Share

Senyum Bahagia Maharani
Senyum Bahagia Maharani
Penulis: tresnoasih

My Name Is...

Penulis: tresnoasih
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-28 07:41:24

“ assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuuh”. 

 “Mari kita mulai rapat ini dengan membaca basmalah”. Seisi ruangan mengikuti instruksi Haji Mahmud malam ini. 

 “ Sebelum kita memulai pembahasan kita pada rapat bulanan, perkenalkan ada pengasuh baru di asrama kita yang berasal dari dataran tinggi. Untuk lebih lengkapnya silahkan memperkenalkan diri. Padanya saya persilahkan pengasuh baru”.

 Haji mahmud meghentikan pembicaraannya kemudian dilempar ke aku. 

 Huuuh main lempar aja nih, kaya kiper memberikan bola ke temannya. 

 Ok. Baik!

 Tarik nafas dalam dalam… dan keluarkan perlahan. Tapi jangan sampai keluar dari bawah. 

 "Huft baru kali ini aku memperkenalkan diri di hadapan banyak orang setelah dulu memperkenalkan diri pas acara mos. Biasanya memperkenalkan diri di depan satu orang. Paling mentok tiga orang nggak lebih". Sambil memajukan mulut beberapa centi, Maharani menggerutu dalam hati.

 Lah ini, lebih dari sepuluh orang dan pemirsanya bukan orang biasa. Melainkan setara dengan Haji Mahmud semua. Setara maksudnya orang-orang berpangkat semua gitu.

 Yaaah… keluar nih yang namanya mahluk grogi. Paling tersiksa kalau lagi grogi. Semua isi yang ada di otak hilang. Sekalian otak otaknya, lenyap di bawa kabur yang namanya grogi.

 Deg..deg….deg…

 Jantungku rasanya lebih cepat sepuluh persen dari biasanya. 

 Mulai. 

 Nama saya “ Saraswati Maharani, saya dari Temanggung”. 

 Cukup!

 Dua kalimat saja yang aku keluarkan tidak banyak. Takut nanti otaknya hilang kalau kelamaan. 

 Tarik nafas lagi…..ambil dan….. keluarkan yzng pasti tidak dikeluarkan dari belakang dong ya… 

 Tentunya ku sisipi senyum termans yang bisa kupersembahkan. Senyum itu adalah senyum termanis sepanjang masa. Hahaha

 Howeeek muntah mungkin mereka seisi ruangan kalau denger hehee.

 Rapat dilanjutkan dengan membahas sesuatu yang aku sendiri tidak tahu maksud dan tujuannya. Karena aku baru dan butuh adaptasi. 

***

 Udara malam kali ini sangat menusuk. Dingin banget. Meski rapat di dalam ruangan, angin berhembus masuk tanpa permisi. Satu persatu peserta rapat menghangatkan tubuhnya masing dengan caranya masing-masing pula. 

Malam semakin larut.

Jam dinding mengarahkan jarum panjangnya di angka enam dan jarum pendek berada di tengah-tengah angka sebelas dan sepuluh. 

 Huuups.. jam segini aku belum tidur. Ngantuk berat om. 

 Biasanya jam tujuh udah sampai ameriki.  

 Ibarat batre hp, tinggal sepuluh persen. Redup banget. Tapi kok ya… belum selesai-selesai. 

 Ditengah-tengah ngantuk beratku, ada mas-mas yang menatap ke arahku. Tanpa sengaja aku membalas tatapan itu. Dan… senyum pun tersungging dari bibirnya. 

 Eits… jangan ge er dulu cin, siapa tahu mas-masnya senyum sama sampingmu. Nah lho…. Mati kutu lu…

 Sejurus kemudian mbak-mbak sampingku membuka percakapan. Mungkin penangkal ngantuk kali ya....

 “Namanya siapa mbak tadi aku datang terlambat”. Tanya mbaknya untuk memulai pembicaraan. 

 “Panggil aja Rani mbak”. 

 “Kalau mbaknya siapa namannya?”. Balasku.

 “Laras”. Jawabnya singkat.

 Cukup sampai disitu perkenalan aku dan mbak Laras. Kirain mau ngobrol banyak banget eeee ternyata udah sampai disini. 

 “Alamat. Ngantuk lagi”. 

 Setelah ngantuk tingkat dewa hinggap dimataku, akhirnya kata-kata

 “Mari kita tutup dengan bacaan hamdalah”, kudengar juga. rapatpun selesai.

 Sudah menjadi tradisi di APPI (Asrama Perguruan Putra Putri Islam) kalau sebelum rapat makan dulu, sisanya di akhir rapat yang belum makan masih diberi kesempatan. 

 Kata mbak-mbak sampingku tadi biasanya yang sering makan terlambat adalah pengawas asrama. Jabatannya lebih tinggi dari Haji Mahmud. 

 “ Oh”, mengangguk sedikit paham.

 Setelah semua selesai makan, beres-beres deh. Itu artinya waktunya  cuci piring. 

 Ditengah-tengah beres-beresku, ada bapak-bapak setengah baya yang sengaja ingin tahu tentang aku. 

 “Mbak e baru?”

 “Iya pak”.

 “Asalnya mana, Temanggung?”

 “Iya pak”.

 “Wah, tembakau dong… beesok bawa yang banyak ya.. satu karung mungkin. Atau satu truck”. Hehehe sambil tertawa renyah. 

 “Hehehe iya pak”. Jawabku enteng.

 “Garuk-garuk kepala sambil melirik. tembakau satu truck? tembakaunya siapa yang mau ku culik? tembakau pak lurah?. Pak lurah aja nggak panen tembakau. 

 “Temanggung pemandangan alamnya bagus banget lho, di Posong”. Terdengar suara dari arah belakangku. Setelah ku toleh bapak-bapak setengah baya juga. ada sedikit kumis tipis yang bertengger di bawah hidungnya. 

 “Oh, iya pak, bagus banget. Apalagi kalau pagi dan sore hari”. Jawabku sok tahu. 

 Nggiiiingggg….. nggiiiinggg….Pluuuk……

nyamuk lewat didepanku takkan kubiarkan berumur lebih panjang. 

 Nyengir. Bapaknya yang bukan orang Temanggung sudah pernah ke Posong. Aku yang lahir Temanggung tulen belum pernah lihat langsung seperti apa sih posong itu. Haduh mengenaskan. Kaya gini mau jadi duta wisata. Nggak laku. 

 “Mbak e kuliah?”.  Pak kumis tanya lagi.

 “Inysaallah masuk tahun ini pak”.

 Setelah semua selesai, saatnya kembali ke pulau kapuk dan bermimpi indah. Selamat malam duania baru.  

 Yah. Ini duniaku sekarang. Menjadi pengasuh salah satu asrama yang ada di Yogyakarta. Sebuah kebanggan tersendiri. Pastinya aku akan mendapatkan pengalaman baru. Pengalaman itu belum pernah aku rasakan sebelumnya. 

 Konon anak-anaknya bervariasi, yah, namanya juga anak-anak. hehehe, nggak sanggup membayangkan kedepannya nanti. Hidup bersama anak-anak dan membimbingnya. 

 Mudah-mudahan kuat dan berhasil amin.

 Tidur dulu. Hoamzz 

 Zzzzzzzzz 

Bab terkait

  • Senyum Bahagia Maharani   Asrama

    Hajah Sriyani melihat sesosok anak kecil yang tengah mengamen di lampu merah. Ada rasa iba dalam diri Hj Sriyani. Rasa iba Hj Sriyani tidak hanya sekedar iba seorang pengemudi jalan dengan pengamen, ada yang lain dalam diri pengamen tersebut. Dari situ Hj Sriyani ingi Suatu hari Hajah Sriyani menyempatkan diri melintas di lampu merah tempat dimana pengamen tersebut berada. Tidak sulit bagi Hajah Sriyani untuk menemukan pengamen itu. setelah di negosiasi akhirnya pengamen tersebut bersedia untuk di interogasi, eits… menyeramkan bukan interogasi, tapi di tanya. Hehehe. Dari hasil wawancaranya dengan sang pengamen Hajah Sriyani mendapatkan data sebagai berikut. Dari data yang diperoleh, nama anak itu adalah Cahyo Adi Saputro Jika ditanya alamat anak itu akan menjawab Klaten (saat ditanya alamat lengkapnya Cahyo kebingungan menjawab. Sepertinya sudah lama banget tidak pulang kerumah)Usia Cahyo empat belas tahun

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Senyum Bahagia Maharani   Haji Mahmud's Family

    Haji Mahmud Soleh tipe orang supel dan ramah. Salah satu bukti nyata kesupelan beliau adalah saat punya hajat nikahan, yang datang orang dua gedung. Bayangkan, biasanya hanya satu gedung ini dua gedung hehe. Nggak usah dipikir, nanti kurus.Maksudnya orang yang diundang satu gedung kapasitas seribu orang di hajatan Haji Mahmud duaribu orang jadi dua gedung deh, heheheLanjutHaji Mahmud bersikap ramah kepada siapa saja. Termasuk dengan anak kecil sekalipun. Beliau merangkul semua kalangan. Baik dari kalangan pejabat maupun bukan pejabat. Ketika berbicara akan melihat siapa lawan bicaranya.Pokoknya super deh…“ andai saja ayahku Haji Mahmud”. Pikiran nakalku mampir ke otak.Ups!! Tampar pipi kanan tampar pipi kiri.Tidak boleh menghayal yang tidak mungkin terjadi.Beliau pernah menjabat menjadi dekan pada fakultasnya. Saat beliau menjabat jadi dekan, fakultas yang beliau

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Senyum Bahagia Maharani   Mayra Sang Jagoan

    Mayra tidak akan pernah menyangka jika dirinya akan bisa sekolah sampai jenjang SMA. Anak pelosok Kebumen ini tinggal di APPI sejak usia Sekolah Dasar, lebih tepatnya kelas tiga. Dulu di desa May (begitu sapaan akrabnya) ada penawaran sekolah masal. Sekolah massal itu gini, anak-anak nanti akan sekolah di luar daerah bareng-bareng.“Bagi siapa saja yang ingin sekolah silahkan datang ketempat pak lurah”. Begitu pengumuman dari petinggi desa setempat. Dengan senang hati ibu Mayramendaftarkan anaknya ditempat pak lurah. Dan ternyata peminatnya cukup luar biasa banyak. Akhirya seluruh anak yang minat sekolah dibawa ke tujuan masing-masing. Kebetulan Mayra nyangkut di APPI. Nyangkut… kayak jemuran kebawa angin ajah. Dan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar Mayra meninggalkan kampung halaman demi menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Alasan utama ibu Mayra untuk mendaftarkannya ke pak lu

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Senyum Bahagia Maharani   Anggi yang Menguras Pikiran

    Anggi ini kelas dua SMP. Di sudah sejak kecil ditinggalkan ibunya. Dia hidup dengan adik dari ayahnya. Karena ayah terlalu sibuk untuk mengurusi Anggi sendiri.“ Mbak, nitip Anggi ya, saya berharap nantinya Anggi bisa menjadi anak yang baik. Kalau dirumah kerjaannya nonton tv terus mbak”.“Iya buk, kami akan bantu sebisa mungkin dengan sekuat tenaga. Mohon doanya juga buat mbak Anngi. Dengan di ditempatkannya mbak Anggi di APPI bisa menjadi anak yang lebih baik sebelumnya”.Meskipun bukan pondok, APPI juga berusaha mendidik anak-anaknya menjadi anak yang sholih sholihah,berbakti kepada orang tua. Berguna bagi nusa, bangsa dan agama.Cieh… kayak lampiran di acara aqiqohan anak ajah.Teringat saat setahun yang lalu saat buleknya Anggi menitipkan kepada kami. Rasanya tidak menyangka jika sekarang dia akan meleset dari jalur. Anggi yang dulu bukan Anggi yang sekarang. Dia sangat berbeda dengan saat pertama kali datang

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Senyum Bahagia Maharani   Tingkah Vita yang Super

    Vita ini anak orang kaya. Bapaknya salah satu anggota TNI. Asli Yogyakarta. Ayah sekarang tugas di Kalimantan Barat. Bersama adik dan ibunya ayahnya tinggal di Kalaimantan. Sedangkan Vita di Yogyakarta bersama saudara dari ayahnya.Alasan Vita ditinggal di Yogya adalah agar tidak berkali-kali pindah sekolah. Selama kelas dua SMP sudah tiga kali pindah sekolah. Ini yang ketiga kalinya. Ayahnya nggak mau nanti Vita ketinggalan gara-gara sering pindah sekolah. Dan juga ayah memikirkan sikap Vita yang kurang supel terhadap orang. Jadi terlalu susah untuk adaptasi.Dia ke APPI atas kemauan orang tua. Apapun yang Vita minta selalu di kasih. Uang spp sekolah tiga tahun dibayar lunas sudah. Uang asrama tiga tahun dibayar luas sudah.Supel sekali… pak Mariono hoho…. Bukan pak Mario Teguh. Karena orang terlalu kaya apa aja yang di inginkan tinggal di kedipin aja. Nanti datang sendiri. Hush… sulap kaleee.sekali kedip bisa terwujud. ***

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-29
  • Senyum Bahagia Maharani   Tingkah Salwa

    Salwa tinggal di asrama karena keinginannya sendiri. Bukan karena paksaan. Dia memilih tinggal di asrama karena sekolahnya dekat dengan asrama dan yang jelas sekolah salwa satu yayasan dengan APPI.Si Salwa yang sedikit berisi badannya, ia selalu ceria memberikan warna tersendiri bagiku. Dia tidak pernah mebantah apa yang diperintahkan pengasuhnya. Dia juga tidak pernah melanggar aturan-aturan asrama.Salwa sekarang kelas dua SMK. Kebetulan di sekolah salwa hanya ada dua jurusan. Masak dan menjahit. “Hah? Masak aja pake sekolah. Aku nggak sekolah bisa masak”. Celetuk si Nisa anak kelas satu SMP.“Masaknya disekolah itu bukan sekedar masak biasa seperti ibumu yang masak. Kalau ibumu yang masak mentok-mentoknya gulai ayam. Ini sekolah masak nantinya masakan di jual. Diajarin juga cara jualnya gimana kalau disekolahku. Yang dimasak juga bukan cuma masakan-masakan standar. Masakan internasional juga nasional dipela

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Senyum Bahagia Maharani   Tingkah Nia

    Nia Saraswati. Anak semata wayang dari ibu Suminah ini masuk ke APPI karena keinginan ibunya. Ibu dan ayahnya sudah berpisah sejak Nia berumur tiga tahun. Sejak itu ibunya kerja keras banting tulang untuk menghidupi keluarganya.Ahhh tulang di banting-banting. Nggak kasihan tuh. Rusak nggak ada yang produksi tuh.Hoho… nggak ada maksud.Lupakan saja.Sejak saat itulah Nia dirawat neneknya. Sejak dirawat nenek, Nia selalu dimanja. Apapun yang diminta Nia, selalu di turuti. Dengan prinsip neneknya “apapun dikasih yang penting anaknya nggak nangis” Nia menjadi anak yang selalu ingin dituruti segala permintaannya.Namun kali ini masuk APPI menjadi keputusan ibunya. Hanya ibu yang dia takuti petuahnya. Karena takut jika tidak dikasih uang.Makdsud ibunya masukkan ke APPI agar Nia bisa menjadi anak yang tahu aturan dan bisa menjadi anak yang dapat dibanggakan orangtua. Tahu at

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • Senyum Bahagia Maharani   Apa Salahku

    "Dasar pengasuh nggak bener!!! Keluar kamu Maharani"."Anak saya nggak pacaran dikiranya pacaran"." Jadi pengasuh yang bener dong!!! Teriaknya lagi."Nggak pecus!!"Teriakan demi teriakan menggema di halaman rumah Haji Mahmud.Tidak ada aba-aba, kami yang sedang beraktifitas seperti biasa dikagetkan dengan teriakan Bu Suparmi yang sedari tadi diselimuti amarah.Hajah Sriyati yang sedang membereskan beberapa alat dapur mendekat ke sumber suara karena penasaran."Maaf Bu, ada apa ya, kalau ada masalah kita selesaikan baik-baik, nggak enak kalau teriak-teriak begini." dengan nada lembut Hajah Sriyati menyapa bu Suparmi."Masuk dulu bu, biar sedikit adem". Perintah Hajah Sriyati.Tanpa penolakan, Bu Suparmi sedikit meredupkan cahaya amarahnya yang sejak tadi membara."Bu, anak saya kenapa dituduh pacaran? Saya menyekolahka

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03

Bab terbaru

  • Senyum Bahagia Maharani   Empat Belas Kilometer ( tiga)

    Empat Belas Kilometer (tiga)Liku-liku menjadi setrika jalanan(karena setiap hari melewati jalan yang sama hingga disebut setrika jalanan) banyak banget suka dan dukanya meski baru tiga tahun berjalan.Suatu malam, aku pulang sendirian. Pulang malam karena kelas berakhir jam 18.45. Otomastis matahari sudah kembali ke peraduannya.Bergantidengan gemintang yang menjadi cahaya temaram teman pejalan malam seperti Maharani.Jika beruntung, sedang bulan purnama misalnya. Sorot cahaya malam dari bulan akan menambah syahdu perjalanan mengayuh sepeda onthel.Malam ini beruntung sekali. Hujan turun sejak siang hari. Dikiranya akan reda jika malam telah tiba.Minimal ketika Rani menyelesaikan kelasnya dan pulang.Maharani tipe mahasiswi yang kupu-kupu. Alias kuliah pulang, kuliah pulang.Sama seperti hari-hari biasa, setelah kelas berakhir jam berapapun Rani akan langsung pulang.Meski jarum jam yang panjang ber

  • Senyum Bahagia Maharani   Empat Belas Kilometer (dua)

    Empat Belas Kilometer (dua) Setiap hari Rani menyusuri jalanan padat merayap. Jalan utama menuju kampus. Dengan mengayuh sepeda imutnya, ia berjalan dengan kecepatan sedang. Bisa menghabiskan tiga puluh menit di jalanan jika ia mengayuh santai. Jika lebih santai bisa-bisa sampai empat puluh lima menit. Seringnya Maharani menikmati perjalananya. Kecuali sedang musim penghujan. Jika musim hujan datang, hujan turun tidak bisa di prediksi apalagi di minta. Kadang di tengah perjalanan berangkat ke kampus tiba-tiba hujan. Yang sedih adalah dalam perjalanan berangkat ke kampus tiba-tiba hujan. Sebelum berangkat tidak ada tanda-tanda untuk hujan. Maka persiapan tidak ada sama sekali. Yang ada basah kuyup sekujur tubuh. Alhasil, sebelum masuk kelas berjemur dulu. Jika cuaca telah berubah. Jika tidak, bergegas mencari teman yang tempat kosnya dekat dengan kampus untuk mencari pinjaman baju. Mom

  • Senyum Bahagia Maharani   Empat Belas Kilometer (satu)

    Empat Belas Kilometer (satu) Pagi ini cerah sekali. Tepat di pukul delapan pagi matahari mulai meninggi. Langit biru cerah. Terik matahari menembus sela-sela kehidupan bumi. Pagi yang cerah bisa menambah semangat hidup para penduduk bumi. Tak terkecuali bagi Maharani, mahasiswi semester empat yang setiap kuliah menggunakan alat transportasi sepeda onthel. Jarak antara asrama ke kampus tujuh kilometer. Jika pulang pergi tinggal di kali dua aja. Jadi, jika Maharani setiap hari masuk kuliah, berarti dia akan menempuh jarak tujuh kilometer di kali dua, yakni empat belas kilometer. Lumayan lah, itung-utung olahraga haha. Setiap pagi, jika cerah seperti pagi ini. Rani bergembira menempuh perjalanan dari asrama ke kampus. Ditemani oleh cerahnya langit biru. La la la la la. Sambil mengusir sepi, dalam perjalanan Rani bernyanyi sendirian. Jika ada yang dengar seperti orang gila haha. D

  • Senyum Bahagia Maharani   Rombongan Bar bar

    Rombongan Bar bar. "Rani, nanti malam akan ada rombongan dari Sumatra satu bus menginap di sini. Tolong siapkan kamar lantai dua untuk menginap tamu-tamu itu. Oh iya, kasih tau juga pengasuh putra untuk membersihkan aula. Biar nanti yang laki-laki tidur di aula". Lagi, dan lagi ibuk memerintah Maharani setelah selesai sholat jamaah subuh. Ibuk selalu memerintahnya karena beliau menggap Rani adalah pengasuh yang paling cekatan diantara pengasuh yang lain. Apa yang di perintahkan oleh ibuk akan langsung dikerjakan oleh Maharani. Berbeda dengan pengasuh lain yang mungkin, dengan segera mereka kerjakan namun ritme kerjanya kurang cepat. Sementara ibuk menginginkan pekerjaan yang ada di hadapan mata ya harus dikerjakan dengan segera. Supaya tidak menumpuk dan tertimbun dengan kerjaan yang lain. Pukul 20.30 rombongan tamu dari Sumatra tiba.Satu bus ukuran besar

  • Senyum Bahagia Maharani   Rawon Cinta

    Rawon Cinta "Rani, hari ini kamu kuliah tidak?" Ibuk memanggilku dan bertanya setelah kita pulang sholat subuh berjamaah. "Hari Sabtu saya kosong buk, tidak kuliah".Jawabku singkat. "Hari ini kita bikin rawon ya. Nanti sore ada tamu berjumlah sepuluh orang". "Iya buk". Wah, senang sekali. Kita akan makan daging sapi hehe Rani yang belum pernah masak daging sapi dengan olahan rumit merasa senang jika dia akan menyaksikan langsung pembuatan rawon. Bukan. Bukan menyaksikan. Melainkan menjadi pelaku pendamping, karena pelaku utama pemasak rawon adalah ibuk. Setelah daging sapi beku di keluarkan dari freezer, kita langsung olah TKP. Eh, maksudnya mengolah masakan. Pertama-tama bumbu dipersiapkan.Bumbu-bumbu yang harus di persiapkan untuk membuat rawon adalah. Bawang putih, bawang merah kluwek at

  • Senyum Bahagia Maharani   Dea, Anak Baru tapi Songong

    "Rani", Tiba-tiba suara Hajah Sriyati membuyarkan lamunanku. Huh, mana lagi membayangkan mas Al lagi. Gerutuku dalam hati. "Iiiya, buk". Jawabku setengah berlari menuju arah suara. "Itu gudang, kenapa berantakan banget. Hari ini, kamu dan teman-teman silahkan bereskan". "Iya, buk". Jawabku tanpa banyak tanya. La la la, belum sampai langkah ini ke gudang yang dimaksud ibuk( panggilan kami ke Hajah Sriyati). Ada lagi makhluk yang tiba-tiba nongol dan berkata. "Mbak, aku bantuin mberesin gudangnya".Wow amazing. Sorakku dalam hati. Ada anak yang sukarela nawarin tenaganya untuk mberesin gudang. Biasanya teman-teman yang lain, dimintain tolong aja ogah-ogahan.Lha ini kok nawarin diri. Syukur lah. Tambah-tambah tenaga buat angkat berat. Oh iya, anak tadi sesama pen

  • Senyum Bahagia Maharani   Aku Juga Manusia (bisa lelah)

    Seperti biasa, aktifitas harianku adalah membersamai anak-anak asrama. Setelah aku bangun, aku harus membangunkan mereka satu per satu. Yups, satu per satu. Bayangin aja, sekamar anak limabelas itu harus bangun semua sebelum aku ke masjid sholat jamaah. Masalahnya, anak-anak itu susah banget buat di bangunin. Satu di bangunin, sukses dia bangun. Eh yang satunya tidur lagi. Ternyata tadi sukses bangunnya dia hanya acting belaka. Haduuuh..kadang bikin emosi anak-anak ini. Harusnya pagi-pagi masih semangat, ngumpulin energi dan mood yang baik. Lha ini moodnya malah di rusak sebelum mekar. Huhu Yaudah si, itu resiko jadi pengasuhnya anak-anak. Harus pinter-pinter kita menjaga mood dan mempertahankannya. Setelah anak-anak bangun, mereka wajib untuk sholat subuh berjamaah. Lanjut, setelah sholat subuh, kita harus sama-sama menjaga lingkung

  • Senyum Bahagia Maharani   Rapat Bulanan

    "Rani, pulang cepat nanti kita masak karena ini tanggal dua belas, nanti rapat". Singkat, padat dan jelas. Begitu isi pesan mbak Adine putra Haji Mahmud yang sukses membuat moodku menyublim. Bisa ya, mood langsung ilang hanya gara-gara disuruh pulang cepet. Bagaimana tidak, hanya aku yang disuruh pulang cepat. Teman-teman lain tidak disuruh pulang. Aku tidak mau tinggal diam. Aku datangi teman-teman yang seharusnya berkepentingan di rapat bulanan ini. Ada si tengil Laras tuh, harusnya dia juga disuruh pulang cepat. Nggak adil kalau hanya aku yang disuruh pulang cepat. Ya, meskipun aku sudah tidak ada urusan di kampus. Tapi ini tidak adil. Gumamku dalam hati.Kuganggu saja dia yang lagi asyik pacaran di taman sebrang Fakultas. "Laras, disuruh pulang sama mbak Adine". "Ah, nanti dulu. Masih ada urusan". "Huh bilang aja urusann

  • Senyum Bahagia Maharani   Sewa alat-alat catering

    Belum selesai urusan dengan ibunya Nia, sudah menunggu urusan catering yang menuntut ku harus sigap dan cekatan. Belum lagi tugas-tugas kuliah yang harus aku selesaikan dengan segera. "Haduuh bisa keriting ini rambut yak". "Raniiii!!!. "pelanggan alat-alat catering setengah berteriak memanggilku". Oh iya, aku lupa cerita. Di asrama APPI, juga memiliki usaha persewaan alat-alat catering. Biaya sewa tergolong lebih murah dibanding tempat lain. Sudah banyak pelanggan tetap catering APPI ini. Beberapa pelanggan memang teman dekat dari Hajah Sriyati. Hajah Sriyati sendiri yang mengelola persewaan alat catering ini. Beberapa kali dibantu anak-anak untuk pembelajaran bagaimana mengelola usaha alat persewaan alat catering. Sering juga kami diajarkan cara merawat alat-alat catering yang telah dipakai agar umurnya lebih lama dari apa yang diperkirakan. Sejauh ini, untuk harga H

DMCA.com Protection Status