan punggungnya. "Terus apanya, kan yang sakit tangan?" Ucap Riri datar, dia sudah mengantuk berat. "Kakinya!" Zian menunjuk. Riri menggeser ke bawah tubuhnya lalu mulai memijat. Beberapa kali gadis itu menguap. Dahi Zian sampai mengerut dalam melihatnya. Pijatan Riri dirasa semakin lemah. Zian melirik. Riri memijat dengan merem. "Dasar bini gelo!""Yang kenceng dong! Lemah banget sih?" Gerutu Zian. "Ngantuk ..." Sungut Riri. "Nggak bisa, Gua belum tidur,lo nggak boleh ngantuk!" Zian mendelik. Kembali Riri memijat kaki suaminya. Rasa kantuk menghajarnya. Riri tak kuat lag