"Kan aku udah bilang, aku nggak papa kok, Jo," ucap Kaluna sambil berjalan masuk ke dalam rumah Jonathan. "Nggak papa gimana? Aku yang apa-apa," sahut Jonathan sambil menyimpan semua barang-barang miliknya di atas meja ruang tengah. Ia kemudian melihat sekelilingnya untuk memastikan keberadaan Bi Denok. "Tapi, sumpah aku nggak papa kalau seandainya kita nikah aku yang mundur dari kerjaan, aku nggak papa," ulang Kaluna lagi sambil menghempaskan bokongnya ke sofa empuk ruang tv Jonathan."Bahkan aku ngerasa itu lebih baik daripada kuping aku merah dan panas dengerin omongan Okhe, Ibram atau pun orang lain yang kerja di Moon, aku mending mundur dan cari kerja yang lain. Aku yakin kok, skill aku nggak ancur-ancur amat sampai kesulitan cari kerjaan," lanjut Kaluna sambil melihat ke arah Jonathan yang saat ini sedang berjalan ke arah Bi Denok.Entah apa yang Jonathan ucapkan ke Bi Denok sampai akhirnya membuat pembantu itu pergi keluar rumah, Kaluna tidak mau mengambil pusing dengan urusa
Jonathan menggemeretakan giginya saat kejantanannya menggesek ceruk kenikmatan Kaluna yang masih berbalut celana. Jemarinya ia benamkan ke bokong Kaluna yang terasa sangat lembut dan nyaman di tangannya."Yang, jangan bikin perkara stok kondom aku habis," bisik Jonathan sambil berusaha menekan birahinya tapi, percuma gerakan liar Kaluna di atas tubuhnya dan kecupan-kecupan sensual di lehernya membuat Jonathan hanya ingin merobek pakaian Kaluna lalu membenamkan wajahnya di ceruk kehangatan payudara Kaluna.Kaluna terus mengecupi garis leher Jonathan dan bahkan beberapa kali ia meliukan lidahnya di sana dengan gerakan sensual yang membuat Jonatan membelai punggungnya dan berakhir di bagian belakang kepala Kaluna."Yang, kondom aku abis," bisik Jonathan sambil memilin rambut bagian belakang Kaluna dan menariknya pelan hingga membuat wanita itu mendongah. Jonathan seketika itu mengutuki perbuatannya yang menarik kepala Kaluna karena itu membuat ia melihah wajah sendu Kaluna yang penuh den
"Jo!" seru Kaluna kaget dan spontan meletakkan ponselnya di atas ranjang dalam keadaan layar menghadap bawah, "kamu kok bangun?" tanya Kaluna kaget."Kok bangun?" tanya Jonathan, "emang aku nggak boleh bangun? Harus tidur aja gitu, biar kamu bisa chatingan dengan entah siapa ampe cekikikan kaya orang kerasukan?" tanya Jonathan ketus sambil mengambil ponsel Kaluna."Apa sih, Jo," ucap Kaluna kaget karena Jonathan mengambil ponselnya, "balikin sini," pinta Kaluna sambil berusaha mengambil ponselnya namun Jonathan menghalanginya."Chatingan sama siapa sih?" tanya Jonathan kesal seraya beranjak dari posisi tidur ke posisi duduk lalu membuka kunci ponsel Kaluna. Sialnya ponsel Kaluna terkunci dan dengan cepat ia menekan kode kunci ponsel Kaluna yang ia tahu namun salah, "kamu ganti kode ponselnya?" tanya Jonathan makin emosi. Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba Kaluna menyembunyikan sesuatu dari dirinya padahal biasanya kekasihnya itu sangat terbuka."Iya, aku ganti, kan kamu yang suruh buat g
"Kamu di mana? Nggak bakal ke Moon?" tanya Kaluna melalui sambungan telepon."Aku masuk sekitar jam 11 siang, Yang, aku mau ke rumah sakit dulu," ucap Jonathan sambil mengalihkan ponselnya dari kuping kiri ke kuping kanan dan berjalan ke arah rumah sakit."Kamu mau cek up?" tanya Kaluna."Iya, sekalian ambil obat karena obat aku abis dan lagi ini sekalian aku mau masukin tes DNA kamu," ungkap Jonathan santai sambil terus berjalan ke arah meja informasi rumah sakit. "Ah, pantes tadi pagi kamu potong rambut aku sedikit," kenang Kaluna."Iya, pokoknya aku dateng ke Moon jam 11 siang, nanti langsung kita obrolin lagi masalah cara panggang daging pakai alat baru yang kemarin dateng," terang Jonathan yang baru saja membeli alat untuk memanggang daging dengan cara smoke yang baru. "Oke, aku tunggu kalau gitu," sahut Kaluna."Bilang Raka nggak udah nyari aku, aku bakal datang dalam keadaan sehat dan selamat di Moon," ungkap Jonathan yang baru ingat kalau dari tadi Raka meneleponi dirinya da
“Kamu ngapain, Jo?” tanya Kaluna bingung saat mendapati Jonathan sedang berjongkok di depan pintu rumahnya.“Ngapain kamu jongkok di sana? Kamu sakit? Ada yang nggak enak?” tanya Kaluna waswas dan langsung berjongkok untuk memastika keadaan Jonathan.Kaluna langsung merasa bersalah karena pulang lebih dulu dari Moon karena dia harus mempersiapkan beberapa hal di rumah untuk menyambut Jonathan. Walaupun Jonathan hanya datang sendirian ke rumah karena ia sudah yatim piatu tapi, tetap saja tidak elok rasanya bila ia tidak berdandan dan mempersiapkan makan malam untuk Jonathan dan Emma.“Kenapa, Jo? Jangan bikin aku berdebar dong, kamu kenapa?” tanya Kaluna sambil menyentuh kening Jonathan untuk merasakan suhu tubuh Jonathan yang menurutnya terasa normal. “Kenapa sih kamu? Badan kamu nggak panas, kamu salah makan? Keram perut? Kamu kenapa?”“Aku nggak papa dan ….” Jonathan melihat Kaluna dari atas hingga ke bawah, “kamu cantik, ini baju yang aku kasih kan?” tanya Jonathan sambil menyentuh
"Jadi, kamu ke sini itu mau apa, Jo?" tanya Emma sambil menyuapkan sendok yang penuh dengan ice cream vanila ke mulutnya, "kayanya spesial banget ampe-ampe Kaluna bikinin ice cream kaya gini, dia kan rajin masak di rumah kalau ada maunya doang, selebihnya mana mau dia masak. Buat angkat panci di dapur aja, malesnya ampun-ampunan," kekeh Emma."Ibu ...." Kaluna hampir menangis saat Emma memberitahu kebiasaannya di rumah pada Jonathan."Aku juga sama kok, Bu, kalau udah masuk rumah males banget liat dapur. Berasa pusing karena kecapean kerja di dapur seharian," bela Jonathan sambil menyuapkan sesendok es cream ke mulutnya. Enak ... Jonathan selalu tahu Kaluna lebih bagus dibidang pastry dari pada di kitchen, wanita itu lebih handal membuat croissant dari pada membuat rendang. "Lah, kalau sama-sama males terus kalau kalian nikah yang masak siapa? Ya, kali kalian mati kelaparan di rumah," ucap Emma kaget sembari menunjuk Kaluna dan Jonathan bergantian, "nggak lucu kalau tiba-tiba diberit
"Chef Kaluna, kamu udah cek gudang?""Chef Kaluna, kamu udah ditunggu Pak Raka di ruangan.""Chef jangan lupa hari ini bakal datang supplayer makanan untuk stok baru.""Chef ... bisa dicoba dulu nggak ini sous-nya? Karena ini menu baru."Kaluna hanya bisa menghela napas dan berusaha bernapas setenang mungkin walaupun detik ini juga dia ingin berteriak sekencang mungkin kalau dirinya hanya ada satu dan tangannya hanya ada dua jadi ia tidak bisa melakukan semua pekerjaan sekaligus! "Chef ... itu di depan ada yang nyari katanya dia dari bagian supplayer sayur.""Oke, wait ... satu-satu, ampun dah kalian ini bisa tenang dulu nggak? Aku berasa dikejar debt collector tahu," ucap Kaluna sambil mengangkat kedua tangannya dan membuat beberapa orang di sana tertawa."Maaf, ini akhir bulan Chef ditambah Chef Jonathan juga nggak ada jadi mau nggak mau kamu kena semuanya," ucap Ibram sambil mengangkat bahunya sambil tersenyum tipis.Kaluna hanya bisa menghela napas sudah empat hari Jonathan tidak
"Kamu dengerin aku dulu!" sentak Gendis sambil menarik tangan Kaluna dan menariknya ke tempat yang lebih sepi. Ia tidak mau menarik perhatian karena saat ini pekerjaannya sebagai selebgram di Indonesia mulai moncer dan makin banyak yang mengenali dirinya. Bisa hancur kariernya kalau sampai ada orang yang tahu kalau dia pengidap HIV.Kaluna mencoba melepaskan tangan Gendis namun percuma, mantan sahabatnya itu benar-benar mencengkeram tangannya dengan kencang, "Kamu mau apa sih? Mau kemana?" Kaluna melihat sekeliling dan mendapati Ibram sedang melihatnya."Bram panggil Pak Raka," ucap Kaluna tanpa suara dan langsung dijawab anggukan oleh Ibram sebelum lelaki itu pergi berlari meninggalkan Kaluna dan Gendis."Mau apa sih!" sentak Kaluna kesal, ia dengan cepat menarik tangannya setelah pegangan tangan Gendis melonggar."Lo gila dan lo nggak punya otak, Lun!" sentak Gendis seperti orang kurang waras."Yang gila itu kamu," ucap Kaluna sambil menunjuk Gendis."Kamu dan keputusan kamu yang gi