"Maafkan ayah, yang gagal menjagamu." Lirih Rudy.Ada bening mata yang melesat begitu saja, Wardah menguatkan suaminya. Dia faham, Rudy masih merasa bersalah dengan kejadian masa lalu."Ayah...." lirih Ara.Semua orang yang melihat mereka pun mulai meneteskan air mata. Daffa menguatkan kakaknya. "Ayo... kita masuk, Pak penghulu juga ada jadwal pernikahan lainnya." Ajak Pras. Mereka menuju aula yang luas, di tengah sudah dipersiapkan tempat untuk mengucap ijab Qabul, suasana begitu tenang, apalagi Daffa memilih dekorasi berwarna hijau muda, dipadukan warna putih. Sangat menenangkan memang. Di kursi yang sudah disiapkan ,Fathur masih mengatur nafas, ini pertama kalinya dia akan mengikrarkan kata-kata ijab untuk seseorang yang sudah lama dia cintai. Fathur masih berusaha tenang, tapi tetap saja keringat sudah membasahi bajunya, beberapa kali MUA datang mengusap keringat di dahinya."Rileks, Rayyan..." Goda ayahnya. Fathur hanya tersenyum kecil. Sudah berkali-kali dia menarik nafas p
"Tidurlah." Titah Adam dengan lembut."Hmm... Kapan kau kembali berlayar, Bang?" Tanya Elma. "Aku sudah resain dari kapal, Sayang. Aku hanya ingin ada di dekatmu."Elma terdiam, dia merona tapi disisi lain ada kekhawatiran di hatinya."Jika Bang Adam tidak kembali berlayar, bagaimana bisa membalas dendam ku.' Batin Elma bingung.Seakan tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Elma, Adam mengangkat dagu Elma agar menatap nya."Dengarkan aku, Elma. Kau adalah wanitaku yang sangat aku cintai. Selama aku mengenalmu dulu, kau tak pernah seperti ini."Adam menarik nafas terlebih dahulu, sejenak menjeda ucapannya, dia harus bicara dengan hati-hati."Sayang, Aku tahu kau sangat membenci Ehan adikmu, dia itu tak bersalah, itu pandanganku. Jadi... berhentilah untuk terus menyakiti Ehan, dendammu bisa merusak hidupmu, Elma,""Kau tahu pernah dengar tidak? Ada sebuah tragedi yang menewaskan banyak orang hanya karena dendam, alhasil apa? apa akan menyelesaikan masalah? No, tidak Elma. Malah blunder,
"Ini salahku, Din. Kulakukan karena aku memiliki tanggung jawab terhadap mu. Kau istriku sekarang." Ucap Ehan datar. Hati Dinda seakan-akan diremas, sangat menyakitkan mendengar Ehan mengatakan semua itu. Dia kira... Ehan akan seperti dulu, memuja dan menyayangi nya. Nyatanya, dia berubah dingin. Seakan Dinda hanyalah aksesoris saja. Dinda menghela nafas panjang, dia hanya bisa pasrah. Dan harus bisa menerima penderitaan dari hasil prilakunya sendiri.Saat keduanya pulang, tak ada pembicaraan yang serius, Ehan hanya memandang jalanan kota Bandung dengan tatapan kosong, bayangan tentang mantan istrinya masih terus menghantui. Berkali-kali Ehan menarik nafas panjang, mengeluarkan nya dengan perlahan, berharap kenangan itu pun keluar seiring hembusan nafas, nyatanya... tak semudah itu. Selalu saja penyesalan menyeruak di hatinya. 'Ara... Ini salahku, aku yang bodoh. Entah kenapa dulu melihat Dinda sangatlah cantik, aku merasakan getaran di hati setiap bersamanya. Namun, setelah semua
Sepanjang perjalanan, Rayyan memikirkan banyak hal. Dari membuka bisnis, ingin memiliki anak, sampai membayangkan hidup berdua dengan Ara. Meski satu Minggu berlalu dia lewati dengan suka cita, Rayyan ingin hari-hari bahagia itu tak cepat berlalu, tapi Rayyan sadar jika Tuhan lah yang telah menentukan takdir manusia. Rayyan menghela nafas panjang dan tersenyum, bersyukur betapa bahagia hidupnya saat ini, bisa memandang Ara sepuasnya.Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka tiba di Yunani, disana mereka telah disambut oleh tour guide yang akan membawa mereka ke Santorini untuk menikmati liburan. Ara yang baru pertama kali kesana terlihat sangat terpukau, keindahan bangunan kota yang indah sangat memanjakan mata. Sampai, dia meminta supir untuk memelankan laju mobil, agar dia dapat mengabadikan setiap momen. Fathur tersenyum, Ara tetaplah wanita yang menyukai keindahan, kehidupannya selama ini sangat monoton hanya di rumah saja, padahal jika dia ingin berlibur bisa langsung meng
"Ah, sialan. Benar kata Rafli aku harus menempatkan bodyguard untuk Ara. Ah, susah sekali mereka di hubungi. Ayolah kak angkat..." kata Daffa cemas.Berkali-kali Daffa menghubungi Ara dan Fathur, tapi tak tersambung. Daffa pun melempar ponsel, lalu terduduk dia frustasi."Bagaimana caranya aku melindungi Ara dari sini?" Lirih Daffa.Sebastian datang dengan tergesa-gesa, dia terkejut melihat Daffa juga sedang kacau. "Bos...""Ya, aku sudah tau. jika Aldo sekarang ada di Penjara, lalu siapa yang masih menguntit Ara dan mengancam kita?" Tanya Daffa. "Sepertinya Elma. Wanita itu menghilang. " "Mungkin, Kau urus disini Sebastian, aku akan ke rumah Om Rudy menanyakan keberadaan Elma, wanita itu memang harus diadili, dari dulu buat ulah saja." Kata Daffa kesal. Daffa meninggalkan Sebastian, namun pria itu mengikuti dari belakang."Kenapa kau mengikuti ku?""Aku tak bisa meninggalkan mu, Bos. Penjahat sekarang begitu cerdik. Mungkin ini hanya pengalihan, bagaimana jika yang menjadi sasar
Kalimat itu sangat menohok hati Rudy, lelaki paruh baya itu menunduk, menyembunyikan kekecewaan.Namun, apa yang dikatakan Daffa memang benar, selama menjadi istri Ehan, dia tak pernah di bawa jalan atau sekedar ke cafe, Ehan selalu sibuk kerja, jangankan untuk liburan, membelikan Ara hadiah mungkin tidak pernah. Kesetiaan yang ditunjukkan Ara rupanya tidak bisa membuat Ehan mempertahankan rumah tangga, tapi Ehan telah menghancurkannya dengan perselingkuhan. Hanya karena berdesir melihat wanita lain, dia menganggap itu cinta, padahal hanya perasaan semu saja. Sebagai lelaki yang sudah beristri seharusnya Ehan bisa menjaga pandangan dan hatinya.Disisi lain, Ara dan Fathur masih menikmati kebahagiaan, seakan dunia milik berdua, mereka tak perduli dengan orang yang melihat kemesraan keduanya. Fathur selalu menggenggam tangan Ara selama mereka pergi keluar, Fathur takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan.Malam ini, Ara sengaja membuka ponsel dia ingin mengecek keuangan perusahaan, m
"Siapa kalian?" Tanya Albert. Dua orang itu diam saja, mereka langsung membekuk, tangan Albert di borgol dan membawanya keluar dari hotel. "Beres, bos. Sudah aman." Lapor lelaki itu. Pras yang sedang di Indonesia pun tersenyum." Dasar kutu kecil, berani dia bermain-main dengan menantuku." Lirih Pras. Kedua lelaki itu pun membawa Albert dengan mobil Jeep hitam meninggalkan hotel dimana Fathur dan Ara menginap. Disamping itu, anggota Intel yang diperintahkan oleh Rafli memberikan laporan pada atasannya jika, penguntit Ara sudah di bekuk oleh orang. Lantas, mereka kembali ke Indonesia. Karena merasa tak tenang, Fathur langsung memesan tiket untuk kembali ke Indonesia, keselamatan Ara adalah yang paling utama. ---Ehan masih berdiam diri di balkon rumahnya, kini dia terpaksa harus pindah ke Bandung, di sana dia merawat Dinda yang masih sakit karena serangan Aldo tempo hari, meski bukan cacat permanen, tentu butuh waktu lama agar Dinda bisa kembali jalan dengan normal. Lelaki itu
Fathur mengusap pucuk kepala Ara, dan menarik tubuhnya, Fathur memeluk dari samping. Dia faham Ara tidak mencintai Ehan, hanya khawatir, tapi tetap saja membuat hati Fathur sedikit tergores. "Ara... Ehan sekarang ada di Bandung dia merawat Dinda,"Ara terdiam, "Syukurlah, jika mereka baik-baik saja." guman Ara."Ya, mereka lebih baik disana, dari pada di kota ini, cinta. Aku tak akan membiarkan Ehan mengusikmu."Ara tersenyum, dia melingkarkan tangan di tubuh Fathur. Sekarang, Ara sangat suka dipeluk begitu oleh suaminya, rasanya sangat nyaman dan damai. Dari kaca depan , Daffa melihat kebahagian Ara, akhirnya dia bisa melihat senyum kakaknya itu. Ketiganya mengobrol tentang perusahaan yang sebentar lagi akan membangun sebuah mall di kawasan ibu kota, tentunya semua itu atas kerja keras Daffa yang di bimbing om Reno, asisten ayahnya dulu. "Bagaimana kabar Om Reno, Daf? sudah lama dia tak kesini." Tanya Ara."Om Reno, memantau kantor pusat di Jakarta, Kak. Aku sengaja meletakkan om