"Jadi, Pak Jonathan tidak menaiki pesawat?" tanya salah satu pegawai bandara yang saat itu sedang bertugas mencatat semua hal mengenai kecelakan pesawat yang baru saja terjadi."Nggak, saya nggak naik. Saya keluar dari bandara karena ada yang harus saya lakukan," jawab Jonathan tenang sambil memberikan bukti tiket pesawat di ponselnya. "Jadi, Pak Jonathan tidak ada kerugian apa pun?" tanya pegawai itu lagi sambil menuliskan beberapa hal penting di papan jalan miliknya. "Paling saya kerugian barang-barang saya yang ada di bagasi pesawat dan ah ...." Jonathan menepuk dahinya kesal saat menyadari kalau dia kehilangan pisau kesayangannya. "Kenapa Jo?" tanya Kaluna penasaran. "Ada yang salah?""Pisau aku, Yang. Pisau aku ada di dalam koper dan entah di mana saat ini koper aku," ucap Jonathan.Kaluna menepuk bahu Jonathan pelan, "Mending pisau kamu yang ilang, kalau kamu yang ilang bisa stres aku. Udah nanti kalau kamu butuh pakai pisau aku aja, besok aku bawain," sahut Kaluna sambil men
"Nggak Bu, Jonathan baik-baik aja. Dia nggak apa-apa," ucap Kaluna sambil menghempaskan bokongnya di sofa. Ia melihat Jonathan yang keluar dari kamar sambil mengenakan celana pendek dan kaos. "Iya, emang itu Jonathan harusnya naik pesawat yang jatuh itu, tapi, Jonathan nggak jadi naik karena dia kelupaan barang," ucap Kaluna sambil berpikir barang apa yang terdengar sangat penting hingga membuat Jonathan harus meninggalkan pesawatnya selain obat HIV miliknya? Apa?"Nggak tahu, Bu ... Kaluna juga nggak tahu dia ketinggalan apa. Dia belum bilang sama aku dan aku juga nggak mau maksa dia. Dia masih dalam keadaan kaget," dusta Kaluna, sepertinya paling aman saat ini adalah berpura-pura bodoh agar selamat dari berondongan pertanyaan Emma yang baru saja mendengar kabar mengenai pesawat Jonathan dari berita di TV. "Hah? Nggak paham juga jadinya gimana, Bu. Aku sama Jonathan udah ikhlas dan nggak perpanjang masalah apa pun ke maskapainya," terang Kaluna sambil mengusap keningnya yang terasa
Kaluna mendesah saat ia merasakan belaian jemari Jonathan yang menari di punggungnya, gerakkan tangan Jonathan terasa sangat nikmat di kulit dingin Kaluna. Dengan ahlinya Jonathan melepaskan pakaian Kaluna dan melemparkan ke sembarang arah.Mata Jonathan terdiam saat melihat payudara Kaluna yang terlihat menggoda dibalik bra yang menyangah payudara itu dengan sempurna sehingga menunjukkan belahan dada yang membuat setiap inci tubuh Jonathan meraung keras meminta untuk dipuaskan. Jonathan merasakan rasa sakit disekujur tubuhnya, rasa sakit yang hanya bisa disembuhkan oleh sentuhan atau pun kecupan dari Kaluna. "Jo, aku mau ...," bisik Kaluna sambil mengikat rambutnya setinggi mungkin hingga menunjukkan garis lehernya yang terlihat mulus. Kaluna menyentuh tubuhnya sendiri dengan gerakkan sensual yang membuat Jonathan makin menelan ludahnya sendiri. "Mau apa?" goda Jonathan dengan suara parau seraya mengusap kembali punggung Kaluna dan saat berada dibelakang tali bra Kaluna, dengan ahl
Kaluna saat ini sedang bergelung di dada Jonathan, mereka sedang menonton TV yang sedang menayangkan berita pesawat yang harusnya Jonathan naikki."Saat ini kami sedang mewawancarai salah satu dari keluarga korban bernama ...."Kaluna memalingkan mukanya dan membenamkannya di dada Jonathan. Entah kenapa ia merasa sangat ngilu melihat berita tersebut karena bisa saja dirinyalah yang menjadi salah satu korban di sana. Bisa saja ia yang saat ini masih menangis meraung-raung karena kehilangan Jonathan. "Kenapa?" tanya Jonathan sambil menarik selimut dan menutupi dada Kaluna, "dingin?" tanya Jonathan."Nggak, badan kamu anget jadi aku nggak berasa dingin," sahut Kaluna sambil merapatkan tubuhnya yang telanjang di badan Jonathan."Terus kamu kenapa? Mau aku bawain baju?" tanya Jonathan sambil beranjak dari duduknya, walaupun sejujurnya ia lebih suka Kaluna tidak mengenakan pakaian sehelai pun. "Nggak, aku cuman ngilu aja ngeliat beritanya," bisik Kaluna sambil menarik selimut untuk menutu
Jonathan menyentuh dahi Kaluna dengan tatapan tak percaya, "Kamu nggak sakit kan? Atau kamu kekenyangan makan tadi? Atau kepala kamu kepentok?" tanya Jonathan sambil melihat seluruh badan Kaluna dengan seksama. Kaluna tertawa renyah saat mendengar perkataan Jonathan, "Aku sehat, Jo. Kenapa? Aneh yah, kalau perempuan duluan yang ngajak nikah?" tanya Kaluna sambil menarik selimut untuk menutupi dadanya, entah kenapa ia tiba-tiba merasa dingin setelah menjauh dari tubuh Jonathan yang hangat. "Nggak aku cuman ...." Jonahthan masih dalam mode kaget karena bingung harus seperti apa menanggapi ucapan Kaluna. Aneh rasanya diajak menikah oleh Kaluna, walaupun ini bukan pertama kalinya ia diajak menikah oleh seorang wanita. Pertama dengan paksaan oleh Gendis dengan dalih Gendis hamil dan yang kedua oleh Kaluna."Ya udah, nggak usah diinget. Anggep aja aku ngawur," sahut Kaluna sambil tersenyum kecut karena ajakannya tidak dijawab atau bahkan dianggap serius oleh Jonathan. Kaluna pun tidak bis
"Aduh, Lun ... kamu pake baju yang bener dong, masa berantakan gitu," protes Emma saat melihat Kaluna keluar dari kamar ganti yang disiapkan oleh keluarga Om Bekti. Kaluna mencoba menarik-narik bagian dada bajunya, "Ibu salah beli ukuran ini, dadanya sesak." Giliran Kaluna yang protes karena Emma salah membeli baju, "dada aku nggak sekecil ini," protes Kaluna sambil mencoba melonggarkan bagian dadanya sambil terus menariknya."Rusak dong payetnya, Lun." Emma berjalan mendekat ke arah Kaluna sambil mencoba membantu permasalahan baju Kaluna, "kamu gendutan?"Mendengar perkataan Emma membuat Kaluna menekuk mukanya kesal, "Ibu! Aku nggak gendutan tapi bajunya yang kekecilan.""Yakin timbangan badan kamu nggak naik?" tanta Emma lagi sambil mencoba menutupi celah-celah yang menganga di antara kancing-kancing di dada Kaluna."Ibu, ini bukan salah badan aku tapi, salah bajunya," rengek Kaluna gemas, rasanya ia tidak terima disebut gendut oleh Emma. Tubuhnya kecil dan bahkan terakhir dia meni
"Ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya pegawai toko yang baru saja mengambilkan gaun untuk Kaluna.Jonathan yang sedang duduk dan menunggu Kaluna berganti pakaian hanya melirik sekilas ke arah pegawai toko yang sedang tersenyum pada dirinya, "Nggak ada, Mbaknya tunggu aja calon istri saya selesai atau butuh sesuatu," jawab Jonathan sesopan mungkin dan tanpa terlihat ketus."Oh baik," sahut pegawai toko itu sambil terus melihat Jonathan dengan seksama seolah wajah Jonathan adalah suatu teka teki silang yang harus segara ia ketahui jawabannya. "Kenapa, Mbak? Ada yang salah sama muka saya?" tanya Jonathan risih karena dilihat sampai sebegitunya oleh orang tidak dikenal."Ah nggak, cuman ... cuman ... maaf," ucap pegawai toko itu sambil tersenyum, "Mas-nya artis?"Jonathan hanya bisa tersenyum, tidak bisa dipungkiri pekerjaan sebagai seorang selebritis chef membuat ia mau tidak mau dikenali oleh orang lain. Lelah tapi, sudah resiko pekerjaannya, "Bukan, Mbak ... saya bukan artis.""Tapi,
"Kamu," cicit Kaluna dengan tubuh bergetar, matanya membulat dan entah bagaimana rasanya lututnya ikut bergetar. Kaluna hanya bisa mematung menatap lelaki yang terus berjalan mendekati dirinya."Kapan terakhir kita ketemu?" tanya pria itu sambil terus berjalan mendekati Kaluna dengan langkah yang sedikit diseret.Kaluna hanya berjuang untuk bernapas dan mengenyahkan rasa takutnya. Entah mengapa berkali-kali ia bertemu dengan pria itu tapi, berkali-kali juga tubuhnya bergetar hebat dan rasa ketakutan menyergapnya tanpa ampun hingga membuat ia ingin secepatnya pergi dari sana meninggalkan pria yang harusnya menjadi seseorang yang menjaga dirinya, seseorang yang menyayanginya dan seseorang yang menjadi cinta pertamanya. Pamungkas."Ah, terakhir pas kamu minta izin buat nikah tapi, nggak jadi?" ucap Pamungkas santai tanpa sadar kalau kehadirannya membuat Kaluna ketakutan, tanpa sadar kalau dirinya sudah menjadi sebuah trauma bagi anak kandungnya sendiri."I-itu ...." Suara Kaluna seolah m
"Why?" tanya Jonathan kaget karena Kaluna dengan cepat menjawab pertanyaannya tanpa menunggu jeda atau apa pun juga."Ibu sama siapa, Jo, kalau aku pergi," ucap Kaluna sambil menyuar rambut hitam tebal Jonathan. "Kalau aku pergi, nanti Ibu yang jaga siapa? Kebayang nggak kalau aku pergi tiba-tiba aja Tante Frida dan Eyang Sekar bikin ulah lagi, siapa yang jaga Ibu?""Tapi kan, mereka sudah berjanji nggak bakal ganggu kamu dan keluarga kamu." Jonathan mencoba mengingatkan Kaluna kalau Sekar dan Frida sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak menggangu Kaluna dan Emma karena Kaluna sudah melepaskan semua hak warisnya atas kekayaan dari Pamungkas."Untuk Eyang Sekar aku yakin dia nggak bakal bikin ulah." Kaluna tiba-tiba kembali mengingat pertemuan terakhirnya dengan Sekar di mana nenek tua itu menangis sambil memeluknya dan meminta maaf atas segala kesalahan yang ia perbuat dulu. Sebuah kesalahan yang menorehkan luka sangat dalam bagi Kaluna, sebuah kesalahan yang hampir membua
"Screw you!" maki Jonathan saat Raka kembali mengangat telepon dari dirinya. Hampir pecah kepala Jonathan saat mendengar perkataan Raka yang akan memecat dirinya dan ditambah sudah hampir lima belas menit Raka mengabaikan teleponnya."Cool man," ucap Raka santai sambil menahan tawanya karena dia tahu kalau ia sudah membuat Jonathan murka."Cool? Are you fucking kidding me, Raka!!""Chill oi ... sabar, santai ....""Orang gila mana yang tetep santai saat tahu kalau dirinya dipecat dari tempat dia bekerja? Hah? Orang gila mana? Mana semua resep, bahan dan cara kerja udah lo ambil semuanya!" Jonathan bukan takut tidak berpenghasilan bila dia dipecat dari Moon.Jujur bagi Jonathan untuk kembali membuka restoran dan mencari pekerjaan lain semudah menjentikan jari, sudah banyak pemilik restoran dan hotel-hotel bintang lima yang mau memperkerjakan dirinya. Tapi, yang Jonathan kesal adalah hampir semua resep, cara masak dan fondasi Moon itu adalah hasil buah pikirannya. Anggaplah Moon adalah
"Udah bangun?" tanya Jonathan saat melihat Kaluna membuka matanya, tanpa sadar ia tertawa melihat Kaluna memicingkan matanya karena sinar matahari yang ada si belakang Jonathan."Ah ... mataharinya, Jo," rengek Kaluna manja sambil menepuk dada Jonathan, "kamu kebiasaan deh nggak pernah rapet nutup jendela." Kaluna menarik selimut lalu menutupi wajahnya. "Jangan tidur lagi, Yang," pinta Jonathan sambil menarik selimut Kaluna dan langsung tertawa keras saat melihat raut wajah marah istrinya itu, "kenapa? Ayo bangun, Yang ... ini udah jam sembilan. Malu sama matahari," kekeh Jonathan."Ngantuk, Jo ... sumpah ngantuk banget, kamu sadar nggak sih kalau kita itu baru tidur empat jam," ucap Kaluna sambil melirik Jonathan dan mengembikkan bibirnya karena masih merasa ngantuk.Sumpah tubuh Kaluna saat ini lelah bukan main, rasanya setiap sendi di tubuhnya meminta Kaluna untuk terus berada di ranjang dan kelopak matanya meminta Kaluna untuk kembali tidur tapi, sialnya Jonathan benar-benar meng
Kaluna mendesah saat jemari Jonathan menyusup ke dalam pakaian dalamnya dan mengusap bagian paling sensitif miliknya hingga tanpa sadar ia merenggangkan kedua kakinya untuk menerima sentuhan Jonathan yang selalu membuat dirinya melentingkan tubuh."Yang bisa buka?" tanya Jonathan sambil sesekali mengecupi garis leher Kaluna dengan lembut seolah itu adalah benda yang harus ia sentuh dengan sangat hati-hati.Kaluna yang limbung kerena gulungan kenikmatan yang Jonathan berikan berusaha untuk melepaskan kancing-kancing pakaiannya dengan susah payah, tanpa sadar dia mengutuki kancing-kancing bajunya yang cantik namun sulit untuk terlepas, "Susah," bisik Kaluna.Setelah Kaluna berkata ia merasakan jemari Jonathan keluar dari tubuhnya, menghentikan gerakan erotis nan manis yang membuat Kaluna merasa kecewa karena tidak lagi tergulung dalam kenikmatan yang membuat birahinya meraung. "Jo," desah Kaluna sambil menatap wajah Jonathan yang saat ini sedang menatapnya, tanpa sadar ia mendekatkan w
"Jo, ini kita mau kemana sih?" tanya Kaluna yang kesal bukan main karena sudah duduk di dalam mobil selama hampir dua jam dan sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda kalau mobil itu akan berhenti."Bentar lagi sampai kok, Nyonya ... tenang saja tempatnya bagus," ucap Bli Wayan yang hanya bisa tersenyum mendengarkan pertanyaan Kaluna yang entah sudah keberapa puluh kali diucapkan oleh wanita yang saat ini menatapnya dengan kesal."Bagus sih bagus, Bli, tapi kenapa ini kayanya jauh banget tempatnya, tepos pantat aku yang ada," gerutu Kaluna sambil menggerakkan pantatnya ke kanan dan ke kiri karena sudah mulai merasa sakit. Nasib pantat tepos."Mana yang sakit?" tanya Jonathan sambil menyelipkan tangannya ke punggung Kaluna dan bergerak turun ke arah bokong Kaluna."Aw ... Jo, sakit," pekik Kaluna sambil membulatkan matanya dan menahan tangan Jonathan, "jangan dicubit," rengek Kaluna manja."Sini aku pijitin," ucap Jonathan santai tapi sumpah demi apa pun Kaluna dapat melihat tatapan p
"Kenapa?" tanya Jonathan dari balik kacamata hitamnya yang membuat ketampanannya melonjak naik."Nggak," sahut Kaluna sambil membenarkan posisi duduknya. Saat ini mereka sudah berada di pesawat salah satu maskapai penerbangan komersil Indonesia. Sesekali Kaluna melihat ke arah jendela pesawat yang sudah terlihat awan putih yang menandakan mereka sudah berada di ketinggian yang cukup untuk melepaskan sabuk pengaman, "aku mau ke kamar mandi."Jonathan menggeleng sambil menahan tangan Kaluna, "Nggak ... kamu kenapa? Dari tadi malem kamu gelisah terus bahkan kamu tidur pun gerak mulu." "Aku mau ke kama ...." Kaluna menghentikan ucapannya saat melihat Jonathan melepaskan kacamata hitam dan menatapnya tajam, "Jo.""Duduk," perintah Jonathan dan langsung diikuti oleh Kaluna. Selama beberapa menit mereka saling diam dan tidak berkata apa pun juga, hanya terdengar suara sekitar mereka saja."I am waiting, Yang." Jonathan memecahkan kesunyian sambil melirik ke arah Kaluna, mencoba menjelaskan
"Kenapa lagi?" tanya Cakra saat melihat Karin dan keamanan hotel berada di dekatnya."Saya menemukan Bu Karin ingin membobol salah satu laci di ruangan kerja Bapak, Bapak selalu minta saya untuk menjaga laci di ruangan Bapak dan meminta tidak boleh ada yang membukanya tanpa terkecuali. Jadi, saya mohon maaf tadi saat saya lihat Bu Karin mau membuka laci dari CCTV langsung saya amankan, Pak," ucap keamanan hotel sambil melirik Karin yang terlihat marah."Saya ini istrinya, kamu nggak berhak buat memperla—""Terima kasih Pak, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik. Sekarang biar saya urus dia sendiri, silakan kembali bekerja." Cakra mengabaikan perkataan Karin sambil meminta keamanan hotel pergi meninggalkan mereka."Aku duluan pulang, yah," ucap Kaluna sambil menepuk bahu Cakra, "bareng dia juga," lanjut Kaluna sambil menunjuk Gendis yang terlihat sedang mengutak atik ponselnya seolah memiliki dunianya sendiri."Kenapa ada itu lonte?" tanya Karin.Kaluna yang bersiap pergi langsung
"Kamu jangan lupa minum obat," ucap Kaluna sambil menutup pintu mobilnya dan berjalan ke arah pintu depan hotel."Iya, aku minum bentar lagi dan kamu udah konsultasi ke Dokte Fina?" tanya Jonathan melalui sambungan telepon."Udah, cerewet," jawab Kaluna sambil menahan tawanya karena sudah semenjak ia membuka matanya Jonathan terus mengingatkannya untuk konsultasi dan melakukan check up ke Dokter Fina."Bener udah? Kalau kamu bohong aku telepon Dokter Finanya," ancam Jonathan."Sono telepon, sekalian datangin hari ini," tantang Kaluna, "kamu kan emang ada janji sama Dokter Fina buat nanti sore jam lima. Aku tahu karena tadi Dokter Fina bilang kamu ubah jadwal konsultasi.""Salahin si Raka sialan ini yang maksa banget buat ketemu dan entah apa lagi yang mau dia bahas padahal dia udah aku kasih semuanya. Bahkan aku udah pilihin sous chef yang normal bukan si Rahmat Mcflurry," maki Jonathan yang kesal karena hari liburnya terganggu karena Raka."Ampun deh aku suka ngakak kalau inget si Ra
Kaluna memekik keras saat ia merasakan jemari Jonathan memasuki dirinya, bergerak dengan ahlinya hingga membuat ia menahan ledakan kenikmatan di bagian paling kecil tubuhnya yang menjalar dengan liat ke seluruh tubuh."Jo ... ah, bisa kamu pel — ah, Jo," desah Kaluna saat ia dibuat pusing karena digulung kenikmatan dari gerakan jemari Jonathan yang selali bisa melambungkan birahinya hingga ketitik tertinggi.Jonathan mencumbu bibir Kaluna untuk membungkam mulut istrinya yang terus mendesah dengan suara paling sensual yang ia dengar. Dengan ahli Jonathan mengecupi rahang Kaluna dan bergerak turun ke arah payudara Kaluna.Birahinya tercambuk sempurna saat ujung lidahnya menyentuh puting payudara Kaluna yang sudah mengeras, seolah sudah menunggu untuk Jonathan puja. Lidahnya bergerak liar nan sensual untuk memberikan kenikmatan bagi Kaluna, sesekali Jonathan menggigit dan menyesap payudara Kaluna. Memujanya.Kaluna hanya bisa menengadahkan kepalanya dan melentingkan tubuhnya saat ia mend