"Apa yang kau pikirkan, hmmmm" Tanya Fathur lembut."Apa Abang akan meninggalkanku juga, jika... aku tak hamil?" Lirih Ara. Fathur memegang dagu Ara agar menatapnya."Dengar, Ara. Sedetikpun cintaku tak akan pernah luntur, meski kita tak memiliki anak. Kita bisa adobsi, banyak kok orang tua yang memilih adobsi karena bertahun-tahun belum memiliki anak. Jadi , jangan kau meragukan cintaku, ok?"Ara terharu, dia memeluk Suaminya dengan erat. "kapan aku hamil?" Guman Ara.Ara menenggelamkan wajahnya ke bidang dada suaminya.---Daffa masih berdiskusi dengan Rafli, dia mencermati setiap informasi yang dia dapatkan dari Rafli. Benar dugaannya jika Aldo tidak bekerja sendiri, mengetahui hal tersebut, Daffa semakin was-was untuk meninggalkan Ara. Meski Ara sudah menikah tetap saja hati nya tak tenang"Jadi dia Albert?" Tanya Daffa memastikan."Ya, seperti kataku tadi, Aldo memang di penjara tapi ada orang lain yang membantunya, sepertinya Albert pun tidak sendiri." Jawab Rafli."Siapa sebe
"Sepertinya Pak Daffa tak tahu jika yang menangkapnya adalah kita berdua.""Biarkan saja, aku suka bekerja seperti ini, dari pada harus mengikuti SOP kepolisian, sangat lama dan berbelit. Orang suruhan Pak Daffa itu pasti tak leluasa bergerak.""Ya kau benar, brother..."TingObrolan keduanya berhenti, saat ponsel mereka berbunyi, dengan tersenyum smirk kedua orang itu kembali masuk ke ruangan Albert. Albert yang tertidur pun tersentak dan bangun, dilihatnya kedua orang itu sudah ada di hadapannya. Albert meringis saat berusaha untuk bangun, tubuhnya terasa sakit karena berkelahi."Dia sudah bangun, Bos." Ucap lelaki itu. Albert pun mendongak, siapa gerangan yang datang. Benarkah Pras atau Daffa?. Tak lama pintu terbuka, Prasetyo di dampingi asistennya datang dengan wajah muram, dia tersenyum sinis memandang Albert yang babak belur dihajar anak buahnya. 'Ahmad, kau lihat tikus kecil ini. Kali ini aku tak akan melepaskannya. Dia ingin membunuh menantuku.' Batin Pras. Rahangnya men
"Apa kau menunggu adikmu?" Tanya Pras dengan sinis.Aldo balas memandang Pras dengan tajam.Lalu dia terkekeh. "Sepertinya, anda salah duga.""Benarkah? baguslah jika kau tak menunggu adikmu itu. Karena, dia tak akan pernah datang lagi untuk menemuimu.""Apa maksudmu?" pekik Aldo. Seketika wajahnya berubah, sedangkan Pras hanya terkekeh. "Ingat Aldo, kau salah berurusan dengan Ara. Dia menantuku, jangan sesekali kau menghancurkan rumah tangganya seperti dulu."Aldo terdiam, tangannya mengepal erat. Pras kembali menatap Aldo dengan tajam dia lipat tangannya di dada. "Seharusnya kau malu, telah melukai Ara. Karena keluarga Ahmad tak ada sangkut pautnya dengan kematian ayahmu, Haikal. Haikal meninggal karena kecelakaan, dan yang menyabotase adalah manager perusahaan. Asal kau tahu, Ahmad sudah menolong ayahmu, dan juga memberi kalian uang dua miliyar. Lalu, kenapa kau masih ingin melukai mereka.""Karena Anggara Group membuat ayahku mati.""No... kau salah. Haikal sendiri yang menje
"Hmm... apa aku tak boleh mencobanya?" Celetuk Adam.Elma pun tersadar dan tertawa. "Maaf, habis nya kue ini enak sekali, Mas. Aaa..." Elma menyodorkan kue red Velvet dengan mulut terbuka. Adam terkekeh. "Hmm... manis, semanis senyumanmu."Elma tersipu. Hening.Adam melihat Elma yang tersenyum namun tatapan matanya terlihat kosong. "Elma, Mas paham. Saat ini kau sedang kecewa, tapi tak ada salahnya jika kau mencoba lagi. Menjalani hidup itu ya memang seperti ini, tidak ada yang berjalan lurus, tapi ada belokannya, atau bahkan kita menemukan jalan terjal. Jadi, Mas ingin... kamu jangan bersedih lagi, hadapi hidup ini dengan senyuman." Ujar Adam panjang lebar. Beberapa hari ini, Elma memang terlihat muram. Perusahaan hampir mengalami resesi, banyak konsumen yang berpindah ke merk lain. Reseller pun semakin berkurang. Entah dimana salahnya, Elma masih mempelajari penurunan itu. Elma pikir, kualitas make up yang mereka buat tetap bagus, sesuai dengan BPOM dari kementrian kesehatan,
Beruntung, sekarang Dinda bukan orang yang suka menghambur kan uang, apalagi dia juga pernah menjadi simpanan lelaki pengusaha lainnya, jadi uangnya cukup banyak di rekening.Dinda menarik nafas panjang, wanita itu ingin sekali meminta maaf pada Ara, dan berterimakasih karena telah meloloskannya dari polisi. Namun, hatinya dilematis, akankah Ara memaafkannya?Dinda menunduk, merasakan kegundahan yang terus merasuk di hatinya.---Lima bulan berlalu. Kasus sidang penyerangan yang di lakukan Aldo dan anak buahnya akhirnya selesai, dia dihukum sekitar dua puluh tahun atas percobaan pembunuhan, sedangkan Albert masih di kurung di ruang rahasia di daerah Pinrang, Sulawesi. Daffa merasa lega, akhirnya dia bisa kembali fokus mengurus Anggara Group yang beberapa waktu lalu dia serahkan pada Om Reno. Lelaki muda itu, melihat kakaknya sedang mengusap perutnya, hatinya meringis, bagaimana pun memiliki seorang anak adalah impian terbesar Ara saat ini."Kak... are you oke?" Tanya Daffa. Ara m
Suami Ara sangat pandai menghibur Ara, hanya sebentar Ara kembali tertawa, hatinya menghangat mendapat suami yang begitu pengertian seperti Rayyan."Terimakasih, mas." Lirih Ara kembali memeluk Rayyan."Nasib nasib... jadi obat nyamuk deh. Ok, aku pamit dulu, kak."Ara dan Rayyan saling pandang dan akhirnya mereka tertawa."Sorry, Daf."Daffa tertawa saja dan berlalu meninggalkan Ara dan suaminya.Kedua pasangan itu hanya tertawa geli. ---Dua hari berlalu, Akhirnya Rayyan memiliki waktu untuk konsultasi ke rumah sakit, sepanjang perjalanan Rayyan menggenggam tangan Ara, ini adalah bukti jika cintanya tak akan pernah pudar, Ara tersenyum melihat wajah suaminya yang juga menyunggingkan senyum.'Terimakasih Ya Allah, engkau kirimkan suami seperti Mas Rayyan di sampingku.' Ara melirik Rayyan. Setelah sampai di ruangan dokter kandungan, sang dokter menatap dengan ramah. Mereka pun mengutarakan keinginannya."Jadi, bagaimana, dok? apa kami bisa melakukan bayi tabung?" Tanya Rayyan."Ins
Seketika Adam kembali mengangkat tubuh Elma yang polos, hampir saja Elma menjerit karena terkejut, tapi bibirnya telah diblokade oleh Adam.Lelaki itu membawa Elma ke atas kasur, lalu menindihnya, tatapan memuja membuat Elma semakin menyambut setiap gerakan yang Adam lakukan. Penyatuan nafas membuat Elma merasakan surga dunia, dia terus memandang wajah Adam yang terlelap di sisi nya, setelah melakukan hubungan beberapa ronde, lelaki itu tertidur pulas. Elma tersenyum sambil menoleh hidung Adam dengan gemas."Terimakasih telah menerimaku, mas." Lirih Elma Elma tersenyum dan kembali tertidur di dalam pelukan Adam.---Lelaki muda berkaos hitam itu masih mengerang kesakitan, sudah berbulan-bulan dia disembunyikan oleh anak buah Pras. Albert merasa hidupnya kini semakin kacau, hanya dapat melihat keadaan luar dari celah jendela yang tertutup.Dia merasakan siksaan batin yang luar biasa, karena tak dapat menikmati udara segar, baginya kurungan ini lebih parah dari penjara. Jika di penja
"Gitu dong, namanya juga hidup. Tak melulu soal uang dan kebahagiaan. Pasti ada rasa sedih, kecewa dan juga amarah. Kan usaha sudah, doa juga sudah, dan saat ini kita hanya bisa pasrahkan dengan yang di atas. Semoga Allah mengabulkan doa-doa kita yang terus kita langitkan," Pesan Rayyan."Terimakasih karena sudah Ada di samping ku, Mas."Rayyan memeluk istrinya dengan erat, mengusap kepalanya agar wanita itu kuat. Rayyan tahu tak mudah menjadi seorang wanita yang sudah berumur sepertinya tapi belum di karunia anak.Banyak dari masyarakat yang kurang mengerti akan perasaan seorang istri, jika belum memiliki anak pasti saja ada pertanyaan atau perkataan yang menyakitkan. 'Kapan punya anak? kok belum isi sih?' semua itu bisa membuat mental sang wanita down. Wanita yang memiliki anak banyak juga selalu jadi sasaran cemoohan masyarakat, 'Duh, kok anaknya banyak sekali? Nggak di jarak ya? jadi perempuan kok maunya begituan terus sampai anaknya seperti tangga,' Serba salah memang, oleh kare