"Hmm... apa aku tak boleh mencobanya?" Celetuk Adam.Elma pun tersadar dan tertawa. "Maaf, habis nya kue ini enak sekali, Mas. Aaa..." Elma menyodorkan kue red Velvet dengan mulut terbuka. Adam terkekeh. "Hmm... manis, semanis senyumanmu."Elma tersipu. Hening.Adam melihat Elma yang tersenyum namun tatapan matanya terlihat kosong. "Elma, Mas paham. Saat ini kau sedang kecewa, tapi tak ada salahnya jika kau mencoba lagi. Menjalani hidup itu ya memang seperti ini, tidak ada yang berjalan lurus, tapi ada belokannya, atau bahkan kita menemukan jalan terjal. Jadi, Mas ingin... kamu jangan bersedih lagi, hadapi hidup ini dengan senyuman." Ujar Adam panjang lebar. Beberapa hari ini, Elma memang terlihat muram. Perusahaan hampir mengalami resesi, banyak konsumen yang berpindah ke merk lain. Reseller pun semakin berkurang. Entah dimana salahnya, Elma masih mempelajari penurunan itu. Elma pikir, kualitas make up yang mereka buat tetap bagus, sesuai dengan BPOM dari kementrian kesehatan,
Beruntung, sekarang Dinda bukan orang yang suka menghambur kan uang, apalagi dia juga pernah menjadi simpanan lelaki pengusaha lainnya, jadi uangnya cukup banyak di rekening.Dinda menarik nafas panjang, wanita itu ingin sekali meminta maaf pada Ara, dan berterimakasih karena telah meloloskannya dari polisi. Namun, hatinya dilematis, akankah Ara memaafkannya?Dinda menunduk, merasakan kegundahan yang terus merasuk di hatinya.---Lima bulan berlalu. Kasus sidang penyerangan yang di lakukan Aldo dan anak buahnya akhirnya selesai, dia dihukum sekitar dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan, sedangkan Albert masih di kurung di ruang rahasia di daerah Pinrang, Sulawesi. Daffa merasa lega, akhirnya dia bisa kembali fokus mengurus Anggara Group yang beberapa waktu lalu dia serahkan pada Om Reno. Lelaki muda itu, melihat kakaknya sedang mengusap perutnya, hatinya meringis, bagaimana pun memiliki seorang anak adalah impian terbesar Ara saat ini."Kak... are you oke?" Tanya Daffa. Ara m
Suami Ara sangat pandai menghibur Ara, hanya sebentar Ara kembali tertawa, hatinya menghangat mendapat suami yang begitu pengertian seperti Rayyan."Terimakasih, mas." Lirih Ara kembali memeluk Rayyan."Nasib nasib... jadi obat nyamuk deh. Ok, aku pamit dulu, kak."Ara dan Rayyan saling pandang dan akhirnya mereka tertawa."Sorry, Daf."Daffa tertawa saja dan berlalu meninggalkan Ara dan suaminya.Kedua pasangan itu hanya tertawa geli. ---Dua hari berlalu, Akhirnya Rayyan memiliki waktu untuk konsultasi ke rumah sakit, sepanjang perjalanan Rayyan menggenggam tangan Ara, ini adalah bukti jika cintanya tak akan pernah pudar, Ara tersenyum melihat wajah suaminya yang juga menyunggingkan senyum.'Terimakasih Ya Allah, engkau kirimkan suami seperti Mas Rayyan di sampingku.' Ara melirik Rayyan. Setelah sampai di ruangan dokter kandungan, sang dokter menatap dengan ramah. Mereka pun mengutarakan keinginannya."Jadi, bagaimana, dok? apa kami bisa melakukan bayi tabung?" Tanya Rayyan."Ins
Seketika Adam kembali mengangkat tubuh Elma yang polos, hampir saja Elma menjerit karena terkejut, tapi bibirnya telah diblokade oleh Adam.Lelaki itu membawa Elma ke atas kasur, lalu menindihnya, tatapan memuja membuat Elma semakin menyambut setiap gerakan yang Adam lakukan. Penyatuan nafas membuat Elma merasakan surga dunia, dia terus memandang wajah Adam yang terlelap di sisi nya, setelah melakukan hubungan beberapa ronde, lelaki itu tertidur pulas. Elma tersenyum sambil menoleh hidung Adam dengan gemas."Terimakasih telah menerimaku, mas." Lirih Elma Elma tersenyum dan kembali tertidur di dalam pelukan Adam.---Lelaki muda berkaos hitam itu masih mengerang kesakitan, sudah berbulan-bulan dia disembunyikan oleh anak buah Pras. Albert merasa hidupnya kini semakin kacau, hanya dapat melihat keadaan luar dari celah jendela yang tertutup.Dia merasakan siksaan batin yang luar biasa, karena tak dapat menikmati udara segar, baginya kurungan ini lebih parah dari penjara. Jika di penja
"Gitu dong, namanya juga hidup. Tak melulu soal uang dan kebahagiaan. Pasti ada rasa sedih, kecewa dan juga amarah. Kan usaha sudah, doa juga sudah, dan saat ini kita hanya bisa pasrahkan dengan yang di atas. Semoga Allah mengabulkan doa-doa kita yang terus kita langitkan," Pesan Rayyan."Terimakasih karena sudah Ada di samping ku, Mas."Rayyan memeluk istrinya dengan erat, mengusap kepalanya agar wanita itu kuat. Rayyan tahu tak mudah menjadi seorang wanita yang sudah berumur sepertinya tapi belum di karunia anak.Banyak dari masyarakat yang kurang mengerti akan perasaan seorang istri, jika belum memiliki anak pasti saja ada pertanyaan atau perkataan yang menyakitkan. 'Kapan punya anak? kok belum isi sih?' semua itu bisa membuat mental sang wanita down. Wanita yang memiliki anak banyak juga selalu jadi sasaran cemoohan masyarakat, 'Duh, kok anaknya banyak sekali? Nggak di jarak ya? jadi perempuan kok maunya begituan terus sampai anaknya seperti tangga,' Serba salah memang, oleh kare
"Baiklah, Pak. Kami akan terus mengawasinya."Kedua lelaki saling pandang dan tersenyum, meskipun jenuh karena mereka hanya duduk-duduk saja tapi mereka tetap siaga mengawasi Albert. "Aku tak tahu apa yang di inginkan pak Pras? lelaki ini hanya dibiarkan hidup tanpa penyiksaan yang berarti."Garin hanya terkekeh, dia sudah terbiasa mendapatkan bos seperti Pras, hanya ingin menyiksa dan melihat penderitaan seseorang, sampai orang tersebut benar-benar menyerah, tapi berbeda dengan Albert lelaki muda yang masih berumur dua puluh empat tahun itu masih saja kuat menghadapi kehidupan yang membosankan. Albert menatap kosong ke arah jendela, pikirannya berkecamuk antara ingin menyerah, namun sisi lain dia ingin melawan, dia ingin mencari kebenaran. Apa benar ayahnya benar-benar meninggal karena ulah manager. Jika di tilik kembali, cukup masuk akal karena Anggara Group memberikan kompensasi yang besar, selain itu, Albert masih ingat betapa baiknya Ahmad sang CEO padanya, selalu membawanya b
"Karena kau telah membuat kesalahan, maka kau harus menebus kesalahan itu, cinta." Ara tertawa, dia mengecup pipi Rayyan, Ara faham bahwa Rayyan selalu tergoda jika Ara mengeluarkan suara manja, resikonya Rayyan pasti akan mengurungnya di kamar. sudah menjadi kebiasaan, Ara pun meladeni suaminya dengan senang hati. Keduanya menyatukan nafas dengan diiringi tawa. Lagi, Ara merasakan jatuh cinta berkali-kali pada kelembutan dan perlakuan Rayyan padanya.Rayyan mengusap pucuk kepala Ara dengan lembut dan mempererat pelukannya, dia merasa dunia hanya milik mereka berdua, Ara pun merasakan kehangat berada di sisi Rayyan."Aku akan membahagiakanmu, Sayang." Lirih Rayyan.Sudah beberapa hari ini, Rayyan mengawasi perkembangan D'Rayyan Hotel dan hasilnya, mereka menemukan seorang penguntit yang mengikuti istrinya itu, Rafli sang intel yang diperintahkan Daffa terus memantau dan mengikuti Ara kemana pergi dari jauh. Tentu saja Rayyan semakin khawatir, lelaki itu merasa kesal karena istrinya
'Ayah... ibu... Ara merindukanmu.' Batin Ara. Tiba-tiba saja perasaanya tak enak, dia menoleh ke samping, suaminya sedang tertidur dengan pulas, sejenak Ara melihat lelaki di samping Rayyan dan dia merasa mengenalinya. Rafli yang terus dipandang pun pura-pura sibuk dengan majalah, dia sengaja menutup wajahnya. Ara kembali memandang ke luar jendela, dia menepis pikiran yang menghantui. 'Semoga ini hanya perasaan dari setan.' Batin Ara. Setelah dua jam mengudara, Ara dan Rayyan Tiba di bandara Sukarno-Hatta, disana Daffa sudah menunggu bersama Om Reno begitu juga asistennya Sebastian. Ara terlihat letih tak seperti biasanya. Hak tersebut tak luput dari pandangan Daffa sang adik. "Apa kau sakit, kak?" Tanya Daffa khawatir. Ara menggeleng, "Mungkin hanya kelelahan, Daf."Rayyan ikut memperhatikan istrinya, sedari tadi Ara memang lebih banyak diam, Rayyan pikir hanya kelelahan tapi saat melihatnya dengan seksama wajah Ara memang sangat pucat, Rayyan pun cemas, masih ada waktu satu j