Kaluna memicingkan matanya saat menerima cahaya matahari pagi yang mengenai wajahnya, sesekali ia mengucek salah satu matanya pelan. Ia berusaha untuk menutupi wajahnya dengan tangan kanannya.Sret ...."Ah, silau," pekik Kaluna keras sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, mencoba untuk menghalau sinar matahari pagi. Kaluna bukan orang yang suka bangun pagi, menurutnya bangun pagi hanya harus dilakukan bila ada yang harus ia lakukan di pagi hari, namun, bila tidak ada sesuatu yang penting rasanya tidak berguna bila Kaluna bangun pagi. Ngantuk!"Bangun, Yang ... udah pagi ini, malu sama ayam," ajak Jonathan sambil menarik badan Kaluna agar kekasihnya itu bisa banguna tau setidaknya mengubah posisi dari rebahan menjadi duduk."Ngapain malu sama ayam? Mana sini ayamnya! Aku jadiin opor," maki Kaluna sambil terus menutup matanya yang terasa seperti di tempeli lem sehingga sulit untuk di buka."Aku yakin opor buatan kamu enak, tapi, aku minta kamu bangun dan temenin aku buat ke t
"Cakra!""Iya, wangi badan kamu setelah mandi itu selalu sama, dan kamu selalu pakai kemeja ...." Lelaki itu melirik ke arah dada Kaluna yang terlihat dengan jelas karena Kaluna lebih pendek dari dirinya.Tiba-tiba saja ada rasa ngilu yang ia rasakan saat melihat dada Kaluna yang penuh dengan bukti kepemilikan. Ia kembali ingat dulu dialah yang menorehkan bukti kepemilikan disekujur tubuh Kaluna dan selalu kemeja miliknya yang Kaluna kenakan bila wanita itu sudah menginap dengan dirinya.Sekarang ... Cakra menelan ludahnya membayangkan Jonathan yang sudah menorehkan bukti kepemilikan di sana dan Cakra yakin seratus persen kalau kemeja yang Kaluna pakai saat ini adalah kemeja milik Jonathan."Kamu ngapain di sini?" tanya Kaluna kaget sambil bergerak ke samping, memberikan jarak antara dirinya dan Cakra."Turun ke bawah, Lun ... ini kan, lift dan fungsinya buat membawa penumpang naik dan turun," ucap Cakra sambil menunjuk sekeliling lift dengan santai."Iya, tahu ... ampun, deh kamu Cak
"Sialnya nggak bisa, Lun."Kaluna spontan memundurkan badannya lebih jauh dari Cakra, dia tidak menyangka Cakra mengatakan kalimat itu. Sebuah kalimat yang tidak Kaluna sukai karena akan membuat ia kesal. Kaluna langsung mengubah posisinya menjadi menghadap pintu lift, matanya memandang lurus ke depan dan seolah tidak mempedulikan keadaan Cakra. Cakra menghela napas keras seolah mencari perhatian dari Kaluna, "Kenapa? Kamu nggak suka aku nggak bisa lupain kamu?""Kamu suami orang, Cakra ... kamu harusnya malu ngomong kaya gitu," ucap Kaluna ketus sambil menyilangkan kedua tangan di dada dan terus melihat ke depan. Kaluna mamaki di dalam hati karena lift yang ia tumpangi terasa sangat lambat. Ia sudah tidak nyaman berada di sana, ia ingin pergi secepatnya dari sana meninggalkan Cakra. "Iya, harusnya aku malu. Aku harusnya malu masih ingat sama kamu padahal aku sudah menikah." Tanpa sadar Cakra melihat cincin pernihakan miliknya yang melingkar di jari manis tangannya. Cincin itu sang
"Satu chicken parmigiana, tiga barbeque lamb chop, dua caecar salad dan tiga cream chiken soup," teriak Kaluna sambil menempelkan kertas pesanan di papan khusu menu."Yes, chef!" teriakkan rekan sejawat Kaluna menggema di penjuru dapur.Panas kompor dengan cepat terasa menyengat ke wajah Kaluna, dentingan suara alat dapur saat memasak, memotong dan bahkan terjatuh dari tangan para koki membuat riuh suara di dapur.Dengan cekatan Kaluna memantau kualitas makanan yang keluar dan juga masuk. Sesekali ia mencicipi saus yang ditambahkan karena stoknya sudah habis. Kaluna juga beberapa kali melap ujung-ujung piring agar terlihat lebih bersih dan cantik.Tring ....Suara bel terdengar nyaring saat Kaluna menekannya, tak berapa lama datang salah satu waitres masuk ke jendela dapur. Satu-satunya jendela yang menghubungkan antara dapur dan ruangan makan restoran Moon. "Meja 24 dan meja 35, tolong jangan sampai salah karena meja 24 menggunkan kacang dan meja 35 tanpa kacang. Aku nggak mau kala
Tok ... tok ... tok ....Suara ketukan terdengar pelan dari pintu ruangan Raka. Raka spontan mengalihkan pandangannya dari berkas yang ada di meja ke arah pintu."Masuk," ucap Raka yang langsung melihat pintu ruanganny terbuka. Sepersekian detik kemudian Kaluna masuk ke dalam ruangannya."Maaf Pak, tadi rada lama karena ada beberapa hal yang harus saya bersihkan?" Dusta Kaluna karena ia tidak mungkin mengatakan kalau ia beradu argumen dengan Okhe perkara hubungan personalnya dengan Jonathan."Oke, masuk Kaluna ... sini duduk," pinta Raka sambil menunjuk kursi yang ada di depannya.Kaluna dengan patuh duduk di kursi itu dan melihat Raka yang sedang tersenyum pada dirinya, "Bapak manggil saya ada apa yah?" "Nggak ada apa-apa, saya cuman mau memastikan lagi, kamu yakin setelah kamu menikah dengan Jonathan kamu mau resign?" tanya Raka basa basi karena memang rencananya memang ia akan meminta Kaluna untuk mengundurkan diri dari Moon. Kaluna mengangguk, "Dari pada Bapak capek-capek nyuruh
Kaluna mencoba membuka kunci rumahnya saat tiba-tiba saja mendengar suara dering ponsel dari dalam tasnya. "Iya, Jo ... kenapa? Udah selesai acaranya?" tanya Kaluna sambil membuka pintu dan mengapit ponselnya di antara kuping dan leher."Udah, aku baru selesai acara. Capek banget dan lagi aku tadi ketemu untuk kedua kalinya sama artis yang bawelnya bukan main. Mana entah kenapa geli aku liat dia mepet-mepet ke aku," ungkap Jonathan dengan nada sura yang terdengar sangat lelah."Siapa?" tanya Kaluna singkat sambil menghentikan aktifitasnya. Rasanya kesal dan gondok mendenger perkataan Jonathan, siapa coba artis yang mendekati calon suaminya itu? Nggak punya otak atau nggak punya malu sampai mepet-mepet ke Jonathan. "Itu si Naomi, dia artis yang sering tampil sama Gendis. Kesel aku liatnya, cantik sih, tapi kok kelakuannya rada-rada padahal aku denger dari orang-orang katanya dia punya tunangan. Ih ... kan, merinding aku tiba-tiba," ucap Jonathan dengan suara bergetar karena mengingat
"Siapa!""Lah, Kaluna? Kamu udah pulang?" tanya Emma yang berdiri dibelakang tubuh pria yang membuka pintu kamar Kaluna."Ibu! Om Wisnu? Astaga ... aku kira siapa," ucap Kaluna kaget sambil mengelus dadanya dan kembali berkata pada Jonathan, "Om Wisnu dan Ibu.""Kamu bikin aku overthinking aja, Yang," ucap Jonathan kesal karena ikut kaget karena mendengar suara teriakkan Kaluna."Maaf, maaf ... udah dulu, yah, nanti aku telepon kamu lagi, kamu besok jadi pulang kan?" tanya Kaluna."Iya, besok aku pulang, besok aku mau ketemu Gege juga," ucap Jonathan."Oke, sampai ketemu besok, Jo," ucap Kaluna sambil memutuskan sambungan teleponnya."Kamu udah pulang?" ulang Emma sambil mengintip di belakang tubuh Wisnu yang hampir menutupi tubuhnya."Kalau aku ada di sini yah, aku udah pulang, Bu. Masa aku ada di sini tapi, aku belum pulang. Ibu ini kadang suka ngaco," kekeh Kaluna sambil berjalan melewati Wisnu dan Emma."Ini anak yah, bisa aja jawab pertanyaan Ibunya, padahal tinggal jawab udah at
"Sumpah yah, Lun, lo tega!" "Hah? Gimana? Siapa?" tanya Kaluna kaget setengah mati karena tiba-tiba ia di maki oleh seseorang."Elo ... elo tega sumpah, yah.""Tega gimana? Emang gue salah apa Joya?" tanya Kaluna bingung, seingatnya ia tidak pernah melakukan dosa apa pun pada Joya. Dulu pun saat mereka SMA, Kaluna tidak merasa punya hutang pada Joya sehingga harus membuat Joya semarah ini pada dirinya."Sumpah yah, ya ampun Kaluna! Aku punya salah apa sama kamu sampai kamu tega kaya gini ke aku, hei," ucap Joya kesal. Dari nada suaranya sepertinya Joya ingin memakan Kaluna hidup-hidup karena melakukan suatu tindakan yang sangat fatal pada Joya."Sumpah Joya, kamu kenapa tiba-tiba nelepon terus marah-marah kaya gini? Aku nggak pernah punya salah sama kamu perasaan, Joy. Bahkan waktu SMA aku nggak pernah bikin perkara juga ama kamu," akui Kaluna sambil menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal."Kamu punya salah." Joya berkata dengan suara melengking tinggi."Yah apa?" jawab Ka
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend