"Karena kau telah membuat kesalahan, maka kau harus menebus kesalahan itu, cinta." Ara tertawa, dia mengecup pipi Rayyan, Ara faham bahwa Rayyan selalu tergoda jika Ara mengeluarkan suara manja, resikonya Rayyan pasti akan mengurungnya di kamar. sudah menjadi kebiasaan, Ara pun meladeni suaminya dengan senang hati. Keduanya menyatukan nafas dengan diiringi tawa. Lagi, Ara merasakan jatuh cinta berkali-kali pada kelembutan dan perlakuan Rayyan padanya.Rayyan mengusap pucuk kepala Ara dengan lembut dan mempererat pelukannya, dia merasa dunia hanya milik mereka berdua, Ara pun merasakan kehangat berada di sisi Rayyan."Aku akan membahagiakanmu, Sayang." Lirih Rayyan.Sudah beberapa hari ini, Rayyan mengawasi perkembangan D'Rayyan Hotel dan hasilnya, mereka menemukan seorang penguntit yang mengikuti istrinya itu, Rafli sang intel yang diperintahkan Daffa terus memantau dan mengikuti Ara kemana pergi dari jauh. Tentu saja Rayyan semakin khawatir, lelaki itu merasa kesal karena istrinya
'Ayah... ibu... Ara merindukanmu.' Batin Ara. Tiba-tiba saja perasaanya tak enak, dia menoleh ke samping, suaminya sedang tertidur dengan pulas, sejenak Ara melihat lelaki di samping Rayyan dan dia merasa mengenalinya. Rafli yang terus dipandang pun pura-pura sibuk dengan majalah, dia sengaja menutup wajahnya. Ara kembali memandang ke luar jendela, dia menepis pikiran yang menghantui. 'Semoga ini hanya perasaan dari setan.' Batin Ara. Setelah dua jam mengudara, Ara dan Rayyan Tiba di bandara Sukarno-Hatta, disana Daffa sudah menunggu bersama Om Reno begitu juga asistennya Sebastian. Ara terlihat letih tak seperti biasanya. Hak tersebut tak luput dari pandangan Daffa sang adik. "Apa kau sakit, kak?" Tanya Daffa khawatir. Ara menggeleng, "Mungkin hanya kelelahan, Daf."Rayyan ikut memperhatikan istrinya, sedari tadi Ara memang lebih banyak diam, Rayyan pikir hanya kelelahan tapi saat melihatnya dengan seksama wajah Ara memang sangat pucat, Rayyan pun cemas, masih ada waktu satu j
"Apa kami ini hanya figura, dari tadi kau tak memberi kesempatan berbicara pada kakakku," Kata Daffa sedikit kesal. Rayyan terkekeh, lelaki itu memang tak sadar, dia ingin selalu di dekat Ara setelah tau istrinya sedang hamil, dia bersyukur jika sang janin selamat dan tak terpengaruh dengan obat tidur itu. Karena khawatir pada Ara, Rayyan tak memperdulikan Daffa dan yang lainnya. Rayyan pun berdiri menepuk pundak Daffa, "Sorry, brother. Aku sangat menghawatirkan kakakmu, jangan masam gitu." Kekeh Rayyan. Daffa abai, dia duduk disisi Ara, tatapannya menunjukkan kekhawatiran, setiap Ara sakit maka Daffa akan merasa bersalah karena gagal menjaga keluarga satu-satunya yang ia punya. Daffa menggenggam tangan Ara. Entah apa yang membuatnya meneteskan air mata. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja, Daf." Ara mengusap kepala Daffa yang menunduk. Meski Daffa seorang CEO tetap saja dia bisa sedih jika menyangkut keselamatan kakaknya. "Aku berjanji akan menuntaskan dendam mereka semua, Ka
"Mereka memiliki banyak anak buah, dan hasil penyelidikan kami, yang menguntit kemarin tidak hanya satu orang."Semuanya terdiam. "Aku akan menambah personil, kalian lakukan apa yang sudah kita rencanakan, timku akan membantu, dan untuk urusan Bondan di Medan biar aku yang urus, aku harus menghadap ke Kapolda Medan untuk menangkap nya, semua bukti yang sudah kita dapat bisa menjadi senjata untuk meringkus Bondan, karena dia juga sudah termasuk dalam DPO."Mereka pun setuju, Rayyan lega bahwa polisi pun akan membantu rencana mereka. Pras pun akan menurunkan beberapa pengawalnya untuk menjaga Ara.Sehari setelah Ara di rawat dia diperbolehkan pulang dengan catatan tidak boleh lelah karena kondisi janin yang lemah, dokter merepkan obat penguat, obat anti mual dan juga vitamin ibu hamil.---Seperti biasa Daffa menjalani tugas hari-hari nya dengan bekerja di kantor, hari ini pikirannya terbagi antara pekerjaan dan keselamatan Ara. Rafli datang dengan dua orang anak buahnya, Sebastian pun
"Aku harap setelah ini, Aldo benar-benar di hukum dengan berat, aku sudah lelah menghadapi mereka, Om. Kasihan Ara apalagi saat ini tengah hamil.""Kau tenang saja, Om pastikan pengadilan akan menambah hukuman yang berat untuk Aldo dan Albert." Kata Pras menepuk-nepuk pundak Daffa.'Semoga saja, ini adalah akhir...' Batin Daffa.Dia pun kembalil ke mobil, dilihatnya Ara yang masih gemetaran. Rayyan mengusap-ngusap kepala Ara agar tenang."Apa semuanya sudah di tangkap?" Tanya Rayyan."Alhamdulillah, semuanya sudah beres. Aku harap tidak ada orang lagi yang mengganggu hidup kita, kak."Ara mengangguk."Berapa orang mereka, Daf. Kenapa seperti di kejar-kejar komplotan penjahat, berasa main film." Kekeh Rayyan mencairkan suasana yang tegang tadi."Sepuluh orang,""Waw... Banyak juga.""Maafkan aku, Bang. Karena aku hidupmu pun jadi berbahaya." Liri Ara."Hei, kenapa bicara seperti itu, aku yang selalu merasa bersalah, karena tak dapat melindungimu.""Sudah sudah, sebaiknya kita pulang. K
Rafli menyeringai, "Aku ingin mendengar langsung jawaban darimu.""He he he... Aku tak akan menjawab," Kekeh Bondan."Baiklah, jika kau tak ingin bekerjasama dengan kami, maka jangan salahkan kami jika anak dan istrimu dalam bahaya." Bondan terdiam, sorot matanya memancarkan kemarahan. tangannya mengepal erat."Aku hanya memberi solusi padamu, Bondan. Katakan siapa yang menyuruhmu, atau... Anak dan istrimu akan celaka." Kata Rafli lagi.Di balik wajahnya yang tenang, Rafli sedikit kesal karena Bondan masih juga diam. Rafli pun menggunakan cara terakhir, ia mencambuk tumbuh Bondan hingga tersungkur, dara keluar dari sudut bibirnya yang terluka, saat hendak memukulnya sekali lagi akhirnya Bondan menyerah kemudian menceritakan semua rencanya yang Aldo susun dan juga menyebut orang-orang yang terlibat dalam penyerangan malam itu. Aldo bekerja sama dengan salah satu sipir yang bertugas memberi perintah padanya, lalu Bondan menggerakkan anak buahnya, Dua orang mengintai Ara, Tiga orang me
"Semoga saja, Aldo dan Albert sadar setelah kejadian ini." Kata Sebastian, Sebagai asisten Daffa dia juga merasakan lelah, karena selalu merombak jadwal kerja Daffa yang harus bolak-balik Jakarta-Pekanbaru."Ya... Semoga saja." Ucap Daffa.Namun, Pras masih ragu, jika Aldo diam saja setelah ini, apalagi Albert adiknya juga sudah diserakan ke polisi. Dalam diam, lelaki paruh baya itu sudah meletakkan bodyguard untuk Ara dan Rayyan. Mereka akan mengawasi Ara dari jarak jauh, Pras tau Ara sangat tak nyaman jika ada orang yang mengawasinya. --- Di Penjara Aldo mendengus kesal, saat tahu jika Albert juga berada di sel tahanan yang sama. Setelah putusan dibacakan, Aldo hanya bisa pasrah dengan hukuman yang harus dia jalani. Namun, hatinya masih belum menerima kekalahan. Berbeda dengan Albert yang hanya terduduk lesu.Selama ini hidupnya mewah, bekerja sebagai ahli IT tentu membuatnya memiliki banyak uang, dia terbiasa hidup bebas, tapi semua itu hilang karena mengikuti keinginan kakaknya.
Ara hanya menunggu dari mobil, dia memperhatikan sekitar, dengan senyuman joker Ara turun dari mobil dan duduk disisi penjual sekoteng. Ara memesan satu gelas dan menikmati minuman hangat tersebut. Sedangkan suaminya masih menunggu pesanan mi goreng.Saat Rayyan hendak kembali, dia melihat Ara sedang asik minum sambil tersenyum.'Hmmm... Memang aneh nih bumil, tadi katanya minta mi goreng, tapi dia nongkrong di tempat mamang sekoteng," Lirih Rayyan.Rayyan pun mendekati istrinya, melihat Ara menimati minuman hangat sambil terpejam membuat Rayyan bahagia, wajah Ara yang tenang seperti yang sangat dirindukan Rayyan. Beberapa minggu kemarin suasana hatinya memang tak baik. "Apa sekotengnya begitu nikmat? sampai-sampai tak sadar dengan kehadiran abang." Ara membuka mata dan memandang Rayyan, "Hmm... Sudah lama aku tak menikmati suasana malam seperti ini, Bang. Dulu... saat kuliah aku sering nongkrong bersama teman-temanku, menikmati angin malam sambil berbagi cerita. Semua itu sirna set