Share

Tingkah Nia

Author: tresnoasih
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

 Nia Saraswati. Anak semata wayang dari ibu Suminah ini masuk ke APPI karena keinginan ibunya. Ibu dan ayahnya sudah berpisah sejak Nia berumur tiga tahun. Sejak itu ibunya kerja keras banting tulang untuk menghidupi keluarganya. 

 Ahhh tulang di banting-banting. Nggak kasihan tuh. Rusak nggak ada yang produksi tuh. 

 Hoho… nggak ada maksud. 

 Lupakan saja. 

 Sejak saat itulah Nia dirawat neneknya. Sejak dirawat nenek, Nia selalu dimanja. Apapun yang diminta Nia, selalu di turuti. Dengan prinsip neneknya “apapun dikasih yang penting anaknya nggak nangis” Nia menjadi anak yang selalu ingin dituruti segala permintaannya. 

 Namun kali ini masuk APPI menjadi keputusan ibunya. Hanya ibu yang dia takuti petuahnya. Karena takut jika tidak dikasih uang. 

 Makdsud ibunya masukkan ke APPI agar Nia bisa menjadi anak yang tahu aturan dan bisa menjadi anak yang dapat dibanggakan orangtua. Tahu aturan karena Nia selama di rawat neneknya di biarkan begitu saja seperti anak  yang tidak punya orangtua. Keluar masuk rumah seenaknya sendiri. Main pulang jam berapapun nggak pernah di marahi. 

Ibuanya ingin dia berubah dan tidak seperti itu lagi. Meski masih usia SMP Nia bergaul dengan anak-anak SMA yang ada dikampungnya. Ibunya hanya nggak mau Nia terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan. 

Sekaligus bisa sekolah di Yogyakarta yang kata orang-orang adalah kota pelajar. Dulu ibunya pernah bermimpi sekolah di kota pelajar, namun karena satu dan lain hal batal deh… 

 Katanya.. .kota pelajar!

 Dari latar belakang seperti itu Nia di asrama menjadi anak yang kurang bisa diatur. Dia sering tidak masuk sekolah. Alasannya sakit. Mending kalau alasannya sakit. Terus tidur di asrama. Lah, kalau dari asrama berangkat kesekolah. Terus di sekolah nggak ada. Sampai-sampai pernah aku sebagai pengasuhnya di wa sama guru BK nya. 

 "Assalamualaikum"

"Mbak, maaf dengan mbak Maharani pengasuhnya Nia".

Nia tidak sekolah. Apakah sakit? 

Wassalam

“Waduuuh,… gaswat ini. Kemana dia?” 

“Kalau nggak sekolah kabur kemana ini tuyul. Bikin susah aja”. 

Sengaja nggak tak bales sms dari gurunya Nia itu, ketahuan deh nanti kalau nggak bisa mgasuh Nia yang super duper itu. 

Jam pulang sekolah

“Anak yang lain sudah pulang sekolah. Kok tuyul satu ini nggak nongol batang hidungnya. Dalam hatiku menggerutu”.

“Lisaaa… kamu lihat Nia?”. Aku mencoba cari informasi teman sekelasnya yang juga teman dekatnya. 

“Nggak tahu mbak. Tadi nggak masuk sekolah. Tadi juga dicari sama bu Marsidah”.

“Oh, ya sudah”. Sambil lalu ku tinggalkan anak-anak yang sedang makan siang pulang sekolah. 

Ku tanya pengasuh yang lain juga tidak ada yang mengetahui batang hidungnya.

Huuuhhh. Tuyuul…. Kalau nanti dia di gondol tuyul beneran gimana? Kan kita yang kena marah. Dalam hatiku menggerutu. 

Ba’da ashar

 Jam segini, jama’ah juga sudah selesai dari tadi kok belum pulang juga. 

 Semua informasi dari para pengasuh sudah ku gali. Tapi hasilnya nihil. 

 Dalam hati ku mulai resah. Kemana ini anak orang. Kalau hilang gimana?? Susah pokoknya. Apalagi sampai hilang atau di culik orang. 

 Ditengah kesibukanku mengawasi anak-anak yang sedang piket. Tiba-tiba dia muncul dengan ekspresi datar dan tidak ada rasa bersalah sama sekali. 

 “assalamualaikum”.

 “Waalaikumsalam” jawabku. 

 

 “Eits.. mau kemana kamu?”. 

“Mau piket mbak”. 

“Kamu dari mana? Asar kok baru pulang”.

“Ngerjain tugas dirumah temen mbak”. Dengan santainya dia menjawab seperti itu. barang bukti sudah jelas. Masih bisa membelokkan fakta tanpa ragu. 

Aduuh.. ini anak kok berbakat akting ya. 

“Kamu nggak usah bohong, tadi gurumu sms mbak kalau kamu nggak masuk sekolah. Kemana kamu?”. Tandasku sekali lagi. 

Hehehe dengan wajah cengengas-cengenges dia menjawab.

“Dirumah temen mbak”. 

“Cewek apa cowok?”

“Cowok mbak”. Jawabnya tanpa ragu dan malu.

Wah, ini masalahnya. Dia sudah kenal cowok dan apa yang mereka lakukan selama itu. hampir seharian penuh sejak pagi tadi sampai kepulangannya.

Kalau sudah seperti ini kasusnya, orang tua harus dikasih tahu dan diberi penngertian. 

Tapi, yang menjadi ganjalan adalah orang tua (atau yang mewakilinya) Nia sudah memasrahkan sepenuhnya ke asrama. Apapun yang terjadi trerserah para pengasuh. Nah lhoo… kalau sudah begini repot urusannya. Orang tua terkesan tidak mau tahu dengan apa yang terjadi dengan anaknya. 

Di panggil untuk sekedar memberikan informasi bahwa tingkah anaknya selama di asrama seperti ini, nggak mau datang. Ya sudah lah. Mungkin orang tuanya sibuk dan pekerjaannya nggak bisa ditinggalkan. Atau mungkin berat di ongkos. 

Dengan atau tanpa orang tuanya Nia tetap di hukum. Dia akan diberi hukuman untuk berkalungkan kardus bertuliskan “saya tidak akan membolos sekolah lagi”. tulisan itu akan ia pakai sekolah selama satu bulan berturut-turut. 

Selain kasusnya kabur dari sekolah, dia juga ikut terlibat dalam kasus pergi ke malioboro tanpa melaksanakan sholat. Hadeh. Bayangpun! Anak kok penuh masalah. 

Pada dasarnya anak-anak adalah anak yang baik. Hanya saja lingkungan yang akan membentuk mereka menjadi warna pelangi. Mungkin Nia menjadi seperti itu terpengaruh oleh lingkungannya. 

Related chapters

  • Senyum Bahagia Maharani   Apa Salahku

    "Dasar pengasuh nggak bener!!! Keluar kamu Maharani"."Anak saya nggak pacaran dikiranya pacaran"." Jadi pengasuh yang bener dong!!! Teriaknya lagi."Nggak pecus!!"Teriakan demi teriakan menggema di halaman rumah Haji Mahmud.Tidak ada aba-aba, kami yang sedang beraktifitas seperti biasa dikagetkan dengan teriakan Bu Suparmi yang sedari tadi diselimuti amarah.Hajah Sriyati yang sedang membereskan beberapa alat dapur mendekat ke sumber suara karena penasaran."Maaf Bu, ada apa ya, kalau ada masalah kita selesaikan baik-baik, nggak enak kalau teriak-teriak begini." dengan nada lembut Hajah Sriyati menyapa bu Suparmi."Masuk dulu bu, biar sedikit adem". Perintah Hajah Sriyati.Tanpa penolakan, Bu Suparmi sedikit meredupkan cahaya amarahnya yang sejak tadi membara."Bu, anak saya kenapa dituduh pacaran? Saya menyekolahka

  • Senyum Bahagia Maharani   Sewa alat-alat catering

    Belum selesai urusan dengan ibunya Nia, sudah menunggu urusan catering yang menuntut ku harus sigap dan cekatan. Belum lagi tugas-tugas kuliah yang harus aku selesaikan dengan segera. "Haduuh bisa keriting ini rambut yak". "Raniiii!!!. "pelanggan alat-alat catering setengah berteriak memanggilku". Oh iya, aku lupa cerita. Di asrama APPI, juga memiliki usaha persewaan alat-alat catering. Biaya sewa tergolong lebih murah dibanding tempat lain. Sudah banyak pelanggan tetap catering APPI ini. Beberapa pelanggan memang teman dekat dari Hajah Sriyati. Hajah Sriyati sendiri yang mengelola persewaan alat catering ini. Beberapa kali dibantu anak-anak untuk pembelajaran bagaimana mengelola usaha alat persewaan alat catering. Sering juga kami diajarkan cara merawat alat-alat catering yang telah dipakai agar umurnya lebih lama dari apa yang diperkirakan. Sejauh ini, untuk harga H

  • Senyum Bahagia Maharani   Rapat Bulanan

    "Rani, pulang cepat nanti kita masak karena ini tanggal dua belas, nanti rapat". Singkat, padat dan jelas. Begitu isi pesan mbak Adine putra Haji Mahmud yang sukses membuat moodku menyublim. Bisa ya, mood langsung ilang hanya gara-gara disuruh pulang cepet. Bagaimana tidak, hanya aku yang disuruh pulang cepat. Teman-teman lain tidak disuruh pulang. Aku tidak mau tinggal diam. Aku datangi teman-teman yang seharusnya berkepentingan di rapat bulanan ini. Ada si tengil Laras tuh, harusnya dia juga disuruh pulang cepat. Nggak adil kalau hanya aku yang disuruh pulang cepat. Ya, meskipun aku sudah tidak ada urusan di kampus. Tapi ini tidak adil. Gumamku dalam hati.Kuganggu saja dia yang lagi asyik pacaran di taman sebrang Fakultas. "Laras, disuruh pulang sama mbak Adine". "Ah, nanti dulu. Masih ada urusan". "Huh bilang aja urusann

  • Senyum Bahagia Maharani   Aku Juga Manusia (bisa lelah)

    Seperti biasa, aktifitas harianku adalah membersamai anak-anak asrama. Setelah aku bangun, aku harus membangunkan mereka satu per satu. Yups, satu per satu. Bayangin aja, sekamar anak limabelas itu harus bangun semua sebelum aku ke masjid sholat jamaah. Masalahnya, anak-anak itu susah banget buat di bangunin. Satu di bangunin, sukses dia bangun. Eh yang satunya tidur lagi. Ternyata tadi sukses bangunnya dia hanya acting belaka. Haduuuh..kadang bikin emosi anak-anak ini. Harusnya pagi-pagi masih semangat, ngumpulin energi dan mood yang baik. Lha ini moodnya malah di rusak sebelum mekar. Huhu Yaudah si, itu resiko jadi pengasuhnya anak-anak. Harus pinter-pinter kita menjaga mood dan mempertahankannya. Setelah anak-anak bangun, mereka wajib untuk sholat subuh berjamaah. Lanjut, setelah sholat subuh, kita harus sama-sama menjaga lingkung

  • Senyum Bahagia Maharani   Dea, Anak Baru tapi Songong

    "Rani", Tiba-tiba suara Hajah Sriyati membuyarkan lamunanku. Huh, mana lagi membayangkan mas Al lagi. Gerutuku dalam hati. "Iiiya, buk". Jawabku setengah berlari menuju arah suara. "Itu gudang, kenapa berantakan banget. Hari ini, kamu dan teman-teman silahkan bereskan". "Iya, buk". Jawabku tanpa banyak tanya. La la la, belum sampai langkah ini ke gudang yang dimaksud ibuk( panggilan kami ke Hajah Sriyati). Ada lagi makhluk yang tiba-tiba nongol dan berkata. "Mbak, aku bantuin mberesin gudangnya".Wow amazing. Sorakku dalam hati. Ada anak yang sukarela nawarin tenaganya untuk mberesin gudang. Biasanya teman-teman yang lain, dimintain tolong aja ogah-ogahan.Lha ini kok nawarin diri. Syukur lah. Tambah-tambah tenaga buat angkat berat. Oh iya, anak tadi sesama pen

  • Senyum Bahagia Maharani   Rawon Cinta

    Rawon Cinta "Rani, hari ini kamu kuliah tidak?" Ibuk memanggilku dan bertanya setelah kita pulang sholat subuh berjamaah. "Hari Sabtu saya kosong buk, tidak kuliah".Jawabku singkat. "Hari ini kita bikin rawon ya. Nanti sore ada tamu berjumlah sepuluh orang". "Iya buk". Wah, senang sekali. Kita akan makan daging sapi hehe Rani yang belum pernah masak daging sapi dengan olahan rumit merasa senang jika dia akan menyaksikan langsung pembuatan rawon. Bukan. Bukan menyaksikan. Melainkan menjadi pelaku pendamping, karena pelaku utama pemasak rawon adalah ibuk. Setelah daging sapi beku di keluarkan dari freezer, kita langsung olah TKP. Eh, maksudnya mengolah masakan. Pertama-tama bumbu dipersiapkan.Bumbu-bumbu yang harus di persiapkan untuk membuat rawon adalah. Bawang putih, bawang merah kluwek at

  • Senyum Bahagia Maharani   Rombongan Bar bar

    Rombongan Bar bar. "Rani, nanti malam akan ada rombongan dari Sumatra satu bus menginap di sini. Tolong siapkan kamar lantai dua untuk menginap tamu-tamu itu. Oh iya, kasih tau juga pengasuh putra untuk membersihkan aula. Biar nanti yang laki-laki tidur di aula". Lagi, dan lagi ibuk memerintah Maharani setelah selesai sholat jamaah subuh. Ibuk selalu memerintahnya karena beliau menggap Rani adalah pengasuh yang paling cekatan diantara pengasuh yang lain. Apa yang di perintahkan oleh ibuk akan langsung dikerjakan oleh Maharani. Berbeda dengan pengasuh lain yang mungkin, dengan segera mereka kerjakan namun ritme kerjanya kurang cepat. Sementara ibuk menginginkan pekerjaan yang ada di hadapan mata ya harus dikerjakan dengan segera. Supaya tidak menumpuk dan tertimbun dengan kerjaan yang lain. Pukul 20.30 rombongan tamu dari Sumatra tiba.Satu bus ukuran besar

  • Senyum Bahagia Maharani   Empat Belas Kilometer (satu)

    Empat Belas Kilometer (satu) Pagi ini cerah sekali. Tepat di pukul delapan pagi matahari mulai meninggi. Langit biru cerah. Terik matahari menembus sela-sela kehidupan bumi. Pagi yang cerah bisa menambah semangat hidup para penduduk bumi. Tak terkecuali bagi Maharani, mahasiswi semester empat yang setiap kuliah menggunakan alat transportasi sepeda onthel. Jarak antara asrama ke kampus tujuh kilometer. Jika pulang pergi tinggal di kali dua aja. Jadi, jika Maharani setiap hari masuk kuliah, berarti dia akan menempuh jarak tujuh kilometer di kali dua, yakni empat belas kilometer. Lumayan lah, itung-utung olahraga haha. Setiap pagi, jika cerah seperti pagi ini. Rani bergembira menempuh perjalanan dari asrama ke kampus. Ditemani oleh cerahnya langit biru. La la la la la. Sambil mengusir sepi, dalam perjalanan Rani bernyanyi sendirian. Jika ada yang dengar seperti orang gila haha. D

Latest chapter

  • Senyum Bahagia Maharani   Empat Belas Kilometer ( tiga)

    Empat Belas Kilometer (tiga)Liku-liku menjadi setrika jalanan(karena setiap hari melewati jalan yang sama hingga disebut setrika jalanan) banyak banget suka dan dukanya meski baru tiga tahun berjalan.Suatu malam, aku pulang sendirian. Pulang malam karena kelas berakhir jam 18.45. Otomastis matahari sudah kembali ke peraduannya.Bergantidengan gemintang yang menjadi cahaya temaram teman pejalan malam seperti Maharani.Jika beruntung, sedang bulan purnama misalnya. Sorot cahaya malam dari bulan akan menambah syahdu perjalanan mengayuh sepeda onthel.Malam ini beruntung sekali. Hujan turun sejak siang hari. Dikiranya akan reda jika malam telah tiba.Minimal ketika Rani menyelesaikan kelasnya dan pulang.Maharani tipe mahasiswi yang kupu-kupu. Alias kuliah pulang, kuliah pulang.Sama seperti hari-hari biasa, setelah kelas berakhir jam berapapun Rani akan langsung pulang.Meski jarum jam yang panjang ber

  • Senyum Bahagia Maharani   Empat Belas Kilometer (dua)

    Empat Belas Kilometer (dua) Setiap hari Rani menyusuri jalanan padat merayap. Jalan utama menuju kampus. Dengan mengayuh sepeda imutnya, ia berjalan dengan kecepatan sedang. Bisa menghabiskan tiga puluh menit di jalanan jika ia mengayuh santai. Jika lebih santai bisa-bisa sampai empat puluh lima menit. Seringnya Maharani menikmati perjalananya. Kecuali sedang musim penghujan. Jika musim hujan datang, hujan turun tidak bisa di prediksi apalagi di minta. Kadang di tengah perjalanan berangkat ke kampus tiba-tiba hujan. Yang sedih adalah dalam perjalanan berangkat ke kampus tiba-tiba hujan. Sebelum berangkat tidak ada tanda-tanda untuk hujan. Maka persiapan tidak ada sama sekali. Yang ada basah kuyup sekujur tubuh. Alhasil, sebelum masuk kelas berjemur dulu. Jika cuaca telah berubah. Jika tidak, bergegas mencari teman yang tempat kosnya dekat dengan kampus untuk mencari pinjaman baju. Mom

  • Senyum Bahagia Maharani   Empat Belas Kilometer (satu)

    Empat Belas Kilometer (satu) Pagi ini cerah sekali. Tepat di pukul delapan pagi matahari mulai meninggi. Langit biru cerah. Terik matahari menembus sela-sela kehidupan bumi. Pagi yang cerah bisa menambah semangat hidup para penduduk bumi. Tak terkecuali bagi Maharani, mahasiswi semester empat yang setiap kuliah menggunakan alat transportasi sepeda onthel. Jarak antara asrama ke kampus tujuh kilometer. Jika pulang pergi tinggal di kali dua aja. Jadi, jika Maharani setiap hari masuk kuliah, berarti dia akan menempuh jarak tujuh kilometer di kali dua, yakni empat belas kilometer. Lumayan lah, itung-utung olahraga haha. Setiap pagi, jika cerah seperti pagi ini. Rani bergembira menempuh perjalanan dari asrama ke kampus. Ditemani oleh cerahnya langit biru. La la la la la. Sambil mengusir sepi, dalam perjalanan Rani bernyanyi sendirian. Jika ada yang dengar seperti orang gila haha. D

  • Senyum Bahagia Maharani   Rombongan Bar bar

    Rombongan Bar bar. "Rani, nanti malam akan ada rombongan dari Sumatra satu bus menginap di sini. Tolong siapkan kamar lantai dua untuk menginap tamu-tamu itu. Oh iya, kasih tau juga pengasuh putra untuk membersihkan aula. Biar nanti yang laki-laki tidur di aula". Lagi, dan lagi ibuk memerintah Maharani setelah selesai sholat jamaah subuh. Ibuk selalu memerintahnya karena beliau menggap Rani adalah pengasuh yang paling cekatan diantara pengasuh yang lain. Apa yang di perintahkan oleh ibuk akan langsung dikerjakan oleh Maharani. Berbeda dengan pengasuh lain yang mungkin, dengan segera mereka kerjakan namun ritme kerjanya kurang cepat. Sementara ibuk menginginkan pekerjaan yang ada di hadapan mata ya harus dikerjakan dengan segera. Supaya tidak menumpuk dan tertimbun dengan kerjaan yang lain. Pukul 20.30 rombongan tamu dari Sumatra tiba.Satu bus ukuran besar

  • Senyum Bahagia Maharani   Rawon Cinta

    Rawon Cinta "Rani, hari ini kamu kuliah tidak?" Ibuk memanggilku dan bertanya setelah kita pulang sholat subuh berjamaah. "Hari Sabtu saya kosong buk, tidak kuliah".Jawabku singkat. "Hari ini kita bikin rawon ya. Nanti sore ada tamu berjumlah sepuluh orang". "Iya buk". Wah, senang sekali. Kita akan makan daging sapi hehe Rani yang belum pernah masak daging sapi dengan olahan rumit merasa senang jika dia akan menyaksikan langsung pembuatan rawon. Bukan. Bukan menyaksikan. Melainkan menjadi pelaku pendamping, karena pelaku utama pemasak rawon adalah ibuk. Setelah daging sapi beku di keluarkan dari freezer, kita langsung olah TKP. Eh, maksudnya mengolah masakan. Pertama-tama bumbu dipersiapkan.Bumbu-bumbu yang harus di persiapkan untuk membuat rawon adalah. Bawang putih, bawang merah kluwek at

  • Senyum Bahagia Maharani   Dea, Anak Baru tapi Songong

    "Rani", Tiba-tiba suara Hajah Sriyati membuyarkan lamunanku. Huh, mana lagi membayangkan mas Al lagi. Gerutuku dalam hati. "Iiiya, buk". Jawabku setengah berlari menuju arah suara. "Itu gudang, kenapa berantakan banget. Hari ini, kamu dan teman-teman silahkan bereskan". "Iya, buk". Jawabku tanpa banyak tanya. La la la, belum sampai langkah ini ke gudang yang dimaksud ibuk( panggilan kami ke Hajah Sriyati). Ada lagi makhluk yang tiba-tiba nongol dan berkata. "Mbak, aku bantuin mberesin gudangnya".Wow amazing. Sorakku dalam hati. Ada anak yang sukarela nawarin tenaganya untuk mberesin gudang. Biasanya teman-teman yang lain, dimintain tolong aja ogah-ogahan.Lha ini kok nawarin diri. Syukur lah. Tambah-tambah tenaga buat angkat berat. Oh iya, anak tadi sesama pen

  • Senyum Bahagia Maharani   Aku Juga Manusia (bisa lelah)

    Seperti biasa, aktifitas harianku adalah membersamai anak-anak asrama. Setelah aku bangun, aku harus membangunkan mereka satu per satu. Yups, satu per satu. Bayangin aja, sekamar anak limabelas itu harus bangun semua sebelum aku ke masjid sholat jamaah. Masalahnya, anak-anak itu susah banget buat di bangunin. Satu di bangunin, sukses dia bangun. Eh yang satunya tidur lagi. Ternyata tadi sukses bangunnya dia hanya acting belaka. Haduuuh..kadang bikin emosi anak-anak ini. Harusnya pagi-pagi masih semangat, ngumpulin energi dan mood yang baik. Lha ini moodnya malah di rusak sebelum mekar. Huhu Yaudah si, itu resiko jadi pengasuhnya anak-anak. Harus pinter-pinter kita menjaga mood dan mempertahankannya. Setelah anak-anak bangun, mereka wajib untuk sholat subuh berjamaah. Lanjut, setelah sholat subuh, kita harus sama-sama menjaga lingkung

  • Senyum Bahagia Maharani   Rapat Bulanan

    "Rani, pulang cepat nanti kita masak karena ini tanggal dua belas, nanti rapat". Singkat, padat dan jelas. Begitu isi pesan mbak Adine putra Haji Mahmud yang sukses membuat moodku menyublim. Bisa ya, mood langsung ilang hanya gara-gara disuruh pulang cepet. Bagaimana tidak, hanya aku yang disuruh pulang cepat. Teman-teman lain tidak disuruh pulang. Aku tidak mau tinggal diam. Aku datangi teman-teman yang seharusnya berkepentingan di rapat bulanan ini. Ada si tengil Laras tuh, harusnya dia juga disuruh pulang cepat. Nggak adil kalau hanya aku yang disuruh pulang cepat. Ya, meskipun aku sudah tidak ada urusan di kampus. Tapi ini tidak adil. Gumamku dalam hati.Kuganggu saja dia yang lagi asyik pacaran di taman sebrang Fakultas. "Laras, disuruh pulang sama mbak Adine". "Ah, nanti dulu. Masih ada urusan". "Huh bilang aja urusann

  • Senyum Bahagia Maharani   Sewa alat-alat catering

    Belum selesai urusan dengan ibunya Nia, sudah menunggu urusan catering yang menuntut ku harus sigap dan cekatan. Belum lagi tugas-tugas kuliah yang harus aku selesaikan dengan segera. "Haduuh bisa keriting ini rambut yak". "Raniiii!!!. "pelanggan alat-alat catering setengah berteriak memanggilku". Oh iya, aku lupa cerita. Di asrama APPI, juga memiliki usaha persewaan alat-alat catering. Biaya sewa tergolong lebih murah dibanding tempat lain. Sudah banyak pelanggan tetap catering APPI ini. Beberapa pelanggan memang teman dekat dari Hajah Sriyati. Hajah Sriyati sendiri yang mengelola persewaan alat catering ini. Beberapa kali dibantu anak-anak untuk pembelajaran bagaimana mengelola usaha alat persewaan alat catering. Sering juga kami diajarkan cara merawat alat-alat catering yang telah dipakai agar umurnya lebih lama dari apa yang diperkirakan. Sejauh ini, untuk harga H

DMCA.com Protection Status