Beranda / Romansa / Sentuhan Panas Suami Dingin / (ZK) Maaf Untuk Curian

Share

(ZK) Maaf Untuk Curian

Penulis: CacaCici
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

'Ini boneka untukmu. Dia akan menemanimu selama aku tidak bersamamu.'

Zira menitihkan air mata kala mengingat momen itu–momen di mana Kaesar pamit pergi sembari memberikan sebuah boneka yang cukup besar ke pada Zira.

Setelah dua minggu, Zira merasa lebih baik. Bahkan dia sangat senang karena Kaesar sering mengajaknya jalan-jalan bahkan makan malam romantis, berdua. Dia pikir, dua Minggu yang manis setelah kehilangan bayinya adalah awal dari kebahagiaannya. Akan tetapi itu merupakan awal dari kehampaan.

'Jika kau ingin cepat-cepat bertemu denganku, maka selesaikan pendidikanmu dengan cepat,' ucap Kaesar saat itu padanya, hangat tetapi menusuk secara bersamaan.

Ceklek'

Zira buru-buru menghapus air mata, reflek menoleh ke arah pintu–menatap saudara kembarnya yang berdiri di ambang pintu dengan memikul sebuah plastik hitam yang …

Berdarah?!

"Wow wow wow!" Zira reflek berdiri di atas ranjang, menatap kaget sekaligus horor ke arah Razie. Sial, mana ini sudah tengah malam lagi! "Tolon
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sintia Isabella
aaah gemes deh sama si Daddy...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    (ZK)Caraku Bertemu denganmu

    Sudah satu tahun semenjak Kaesar berpisah dengan Zira, selama itu mereka tak pernah bertemu. Demi Tuhan, Zira sangat merindukan suaminya tersebut. Namun, kemana dia akan menemui Kaesar? Dia pernah ke rumah mereka, tetapi Kaesar tak ada di sana. Dia menginap selama dua minggu di sana, berharap jika Kaesar pulang dan mereka bertemu. Namun, sayang selama dua minggu menunggu di sana Kaesar tak pernah pulang. Zira juga pernah ke perusahaan Kaesar. Sayangnya yang dia temukan di sana hanyalah Raka, kepercayaan sang suami. "Kamu merasa aneh nggak tadi?" Zira yang sedang melamun, memikirkan Kaesar, sontak mendongak menatap ke arah Gani yang duduk di depannya. Saat ini mereka berada dalam kelas, mengikuti mata kuliah umum yang diwajibkan pada setiap mahasiswa–baik di fakultas mereka maupun di fakultas lain. "Aneh gimana?" ucap Zira pelan, takut dosen di depan sana mengetahui perbuatan mereka. Sang dosen sedang menjelaskan pelajaran, seluruh mahasiswa dilarang berisik tentunya. "Bapak-bap

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    (ZK) Kadang Harus dipancing

    Zira meneguk saliva secara susah payah ketika dia sudah berada di depan gang sempit, di mana rumor mengatakan jika gang tersebut penuh dengan kumpulan pemuda-pemuda kecanduan alkohol serta obat terlarang. Ada alasan kenapa Zira nekat ingin lewat jalan ini, selain merupakan jalan pintas agar lebih dekat ke jalan utama, juga untuk suatu hal. Namun, Zira mendadak tak berani. Gang tersebut minim pencahayaan dan tak ada orang selain dia ditempat itu. "Aku pergi saja. Aku takut," gumam Zira pelan, memutar tubuh lalu memilih beranjak dari sana. Zira menggelengkan kepala, tak percaya dengan kenekatannya ini. Dia mencari bahaya hanya demi bertemu dengan …- Bagaimana jika Kaesar tak datang menyelamatkannya? Bukankah Zira akan berakhir tragis? Zira memutuskan untuk pulang, namun tiba-tiba saja terdengar langkah kaki dari belakang. Zira berusaha tenang, berhenti melangkah kemudian memutar tubuh untuk melihat siapa orang yang mengikutinya.Deg'"Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini, hum

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    (ZK) Keringanan

    Setelah seharian bersama Kaesar, Zira kembali merengek–menolak diantar pulang oleh Kaesar. Zira ingin terus bersama suaminya, selamanya! "Dengar, Ma Zi," ucap Kaesar lembut, mengulurkan tangan untuk menghapit dagu Zira secara lembut. Zira memakan es krim-nya, menepis tangan Kaesar di dagu lalu memalingkan wajah. Matanya sudah berkaca-kaca, terasa panas dan penuh genangan bulir kristal di pelupuk. Zira masih ingin lebih lama dengan Kaesar, apa pria ini tidak paham?! Kemauannya hanya simpel, ingin lebih lama. Itu saja! "Hah." Kaesar menghela napas pelan, duduk di depan istrinya–menatap Zira sendu dan sayup. Jujur saja, Kaesar tak ingin berpisah, dia juga berat jika harus kembali berjauhan dengan Zira. Namun, Kaesar tidak bisa melanggar perkataan ayah mertuanya. Ayah mertuanya bisa jauh lebih kejam pada hubungannya dan Zira. "Aku lebih tidak menginginkan ini, Ma Zi. Tapi … aku harus menjalankan hukuman dari Daddy. Hukumanku bisa semakin berat jika kau tetap nekat bersamaku. Mungki

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    (ZK) Menghilang tetapi di Dekatmu

    'Kita berjumpa di libur semester berikutnya yah, Kak. Bukan ternyata, tapi … jumpa di hari wisuda aku.' 'Tentu, Darling. Aku akan menjadi orang pertama yang akan memberikan ucapan selamat padamu.' Zira mendadak tersenyum getir, menundukkan kepala untuk menyembunyikan kesedihannya. Hampir saja Zira menangis kala mengingat hari terakhir dia bertemu dengan suaminya. Zira ingat sekali, Kaesar mengatakan jika dia akan menjadi orang yang pertama memberi ucapan selamat pada Zira ketika wisuda. Namun, jangankan hadir di wisuda-nya, Kaesar bahkan menghilang tanpa kabar. Sudah lima tahun semenjak dia wisuda, tetapi suaminya tersebut tak pernah menunjukkan muka–tak pernah lagi menemui Zira. Dia menghilang, meninggalkan kerinduan serta kesedihan yang mendalam bagi Zira. Usia Zira kini sudah dua puluh enam tahun–memasuki dua puluh tujuh tahun. Dia tumbuh semakin cantik, punya tubuh idaman–pinggang rampung, keindahan yang terisi dan padat, baik di depan maupun di belakang. Zira sudah sukses me

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    (ZK) Bekas Luka?

    Deg deg deg'"Kak Kaesar …," ucap Zira pelan dan rendah, mendongak dengan menatap penuh segala kerinduan pada sosok di hadapannya. Mata Zira perlahan membulat, pupilnya membesar dan bibirnya mulai membentuk sebuah sabit indah. Bug'Zira langsung berhambur ke pelukan Kaesar, memeluk suaminya tersebut secara erat–tak ingin melepasnya karena Zira takut Kaesar hilang. "Ah, My Little Wife," respon Kaesar sembari terkekeh pelan, mendekap istrinya tak kalah erat. Sama! Kaesar juga merindukan istrinya. Satu tahun tidak bertemu dengannya, membuat hatinya sangat resah dan sedikit takut. Zira-nya semakin cantik, semakin indah dan penuh pesona. Banyak pria yang tertarik pada istrinya ini. Sial! Kaesar rasanya ingin melenyapkan mereka semua. "Aku sangat merindukan Kak Kaesar," cicit Zira serak dan rendah, menduselkan wajah di dada bidang suaminya. Dia mendongak dengan raut muka sendu. "Kenapa Kakak menghilang begitu lama? Apa … cintanya pudar?" parau-nya, nada kecil dan hampir tak terdengar

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    (ZK) Alasannya …

    Zira mengamati tubuh suaminya secara teliti. Raut muka Zira bukan yang genit, dia tidak sedang sarapan dengan tubuh sang suami; dia mengamatinya karena mengkhawatirkan Kaesar. Tadi malam, ketika mereka melakukan hubungan suami istri, Zira tanpa sengaja meraba sebuah bekas jahitan panjang di punggung suaminya. Zira baru ingat sekarang, dan dia ingin melihatnya. Zira sudah selesai mengenakan pakaian, dibantu oleh Kaesar. Sekarang giliran suaminya yang ingin berpakaian. Zira berdiri dari tempat duduk, meraih sebuah kaos hitam kemudian menyerahkannya pada Kaesar. "Kak Kae tidak akan ke kantor kan hari ini?" tanya Zira, tiba-tiba meraih baju hitam tersebut kembali; membuat Kaesar sempat bingung. Zira memberikannya tetapi malah mengambilnya lagi. Aneh! Namun, keanehan tersebut berubah menjadi hal yang manis. Zira tiba-tiba menggiring Kaesar untuk duduk, setelah itu membantu sang suami memasang baju. "Ini bekas luka apa, Kak?" tanya Zira, sudah berada di belakang Kaesar–tidak menurun

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    (ZK) Dinikahi oleh Bos

    Ketika dia yang menyuruh, rasanya biasa saja. Tetapi saat Zira mengambil alih dengan inisiatif sendiri, rasanya berbeda. Ber-damage! Tok tok tok Tiba-tiba saja pintu di ketuk, disusul oleh suara istrinya yang bernada khawatir. "Mas Kaesar nggak apa-apa kan di dalam? Mas …."Ceklek' Pintu terbuka, memperlihatkan Kaesar dengan raut muka flat. Syukurlah, dia jago mengatur ekspresi. "Aku baik-baik saja, Darling. Hanya sedikit darurat," jawab Kaesar sembari senyum manis, mengusap pucuk kepala Zira penuh kasih sayang, "ah, sudah waktunya kita berkembang biak," ucap Kaesar, sudah menggendong Zira dan membawanya ke arah ranjang. "Hah?" Zira awalnya bengong, tidak paham maksud suaminya. Namun setelah paham, dia terkekeh sendiri–merasa lucu dengan ucapan suaminya.Kaesar membaringkan Zira ke atas ranjang. Shit, dia semakin bersemangat karena kekehan geli Zira, sangat merdu dan sopan di pendengaran. "Dulu, aku mencuri banyak hal untuk bisa menyentuhmu, Ma Zi. Kau sangat ilegal! Tetapi sek

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    (ZK) Dilecehkan Bos

    Dengan langkah gemetaran, Zira memasuki ruangan raksasa milik big bos-nya. Jantungnya tak berhenti berdetak dalam sana, sangat takut sekaligus mengkhawatirkan kemungkinan yang terjadi padanya. Deg'Jantung Zira rasanya hampir jatuh dari tempat saat matanya tak sengaja bersinggungan dengan sebuah gaun pernikahan yang mewah nan indah, ada dalam ruangan ini. Bukan hanya itu, sebuah meja penuh dengan kotak perhiasan. 'Aku kira Anna hanya menakut-nakutiku. Tetapi ucapan Anna memang benar,' batin Zira, berhenti tepat di depan seorang pria dingin dengan aura pekat mengerikan–duduk di sebuah sopa, begitu bossy serta arogan. Seperti biasa, pria itu masih mengenakan topeng. "A--ada apa Mr.X memanggilku kemari?" tanya Zira, berusaha santai meskipun nadanya terdengar gemetar. 'Aku baru kembali, Nona Zira. Apa kau tidak ingin memberikan sambutan selamat datang untukku?' Zira membaca ucapan yang ingin pria ini sampaikan padanya di sebuah tablet. Sama seperti sebelumnya, Big bos-nya ini masih

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    Extra Part dalam Extra Part

    "Aku mencintaimu, Haiden. Aku ma--mau dijadikan istri kedua atau selingkuhanmu. Plis!" Seseorang yang diam-diam mengintip dari tempatnya, mengepalkan tangan. Lea termenung, berjongkok di balik sebuah tembok. Sejak kemarin dia dan Haiden sudah di penginapan, tempat mereka akan melakukan resepsi pernikahan dengan pasangan Matheo dan Aesya. Malam ini adalah pesta pernikahannya dengan Haiden. Setelah di penginapan ini, Lea dan Haiden memang jarang berinteraksi. Haiden seperti menjaga jarak. Keharusan! Haiden dan dia tidak tidur satu kamar sebab tradisi keluarga suaminya, di mana sebelum acara benar-benar selesai, mereka tidak diperbolehkan satu kamar dan interaksi dibatasi. Tadi malam, Lea tidur dengan sepupu perempuan suaminya–dia benar-benar dijaga. Tradisi aneh, tetapi Lea cukup menyukainya. Kembali ke sekarang. Karena acara akan dimulai dan Lea ingin hadir bersamaan dengan Haiden ke tempat pesta, dia berniat menyusul Haiden. Namun, di tengah jalan dia mendapati suaminya sedang b

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [Ending EP]

    "Akhirnya kau menjadi milikku, Azalea," bisik Haiden, setelah memasang cincin di jemari manis istrinya. Setelah itu, dia menarik kecil Lea kemudian mencium kening perempuan yang telah sah menjadi istrinya tersebut. Lea terdiam dengan perasaan aneh yang menyelusup dalam hati, dia hanya merenung–membiarkan Haiden mencium keningnya. Haiden melepas kecupan hangat tersebut, tetapi masih terus menatap wajah cantik Lea. Sayang, perempuan ini sangat pelit–memilih menunduk dibandingkan memperlihatkan kecantikannya pada Haiden. Haiden menangkup pipi Lea secara lembut, mengangkatnya sedikit memaksa–sekarang Lea telah mendongak ke arahnya, menatapnya dengan mata hangat bertabur sparkling. "Hello, Wife," sapa Haiden dengan rendah, tersenyum lembut ke arah Lea. Tak dapat menahan kegembiraan dalam hati, Lea seketika mengibarkan senyuman yang sangat indah. Ada perasaan berdebar ketika Haiden mengatakan hal tadi. Namun, debaran kali ini terasa gembira dan menakjubkan. "Hai, Mas suami," jawab Le

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Pernikahan

    "Kau mau kemana?"Haiden berdecak pelan lalu mendengus. Dia berniat putar balik, tetapi suara dingin itu menghentikan niatannya. Dengan raut muka dingin, Haiden memutar tubuh menghadap Reigha. Melihat wajah datar sahabat sekaligus adik iparnya tersebut, Haiden menggaruk telinga. Dia mendengus lalu berjalan ke arah Reigha. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Haiden, menatap curiga pada Reigha. "Ziea," jawab Reigha datar dan singkat, duduk tenang di tempatnya–tak terganggu oleh kehadiran Haiden yang saat ini telah berdiri di sebelahnya. "Kau tidak bertanya kenapa aku di sini?" Haiden menaikkan sebelah alis, bersedekah dingin. Sejujurnya dia menunggu Reigha bertanya hal tersebut padanya. Saat dia berjalan dari mobil hingga ke tempat ini– tepat di sebelah Reigha berdiri, dia sudah memikirkan alasan apa yang akan dia katakan pada Reigha semisal Reigha menginterogasinya. Reigha menoleh malas ke arah Haiden. "Persetan!" jawabnya cukup santai, tetapi menyebalkan secara saksama. Haiden

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Ancaman Daddy

    "Lea sayang, kamu kenapa?""Papa dengar ada keributan di kamarmu, apa terjadi sesua …- Tuan Haiden?!" Mata Denis membelalak, kaget ketika melihat calon menantunya ada di dalam kamar putrinya. "Pria ini menelusup masuk dalam kamar Azalea. Untung aku lebih dulu menelusup ke kamar putrimu, Ayah mertua," ucap Haiden santai, sengaja mengatakan 'putrimu dan Ayah mertua, trik agar om yang merangkap menjadi ayah kekasihnya tersebut tersanjung. 'Anjay, jujur sekali orang ini. Bikin empeduku ketar ketir ajah,' batin Lea, menatap horor dan melongo syok ke arah Haiden. Mulutnya bahkan terbuka lebar, saking tak percayanya dia dengan Haiden. "Oh iya, Nak Haiden. Untung kamu menelusup lebih dulu," jawab Denis cukup riang, mengganti panggilan Tuan pada Haiden menjadi Nak. Hanya menyebut Lea sebagai putrinya dan dipanggil Ayah mertua oleh Haiden, hatinya meluluh–luar biasa senang. "Azalea bilang dia teman ayah," ucap Haiden, melirik sekilas pada tubuh tua yang sudah tak berdaya di lantai. Kemudian

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Pada Akhirnya Kepergok

    Benni yang telah berhasil mencongkel jendela kamar Lea seketika menyunggingkan senyuman penuh kemenangan. "Akhirnya, Lea ku yang cantik dan manis-- malam ini aku mendapatkanmu!" ucap Benni, merasa senang serta tak sabar untuk melaksanakan aksinya. Perlahan dia membuka jendela kamar lalu masuk secara hati-hati serta mengendap-endap. Beruntung kamar Lea minim pencahayaan, jadi dia bisa menyelinap dengan gampang. ***Krek'Mendengar bunyi jendela terbuka secara perlahan, mata Haiden yang sempat terpejam seketika kembali terbuka. Dia menoleh ke arah jendela dalam kamar, matanya bisa dikatakan tajam dalam kegelapan sehingga dia bisa melihat siluet seseorang yang tengah menyelinap masuk ke kamar calon istrinya ini. Alis Haiden menekuk tajam, seketika terpancing amarah–jelas itu siluet seorang laki-laki! Tak mungkin Lea mengundang pria dalam kamar, meskipun sedikit genit tetapi dia kenal betul dengan pribadi calon istrinya. Lea hanya genit diluar, aslinya Lea sangat menjaga diri dsn b

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Siasat Jahat

    Klik'Lampu menyala, bersamaan dengan mata Lea yang membelalak–menatap kaget pada sosok pria yang sekarang telah berada di pinggir ranjangnya. Menyadari pakaiannya yang kurang sopan, Lea buru-buru meraih bantal lalu menutupi bagian dada. Piyama yang Lea kenalan cukup seksi pada bagian atas, lengan berbentuk tali–membuat pundak Lea telanjang. "Pak Haiden ngapain ke sini?!" pekik Lea, setengah berbisik dan menggeram. Dia kesal pada pria ini karena kemunculannya membuat Lea merasa takut. Lea pikir siapa?! Tapi-- … hei, Lea sekarang jauh lebih takut. Haiden ada di kamarnya dan … ba--bagaimana bisa? "Kau tidak berbicara denganku ketika kuantar pulang," ucap Haiden santai, duduk lalu berakhir membaringkan diri di ranjang Lea. Lea kembali melototkan mata, kali ini tak menduga jika Haiden menjadikan itu alasan untuk bisa kemari. "Kita sudah bicara dan Pak Haiden sekarang juga pulang.""Aku datang dengan niat baik, Azalea. Kenapa kau mengusirku? Kau tidak suka bertemu denganku?" "Pak, ma

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Datang dalam Kamar

    Brak' Haiden membuka pintu mobil secara kuat, kemudian menarik kasar seseorang dari dalam mobil. "KELUAR!" marah Haiden, membentak perempuan tersebut secara kasar–tak peduli jika yang ia kasari tersebut adalah perempuan. Namanya Haiden Mahendra! Tempramental dan bisa meluapkan kemarahannya pada siapapun–kecuali pada adiknya! Sekarang, Haiden sangat marah karena Lea memilih pulang tanpa diantar olehnya, dan sekarang dia memanfaatkan kemarahannya tersebut pada Melodi–alasan calon istrinya memilih pergi. "Ha--Haiden … argk! Perutku sakit!" pekik Melodi yang sudah tergeletak jatuh di halaman, satu tangan menyangga tubuh dan satu lagi memegangi perut yang terasa kram dan sakit. Bukan penyakit parah, hanya alergi susu dan dia memang sengaja meminum susu supaya bisa cari perhatian pada Haiden. "Persetan!" maki Haiden, segera masuk dalam mobil kemudian buru-buru mengendari mobil–ngebut untuk menyusul Lea. "Haiden!!" teriak Melodi sekencang mungkin, akan tetapi sayang karena Haiden ta

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP]Prioritas?

    Lea akhirnya selamat dari kesalah pahaman Ziea padanya dan Haiden. Reigha menemukan mereka dengan mudah, sedikit marah sebab menganggap Haiden tidak sopan pada Ziea. Yah, sebab Haiden bertelanjang dada! Keduanya mengobrol lalu tiba-tiba Reigha mendadak satu jalur dengan Haiden, melarang Ziea untuk tak mengatakan apa-apa pada siapapun mengenai kejadian di toilet sebab itu bukan urusan Ziea dan dia. Untungnya Ziea sangat patuh pada suaminya, jadi Lea dan Haiden selamat dari bocah kematian bernama Ziea tersebut. "Ini pakaian Ziea, masih baru dan tak pernah dipakai olehnya. Gunakan ini supaya tak ada yang salah paham lagi," ucap Haiden pada Lea, menyerahkan sebuah pakaian baru untuk sang kekasih. Mereka berada di kamar Haiden, terpaksa sebab tempat inilah yang paling aman dari intaian siapapun. Lagipula kamarnya bersebelahan dengan kamar Ziea dan Reigha, sahabat sekaligus sepupu serta iparnya tersebut telah ia suruh berjaga di depan. "Iya, Pak." Lea meraih pakaian tersebut kemudian

  • Sentuhan Panas Suami Dingin    [EP] Menghilangkan Bukti dan Jejak

    "Aaa--" Lea berteriak namun buru-buru membekap mulut. Dia langsung meringsut ke sudut toilet, merapatkan kemeja pada tubuh sembari menatap pucat pias ke arah Haiden. "Bilang kalau Pak Haiden tidak melihat apapun!" paniknya, lalu buru-buru mengancing kemeja tersebut. Lebih cepat dia membungkus tubuhnya, lebih aman dia dari pria mesum ini. Ternyata oh ternyata! "Jika aku mencopot bramu, aku melihat semuanya," jawab Haiden santai, bersedekap sembari menyunggingkan smirk tipis ke arah Lea. Kini dia telah menghadap ke arah perempuan itu, memperhatikan Lea yang sedang mengancing kemeja secara terburu-buru dengan tatapan yang begitu intens. Pipi Lea memerah–sudah seperti tomat busuk. Dia mengerjab beberapa kali. Kalau dipikir-pikir Haiden tak mungkin se mesun itu. Namun, jika dipertimbangkan secara matang Haiden bahkan pernah hampir kelepasan–hampir merenggut kesuciannya sebab berkunjung dan kebetulan hujan tengah turun. "A--aku tidak peduli, yang penting serangan, Pak Haiden tolong ming

DMCA.com Protection Status