"Sini ... Bram, sini," panggil Okhe sesaat setelah melihat Ibram keluar dari dapur karena sudah jam istirahatnya."Apa? Gue mau keluar nih, mau ngerokok asem mulut gue," sahut Ibram sambil berjalan ke arah Okhe dan mengeluarkan sebungkus rokok putih beserta koreknya."Ish, rokok mulu lo, kena paru-paru baru lo, nangis," ucap Okhe sambil meminta Ibram mengikutinya."Alah, mau ngerokok kagak ngerokok kalau udah waktunya mati, yah, mati aja," jawab Ibram cuek sambil terus mengikuti Okhe hingga ke salah satu tempat di mana mereka sering berkumpul untuk merokok atau sekedar ngobrol ngolor ngidul menghilangkan penat dan lelah bekerja."Sini, duduk," pinta Okhe sambil menepuk kursi yang ada di sampingnya. Sesekali dia memanjangkan lehernya untuk melihat situasi, takut ada Jonathan atau Kaluna yang datang ke sana. Tidak asik rasanya mengosipi orang di depan orangnya langsung, lebih enak mengosip dari belakang biar lebih menusuk!"Apa? Mau apa?" tanya Ibram mulai penasaran dan mengikuti perint
"Dapet kabar dari mana?" tanya Kaluna."Noh." Ibram menunjuk Okhe dengan bibirnya dan langsung saja membuat Okhe salah tingkah.Kaluna mengalihkan pandangannya ke arah Okhe, "Dari mana?" ulang Kaluna sambil berkacak pinggang, entah kenapa tiba-tiba saja dia merasa sakit pinggang mengurusi permasalahan percintaannya. Memang tidak nyambung tapi, itu yang ia rasakan."Gue liat lo, pelukan tadi sama Chef Jonathan manggil lo Yang, dan setahu aku hanya orang yang sedang berpacaran yang bakal manggil seseorang Yang." Okhe memberanikan diri melihat Kaluna.Kaluna mengelus keningnya pelan, dengan pasrah ia berjalan dan duduk di antara Ibram dan Okhe, mungkin ini saatnya ia mengakui hubungan spesialnya bersama Jonathan."Bener?" tanya Ibram sambil mengambil kembali rokok dari saku celananya."Jangan ngerokok dulu, pala gue pusing nyium bau rokok," pinta Kaluna sambil mendorong sejauh mungkin tangan Ibram agar menjauh dari dirinya. Bau rokok membuat Kaluna pusing."Jadi, bener?" tanya Okhe tidak
"Kan aku udah bilang, aku nggak papa kok, Jo," ucap Kaluna sambil berjalan masuk ke dalam rumah Jonathan. "Nggak papa gimana? Aku yang apa-apa," sahut Jonathan sambil menyimpan semua barang-barang miliknya di atas meja ruang tengah. Ia kemudian melihat sekelilingnya untuk memastikan keberadaan Bi Denok. "Tapi, sumpah aku nggak papa kalau seandainya kita nikah aku yang mundur dari kerjaan, aku nggak papa," ulang Kaluna lagi sambil menghempaskan bokongnya ke sofa empuk ruang tv Jonathan."Bahkan aku ngerasa itu lebih baik daripada kuping aku merah dan panas dengerin omongan Okhe, Ibram atau pun orang lain yang kerja di Moon, aku mending mundur dan cari kerja yang lain. Aku yakin kok, skill aku nggak ancur-ancur amat sampai kesulitan cari kerjaan," lanjut Kaluna sambil melihat ke arah Jonathan yang saat ini sedang berjalan ke arah Bi Denok.Entah apa yang Jonathan ucapkan ke Bi Denok sampai akhirnya membuat pembantu itu pergi keluar rumah, Kaluna tidak mau mengambil pusing dengan urusa
Jonathan menggemeretakan giginya saat kejantanannya menggesek ceruk kenikmatan Kaluna yang masih berbalut celana. Jemarinya ia benamkan ke bokong Kaluna yang terasa sangat lembut dan nyaman di tangannya."Yang, jangan bikin perkara stok kondom aku habis," bisik Jonathan sambil berusaha menekan birahinya tapi, percuma gerakan liar Kaluna di atas tubuhnya dan kecupan-kecupan sensual di lehernya membuat Jonathan hanya ingin merobek pakaian Kaluna lalu membenamkan wajahnya di ceruk kehangatan payudara Kaluna.Kaluna terus mengecupi garis leher Jonathan dan bahkan beberapa kali ia meliukan lidahnya di sana dengan gerakan sensual yang membuat Jonatan membelai punggungnya dan berakhir di bagian belakang kepala Kaluna."Yang, kondom aku abis," bisik Jonathan sambil memilin rambut bagian belakang Kaluna dan menariknya pelan hingga membuat wanita itu mendongah. Jonathan seketika itu mengutuki perbuatannya yang menarik kepala Kaluna karena itu membuat ia melihah wajah sendu Kaluna yang penuh den
"Jo!" seru Kaluna kaget dan spontan meletakkan ponselnya di atas ranjang dalam keadaan layar menghadap bawah, "kamu kok bangun?" tanya Kaluna kaget."Kok bangun?" tanya Jonathan, "emang aku nggak boleh bangun? Harus tidur aja gitu, biar kamu bisa chatingan dengan entah siapa ampe cekikikan kaya orang kerasukan?" tanya Jonathan ketus sambil mengambil ponsel Kaluna."Apa sih, Jo," ucap Kaluna kaget karena Jonathan mengambil ponselnya, "balikin sini," pinta Kaluna sambil berusaha mengambil ponselnya namun Jonathan menghalanginya."Chatingan sama siapa sih?" tanya Jonathan kesal seraya beranjak dari posisi tidur ke posisi duduk lalu membuka kunci ponsel Kaluna. Sialnya ponsel Kaluna terkunci dan dengan cepat ia menekan kode kunci ponsel Kaluna yang ia tahu namun salah, "kamu ganti kode ponselnya?" tanya Jonathan makin emosi. Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba Kaluna menyembunyikan sesuatu dari dirinya padahal biasanya kekasihnya itu sangat terbuka."Iya, aku ganti, kan kamu yang suruh buat g
"Kamu di mana? Nggak bakal ke Moon?" tanya Kaluna melalui sambungan telepon."Aku masuk sekitar jam 11 siang, Yang, aku mau ke rumah sakit dulu," ucap Jonathan sambil mengalihkan ponselnya dari kuping kiri ke kuping kanan dan berjalan ke arah rumah sakit."Kamu mau cek up?" tanya Kaluna."Iya, sekalian ambil obat karena obat aku abis dan lagi ini sekalian aku mau masukin tes DNA kamu," ungkap Jonathan santai sambil terus berjalan ke arah meja informasi rumah sakit. "Ah, pantes tadi pagi kamu potong rambut aku sedikit," kenang Kaluna."Iya, pokoknya aku dateng ke Moon jam 11 siang, nanti langsung kita obrolin lagi masalah cara panggang daging pakai alat baru yang kemarin dateng," terang Jonathan yang baru saja membeli alat untuk memanggang daging dengan cara smoke yang baru. "Oke, aku tunggu kalau gitu," sahut Kaluna."Bilang Raka nggak udah nyari aku, aku bakal datang dalam keadaan sehat dan selamat di Moon," ungkap Jonathan yang baru ingat kalau dari tadi Raka meneleponi dirinya da
“Kamu ngapain, Jo?” tanya Kaluna bingung saat mendapati Jonathan sedang berjongkok di depan pintu rumahnya.“Ngapain kamu jongkok di sana? Kamu sakit? Ada yang nggak enak?” tanya Kaluna waswas dan langsung berjongkok untuk memastika keadaan Jonathan.Kaluna langsung merasa bersalah karena pulang lebih dulu dari Moon karena dia harus mempersiapkan beberapa hal di rumah untuk menyambut Jonathan. Walaupun Jonathan hanya datang sendirian ke rumah karena ia sudah yatim piatu tapi, tetap saja tidak elok rasanya bila ia tidak berdandan dan mempersiapkan makan malam untuk Jonathan dan Emma.“Kenapa, Jo? Jangan bikin aku berdebar dong, kamu kenapa?” tanya Kaluna sambil menyentuh kening Jonathan untuk merasakan suhu tubuh Jonathan yang menurutnya terasa normal. “Kenapa sih kamu? Badan kamu nggak panas, kamu salah makan? Keram perut? Kamu kenapa?”“Aku nggak papa dan ….” Jonathan melihat Kaluna dari atas hingga ke bawah, “kamu cantik, ini baju yang aku kasih kan?” tanya Jonathan sambil menyentuh
"Jadi, kamu ke sini itu mau apa, Jo?" tanya Emma sambil menyuapkan sendok yang penuh dengan ice cream vanila ke mulutnya, "kayanya spesial banget ampe-ampe Kaluna bikinin ice cream kaya gini, dia kan rajin masak di rumah kalau ada maunya doang, selebihnya mana mau dia masak. Buat angkat panci di dapur aja, malesnya ampun-ampunan," kekeh Emma."Ibu ...." Kaluna hampir menangis saat Emma memberitahu kebiasaannya di rumah pada Jonathan."Aku juga sama kok, Bu, kalau udah masuk rumah males banget liat dapur. Berasa pusing karena kecapean kerja di dapur seharian," bela Jonathan sambil menyuapkan sesendok es cream ke mulutnya. Enak ... Jonathan selalu tahu Kaluna lebih bagus dibidang pastry dari pada di kitchen, wanita itu lebih handal membuat croissant dari pada membuat rendang. "Lah, kalau sama-sama males terus kalau kalian nikah yang masak siapa? Ya, kali kalian mati kelaparan di rumah," ucap Emma kaget sembari menunjuk Kaluna dan Jonathan bergantian, "nggak lucu kalau tiba-tiba diberit
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend