Beranda / Romansa / Sentuhan Cinta / BAB 6. Bukti Perselingkuhan

Share

BAB 6. Bukti Perselingkuhan

Penulis: Miracle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ririn dengan tubuh yang lemas, ia berjalan menuju ke rumahnya yang berada digang ujung. Wajahnya yang lusuh dan tak bersemangt sekali.

Kakinya berhenti melangkah disaat ia sudah sampai dirumahnya. Matanya melihat rumahnya yang seharusnya menjadi tempat ternyaman baginya.

Tapi malah menjadi tempat paling membuat ia tak nyaman. Ririn sangat malas sekali bertemu dengan orang yang sudah mengkhianati dirinya.

Mau tak mau, Ririn tetap harus masuk ke dalam. Ia tak mungkin melarikan diri dan membuat ke dua orang tuanya merasa khawatir akan dirinya.

Ririn membuka gerbang dan ia berdecih saat melihat, motor yang ada diperkarangan rumahnya. Ririn menatap tajam ke arah motor itu.

Motor yang mana punyai Miko, sang pacar yang mengkhianati dirinya. Tangannya terkepal dengan kuat melihat motor itu.

Dengan sinisya, ia mendekati motor tersebut dan menendangnya dengan kuat.

BUGH BUGH BUGH.

Ririn berkali-kali memukul motor milik Riko, seakan melampiaskan rasa sakit hatinya ke benda kesayangan dari Miko.

"Pengkhianat!!"

Sejujurnya ia merasa sangat tak cukup hanya dengan memukul motor milik Miko. Ririn ingin sekali menghancurkan motor itu.

"Menyebalkan!!"

Ririn akhirnya masuk ke dalam rumah dengan suasana hatinya yang kesal dan marah. Saat ia masuk ke dalam rumahnya.

Telinganya sudah mendengar suara Miko, membuat amarah didalam dirinya semakin kuat. Raut wajah Ririn berubah menjadi dingin, tanpa ekspresi.

"Kamu sudah pulang nak?" Fahri yang melihat putrinya hanya berdiri diam saja.

"Iya Ayah," jawab Ririn yang tak lupa juga memberikan kecupan di pipi Ayahnya.

"Ada Miko didalam dapur sedang bersama Mamah kamu."

Ririn menganggukan kepalanya mendengar apa yang dikatakan sama Ayahnya tersebut, ia berjalan ke arah dapur.

Bibirnya menyeringai sinis saat melihat ke dua pasangan selingkuhan itu berada didapur dan membantu Mamahnya yang sedang membuat kue.

Ririn tak menyapa Mba Vanya atau Miko. Ririn hanya mendekati Mamahnya saja dan memberikan kecupan untuk Mamahnya.

"Kamu sudah makan?" Luna, Mamahnya Ririn yang bertanya.

"Tidak nafsu makan," jawab Ririn tanpa melihat sama sekali keberadaann ke dua orang yang membuat hatiku menjadi hancur berkeping-keping.

"Kenapa tidak nafsu makan? kamu harus makan yang banyak Ririn." Suara itu berasal dari Miko.

"Dengar itu kekasihmu bicara, cepat makan." Mamah Luna yang terus mendesak putrinya agar cepat makan.

"Tak nafsu sama sekali, ditambah melihat wajah munafik."

"Apa maksudmu Ririn?" tanya Mba Vanya.

"Bukan apa-apa."

"Aku mandi dulu." Ririn berucap kepada Mamahnya itu.

Saat ia ingin menuju anak tangga, sebuah tangan menarik pergelangan tangannya. Membuat ia berhenti melangkah.

Ririn menatap pergelangan tangannya yang disentuh, ia menoleh dan melihat kalau Miko yang menyentuh pergelangan tangannya.

"Apa kamu ada masalah?" Miko yang berjalan untuk mendekati Ririn.

"Lepaskan!' Ririn berkata dengan nada yang tegas dan wajah yang datar saja.

"Kamu ada apa Ririn?" tanya Miko yang merasa aneh melihat sikap Ririn yang menjadi dingin.

"Lepaskan!!" tegas Ririn.

"Sudah ku bilang, Ririn aneh sekali,"celetuk Vanya.

"Ada apa? kamu punya masalah? ceritakan? Miko bertanya berkali-kali, tapi tak ada jawaban dari Ririn.

Ririn menepis dengan kasar tangan menjijikan itu, ia berjalan menaiki anak tangga. Suara sudah serak karena selalu menangis.

Tubuhnya juga lelah sekali dan yang paling utama, ia malas berdekatan dengan orang-orang bermuka dua.

Bahkan Ririn tak bertanya kenapa Miko ada dirumahnya, ia tak peduli lagi apa yang dilakukan sama sang pengkhianat. Ririn sudah tau, kalau Miko hanya ingin bersama dengan Mba Vanya.

Ririn membuka kunci kamarnya, tapi saat ia akan masuk. Pintu kamarnya tertutup dan ia  melihat ke arah samping.

"Apa kamu marah sama aku?"

Ririn mengira kalau Miko, tak akan bertanya lebih lanjut lagi. Tapi pria itu sampai mengejar dirinya.

"Apa kamu marah aku, karena tidak datang ke cafe?" Miko sambil menyentuh ke dua tangan Ririn.

"Tidak."

"Aku sudah memberitahu dirimu, kalau ada pekerjaan yang mendadak membuat aku tak bisa datang dan telat mengabari dirimu."

"iya aku mengerti." Ririn menepis kembali tangan itu.

"Kamu kenapa?" Miko yang panik melihat sikap Ririn.

"Aku lelah, ingin beristirahat."

"Tapi sepertinya kita harus berbicara?" Miko yang menarik pergelangan tangan Ririn dan masuk ke dalam kamar Ririn.

"Keluar dari kamar saya!!" Ririn berteriak dengan keras dan kuat.

"Ririn!" Miko membentak Ririn karen gadis itu terus saja memaksanya untuk pergi.

"Kita harus bicara? kamu kenapa?"

"Kamu bertanya, aku kenapa?" tanya balik Ririn sambil mendorong dengan kasar dada Miko yang akan mendekati dirinya.

"Iya." Miko yang mendekati Ririn yang marah itu.

"Jika kamu marah, karena aku ga datang ke cafe waktu itu. Aku minta maaf sama kamu," timpal Miko sambail mengenggam ke dua tangan Ririn.

"Lakukan sesuka kamu, aku tak peduli!!" bentak Ririn seraya berusaha agar Miko keluar dari kamarnya.

"Aku lelah Miko, apa kau tak mengerti!!" Ririn dengan emosinya yang memuncak.

"Baiklah, kita akan bicara lagi." 

Ririn melihat Miko yang berjalan untuk keluar dari kamarnya. "Miko." Ririn memangil nama pria itu, hingga membuat Miko menoleh.

"Iya?' tanya Miko dengan suara yang lembutnya.

"Apa salahku?" Ririn bertanya sambil melihat wajah pria yang bersamanya selama 7 tahun bersama.

"Apa maksud ucapan kamu? aku tak paham?" Miko yang melihat wajah Ririn.

"Keluarlah." Ririn berkata dengan nada yang dingin. Ririn juga memalingkan wajahnya dari MIko.

Telinganya mendengar suara pintu kamarnya yang tertutup, ia menoleh untuk memastikan dan benar kalau pria itu sudah keluar dari kamarnya.

Ririn duduk ke dilantai kamarnya yang dingin, ia meremas bajunya dibagian dada miliknya. Rasa sakit ini masih menyerang hatinya.

Ririn bertanya-tanya apa yang harus ia lakukan, agar ia bisa menghilngkan rasa sakit yang menyerang hatinya ini.

Dirumahnya ini sungguh membuat ia sesak nafas. Air matanya tanpa terasa keluar kembali, Ririn tak makan sehairian penuh.

Hatinya yang sakit, membuat tubuhnya enggan untuk melakukan aktifitas seperti biasa. Hidup Ririn seakan hancur hanya sebuah cinta.

Ririn mengingta perkataan kepala chefnya, ia menghapus air matanya dengan kasar. Ririn bangkit untuk membersihkan tubuhnya dan wajahnya yang.

17 menit telah berlalu dan Ririn baru keluar dari kamar, karena Ririn mandi dalam keadaan menangis kemnbali.

Ririn hanya duduk diatas ranjangnya tanpa melakukan apapun, hingga ia mendengar suara dari motor Miko.

Dengan refleknya, ia bangkit dari atas ranjangnya. Ririn berjalan menuju jendela kamarnya. Hatinya tercabik-cabik saat ia melihat kembali Miko yang bersama dengan Mba Vanya.

Tangannya terkepal kuat, mereka bahkan berani berdua didepan rumahnya. Padahal mereka tau kalau dirinya ada dirumah ini. 

Ririn terdiam saat melihat Mba Vanya yang ia kira akan kembali masuk ke dalam rumahnya, tapi Miko dan Mba Vanya pergi.

Rasa penasaran kembali menyergap hatinya, ia melihat ponselnya yang masih tergeletak dilantai dalam keadaan yang mengenaskan.

Jika saja ponselnnya tak rusak, sudah dipastikan kalau ia bisa melacak keberadaan Miko. Ririn terdiam sambil berfikir, apa yang harus ia lakukan.

Hingga ia menyadari, kalau ia bisa melacak keberadaan Mba Vanya dengan ponsel ke dua orang tuanya.

Ririn bergegas keluar dari kamarnya dan mencari Ayahnya hanya untuk memiinjam ponselnya itu.

Ririn ingin tau apa yang mereka lakukan saja dibelakangnya ini, walaupun ia harus kembali merasakan sakit hati. Tapi Ririn ingin tau saja semua perselingkuhan mereka.

Bab terkait

  • Sentuhan Cinta   BAB 7. Tertangkap Basah

    Ririn mengikuti arahan dari ponsel Ayahnya, yang ia pinjam hanya untuk melacak pasangan selingkuh tersebut.Matanya kembali melihat ponsel Ayahnya karena ingin memastikan kalalu lokasi yang ia datangi adalah benar.Ririn melihat jam yang sudah menunjukan pukul 9 malam, entah apa yang dilakukan pasangan itu didalam apartement milik Miko.Ririn sangat tau jelas dimana dirinya sedang berdiri sekarang, Apartement yang mana uang mukanya berasal dari dirinya dan sekali-kali ia membayar cicilan apartement ini.Kakinya melangkah memasuki apartement untuk menuju unit apartement yang ditinggalin sama Miko. Saat ia sudah masuk ke dalam lift.Ririn melihat pantulan wajahnya, yang mengenaskan sekali. Walupun dirinya sudah mandi, tapi tetap saja wajahnya kusut dan seperti orang tak bergairah hidup.Saat ia sudah keluar dari lift, degup jantungnya sampai berdetak. Entah kenapa ia merasa hal sepert

  • Sentuhan Cinta   BAB 8. Patah Hati Terdalam

    Ririn sudah keluar dari apartement, ia sendirian berjalan dalam keadaan yang menangis tersedu-sedu. Hatinya merasakan amat kesakitan.7 tahun bukan waktu yang sebentar, sudah terlalu banyak hal yang sudah dirinya lewati bersama dengan Miko. Ririn sangat mencintai pria itu dan mempercayainya.Tapi orang yang ia cintai dan percayai malah orang yang akan menghancurkan hatinya berkali-kali lipat.Semua yang sudah ia susun tentang rumah tangga bersama dengan Miko harus pupus dan hanya menjadi tinggal kenangan yang menyakitkan.Tak akan ada lagi hari pernikahan dan impian dirinya untuk membangun rumah tangga dengan pria itu. Uang yang sudah ditabung selama ini untuk pernikahan, hanyalah sia-sia saja.Ririn berada dihalte bus sendiri saja, waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Hawa dingin yang menusuk tubuhnya y

  • Sentuhan Cinta   BAB 9. Pergilah Berlibur!

    "Ada apa?" tanya Binnie yang sedari tadi melihat Ririn yang terus saja memandang selembaran brosur itu."Indah kan?" Ririn yang bertanya kepada temannya itu."Iya indah sekali, terkenal dengan pantainya luar biasa," jawab Binnie yang juga ikut melihat brosur itu.Ririn masih memandangi brosur, dengan sekali-kali bibirnya tersenyum manis. Binnie melihat ekspresi wajah Ririn, yang sepertinya senang sekali hanya melihat brosur itu."Pergilah!"Ririn yang mendengar apa yang dikatakan sama teman itu, ia menoleh ke arah Binnie. Ririn hanya mengelengkan kepalanya saja, sebagai jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan sama Binnie."Kenapa?" Saat Ririn ingin menjawab pertanyaan dari temannya itu, suara intruksi terdegar dan menandakan kalau waktu jam istirahat sudah selesai. Semua chef harus kembali lagi untuk memasak.Kali ini Ririn tak melakukan kesalahan seperti kemarin, dirinya juga memasak seperti biasanya yang s

  • Sentuhan Cinta   BAB 10. Keputusan Yang Berat

    Pukul 10 malam, Ririn tak bisa tidur. Dirinya sudah memutuskan akan pergi ke Hawai mengunakan uang yang dirinya tabung selama ini.Uang yang ia kira untuk modal pernikahan dan rumah tangga. Tapi takdir berkata lain, uang ini akan ia gunakan untuk menghibur dirinya yang sedang patah hati.Ririn sedang mencari tiket pesawat dari Indonesia ke Hawai. Tak lupa juga Ririn mencari hotel untuk ia tinggalin.Ririn sangat berhati-hati sekali dalam mencari tiket dan juga hotel, karena ia tak ingin ditipu dan uangnya menjadi habis.Jiwa iritnya masih mendarah daging didalam diri Ririn, membuat Ririn membanding semua harga hingga menghabiskan waktu 3 jam lamanya.Akhirnya semunya sudah selesai, ia menatap jam dan membuat matanya membulat sempuran karena sudah pukul 12 malam.Ririn bergegas menuju ranjangnya dan membaringkan tubuhnya yang lemas ini dan butih istirahat yang banyak."S

  • Sentuhan Cinta   BAB 11. Kau Harus Pergi Ririn!!

    Ririn tersenyum setelah pulang dari acara makan-makan bersama dengan rekan kerjanya, besok ia sudah resmi menjadi pengangguran.Ia akan memberitahu ke dua orang tuanya nanti saja, setelah ia selesai berlibur. Saat bibirnya tersenyum sumringah.Ada satu hal lagi yang membuat senyumannya luntur seketika, pria yang sudah mengkhinati hatinya.Ririn berpura-pura tak melihat keberadaan Miko dan kakaknya Mba Vanya. Mereka bertengkar diluar rumah.Ia hanya berdecih sinis saja melihat kelakukan sejoli itu, mereka sangat bemesra sekali disaat Miko masih mempunyai hubungan dengan dirinya.Sekarang setelah putus dengannya, malah pasangan tersebut terus saja bertengkar. Ririn tak memperdulikan mereka.Ia lebih memilih untuk masuk ke dalam rumahnya, tapi ada suara yang memanggil namanya. Tapi Ririn mengacuhkannya.Saat ia mengacuhkan mereka, sebuah tangan mencekalnya. Hingga membuat R

  • Sentuhan Cinta   BAB 12. Hari Keberangkatan

    Pukul 10 pagi hari. Ririn baru bangun dan ia membuka matanya perlaha-lahan. Tubuhnya sudah menjadi lebih baik.Ririn merasa ada yang aneh kepadanya, hingga ia akhirnya sadar kalau koper miliknya. Ririn bagun dari atas ranjangnya.Matanya melihat jelas kekacuan yang dialami sama kamarnya ini. Semua barang-barang yang ia ingin bawa, belum juga dikemas dengan baik.Ririn merenggangkan tubuhnya, lalu ia kembai ke lantai kamarnya. Ririn mengumpat karena jam sudah menunjukan pukul 10 pagi.Bahkan ia belum juga keluar dari kamarnya sama sekali. Tapi itun harus cepat mengemasi pakaiannya, walaupun ia harus menahan lapar sekali pun.Berjam- jam, Ririn mengemasi pakaian miliknya dan juga barang-barang yang akan ia butuhkan disana nanti.Pukul 5 sore hari. Ririn baru menyelesaikan semua kebutuhan dirinya. Ia memakan waktu lama hanya untuk berkemas.Karena ini adalah perjalanan per

  • Sentuhan Cinta   BAB 13. Menuju Hawai

    Pukul 7 malam, Ririn yang sudah siap dengan semuanya. Bahkan taxi yang dirinya pesan sudah datang dan berada didepan rumahnya.Ririn sudah berpelukan kepada ke dua orang tuanya. Sejujurnya ia sedih sekali, karena baru pertama kalinya ia pergi jauh dari ke dua orang tuanya."Hati-hati kamu disana dan jangan lupa makan." suara Mamahnya yang Luna yang terus memperingati anaknya itu."Iya Mamah," jawab Ririn."Miko mana Ririn?"Pertanyaan yang dianjukan sama Mamahnya, membuat ia menjadi bingung dan tak mengerti harus menjawab seperti apa.Tapi dirinya tak boleh memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Lagi-lagi sepertinya dirinya harus berbohong sama ke dua orang tuanya ini."Lagi ada kerjaan.""Seharusnya, dia mengantarkan kepergian kamu." kali ini suara Ayahnya Ririn."Miko tak ingin berpisah dengan aku, jadi lebih bak tak menga

  • Sentuhan Cinta   BAB 14. Pria Tampan dan Seksi

    "Wow, bagus sekali!!!!" teriak Ririn.Ririn sudah sampai di kamar hotelnya, saat ia pertama kali masuk matanya langsung saja disuguhi pemandangan pantai Hawai.Ririn loncat-loncat saking senangnya dirinya, andai saja ia mempunyai ponsel. Pasti ia akan memfoto dirinya yang datang ke hawai ini.Tubuh Ririn menjadi diam saat, ia mengingat kalau dirinya harus menelepon orang tuanya jika sudah sampai.Tapi ia tak punya ponsel dan juga tak memiliki sim card. Mengingat hal itu membuat Ririn menjadi bingung.Jika ia tak cepat menghubungi ke dua orang tuanya, pasti ia mereka berdua akan khawatir sama dirinya."Ririn bodoh." Ririn memukul kepalanya, saking bodohnya dirinya yang melupakan barang yang penting itu.Saat Ririn duduk diatas ranjang empuk ini. Tubuhnya diam dan membeku, saat matanya pertama kali melihat telepon kabel yang berada dimeja."Apa bisa m

Bab terbaru

  • Sentuhan Cinta   BAB 98. Bukan Akhir Segalanya

    Di pagi buta seperti ini. Dirinya sudah dipaksa untuk bangun dari tidurnya dan tiba-tiba saja Roy mengatakan kalau kakaknya sedang menunggu didalam mobil sedan berwarna putih. Roy menipunya dengan mengatakan hal tersebut, membawanya pada pukul 6 pagi hari. Bahkan matahari saja belum muncul.Bahkan Ririn ingin meminta bantuan dari Ares, tapi pria itu sama sekali tak bisa dihubungi. Padahal semalam dirinya tidur bersama dengan Ayah dari anaknnya, di kamar rumah sakit. Membuat Ririn mengucapkan sumpah serapah kepada Roy, yang seenaknya saja membawa dirinya di pagi hari ini."Tersenyumlah agar cantik," ucap Roy kepada wanita itu yang sedang duduk."Apa yang elu lakukan sama gue Roy?" Ririn menatap tajam adik dari Ares.Tapi bukannya menjawab apa yang dikatakan sama Ririn, Ares malah memerintahkan kepada staff untuk melakukan hal magic kepada Ririn, yang sedang marah-marah itu."Roy!!

  • Sentuhan Cinta   BAB 97. Permintaan dan Permohonan

    Pukul 8 malam hari di rumah sakit. Ririn tetap berada disamping kakaknya yang tak juga terbangun. Hati Ririn hancur melihat alat-alat yang menempel ditubuh Vanya. Ririn juga tak henti-hentinya untuk menangis.Ririn memegang dengan lembut tangan Vanya, sambil berdoa kepada Tuhan, agar membuat Vanya cepat sadar. Tapi kakaknya tak juga sadar, padahal kata dokter kakaknya akan bangun. Tapi kenapa Vanya belum juga membuka matanya.Kriet. Pintu terbuka dan membuat Ririn menoleh, mendengar suara itu."Rin. kembalilah ke kamar kamu." Roy mendekati wanita hamil tersebut."Masih ada disini?" Ririn yang kaget karena Roy masih berada dirumah sakit, dirinya mengira kalau Roy akan kembali."Hm, priamu itu memintaku untuk menemanimu," jawab Roy yang berdiri disamping Ririn.Ririn hanya menganggukan kepalanya saja. Tatapan matanya kembali melihat ke arah Vanya. "Kapan kakak

  • Sentuhan Cinta   BAB 96. Aliran Listrik

    Ares mendobrak pintu berkali-kali, tapi pintu ruang bawah itu sangat kuat dan membuat Ares susah menembusnya. Oleh karena itu Ares menembakan pintu terbuka dan membuat kunci pintu hancur. Membuatnya menjadi lebih mudah masuk ke dalam ruang bawah tersebut Bibirnya menyeringai bak seorang iblis. Tatapan matanya dan aura yang Ares keluarkan berubah seketika, saat melihat orang yang dicarinya. Ares menatapnya seakan ingin membunuh langsung Miko, yang sedang duduk dengan wajah yang babak belur. Pria itu langsung saja bangun disaat melihat kedatangan Ares, dengan tangan yang membawa senjata api tersebut. Ares mendekati pria bajingan itu dan membuatnya saling berhadapan dengan pria yang sudah membuat akal sehatnya menghilang. Tapi bukannya takut dengan kedatangan Miko.

  • Sentuhan Cinta   BAB 95. Menghukumnya

    Vanya akhirnya mendapatkan pertolongan. Ambulance membawanya pergi tubuhnya menuju rumah sakit bersama dengan Ririn yang tak ingin berpisah dengan kakaknya tersebut. Sedangkan Roy menelpon rumah sakit untuk menyediakan segalanya dan tak lupa juga memberitahu Ares melalui sekretarisnya tentang apa yang terjadi hari ini. Ares sangat sibuk sekali karena jadwal hari ini begitu padat sekali dengan berbagai macam rapat. Hingga membuat kakaknya melupakan ponselnya. Roy yang mengangkat panggilan masuk dari nomer asing di ponsel milik Ares dan yang mendengar suara-suara Ririn meminta pertolongan. Tapi setelah itu panggilannya terputus dan Roy menghubungi balik tapi ponsel tersebut tidak aktif lagi. Lantas dengan cepat Roy melacak semua jaringan itu dengan berbagai cara yang dirinya ketahui, hingga ia menemukan lokasinya. Untung saja Roy biasa menemukan lokasinya dengan cepat. Jika tidak kedua bersaudara itu akan dalam bahaya, terutama Ririn

  • Sentuhan Cinta   BAB 94. Bawa Dia!!

    Miko semakin mendekati Ririn yang terus saja mundur-mundur. Tapi Miko mendekati wanita yang terlihat jelas kalau sedang ketakutan. "Jika saja kamu kebih nurut, pasti tak akan terjadi hal ini." Miko menyeringai sinis dan tatapan mata Miko sangat tajam, seperti pedang yang siap menghunus siapapun.Vanya berdiri dengan susah payah, walapun harus menahan rasa sakit akibat tubuhnya yang menerima hantaman keras oleh Miko. Vanya harus bangkit karena ia melihat adiknya dalam keadaan yang berbahaya, Vanya tak akan membiarkan Miko melukai Ririn dan bayinya.Vanya menarik tangan Miko agar menjauh dari adiknya. Menahannya dengan sekuat tenang, walaupun dengan tubuh yang sakit. "Lari Ririn, keluar dari apartemen ini!!" teriak Vanya kepad adiknya."Tidak, tidak. Kita harus keluar bersama!!" ucap Ririn yang melihat kakaknya terus menahan Miko."Cepatlah, tak punya banyak waktu. Keluarlah!!" teriak Vanya.

  • Sentuhan Cinta   BAB 93. Bekerja Sama

    Entah keberanian dari mana membuat Ririn melakukan hal gila ini dengan bawa-bawa pisau. Tapi jika dirinya tak melakukan hal ini, pasti Ririn akan di lecehkan lagi sama Miko. Ririn tak ingin membiarkan hal itu terjadi."Baiklah sayang. Aku tak dekat-dekat dengan dirimu."Ririn sedikit tenang karena ancaman dirinya ini sangat ampuh dan membuat Miko tak akan berniat untuk melecehkan dirinya lagi. "Dimana kakak gue?" tanya Ririn kepada Miko.Arah pandangan mata Ririn berahli melihat ke arah telunjuk tersebut. Dugaan dirinya sepertinya memang benar, kalau kakaknya tersebut disembuyikan sama Miko. "Buka pintunya," perintah Ririn. Pasti pintu itu terkunci jika tidak, pasti kakaknya akan keluar dan menemui dirinya."Baiklah, tapi pisau itu jauhkan dari tangan kamu." Miko yang masih panik dengan apa yang dilakukan sama Ririn. Miko hanya menuruti apa yang dikatakan sama Ririn, tapi setelah itu ia akan me

  • Sentuhan Cinta   BAB 92. Makanlah Bersama Aku

    Tubuh Vanya berada di atas ranjang, dalam keadaan tak berbusana sama sekali. Itu semua karena ulah Miko yang menyentuhnya secara paksa dan ancaman, membuat Vanya tak bisa berkutik dan melakukan apa yang dikatakan sama Miko, padahal dirinya tak ingin sama sekali disentuh oleh bajingan seperti Miko.Cairan bening keluar dari matanya, tubuhnya tak terlalu merasakan sakit walaupun Miko melakukannya dengan kasar. Perasaanya saja yang sangat terluka, akibat perbuatan dari Miko. Hiks.. hiks.. Sungguh hatinya merasakan sakit bertubi-tubi ini semua karena Miko. Pria itu sudah melukai perasaanya dan sekarang melukai tubuhnya.Vanya hanya bisa tergeletak di kasur ini saja, tubuhnya lemas dan tak bisa melakukan apapun. Lagian kamar yang Vanya tempati terkunci dari luar oleh Miko. Pria itu juga keluar dari kamar dan meninggalkannya sendiri dengan air mata yang bercucuran.Vanya hanya berharap semoga saja adiknya tidak datang ke

  • Sentuhan Cinta   BAB 91. Menghilang

    Pukul 8 pagi hari. Ririn sudah terbangun dari tidurnya yang nyenyaknya. Tubuhnya merasakan sakit sekali, akibat sentuhan panas tersebut. Efeknya baru dirinya rasakan pagi ini. Ares sungguh sangat luar biasa, sekaligus gila karena telah membuat tubuhnya sakit-sakit."Tubuhku yang malang." Ririn segera bangkit untuk berendam air hangat. Semoga saja mampu sedikit mengurangi rasa sakit tubuhku ini.Tak butuh waktu lama Ririn sudah keluar dari kamar mandi dengan perasaanya yang jauh lebih nyaman. Ririn berendam hanya 7 menit saja, sejujurnya mau lebih lama. Tapi dirinya ingat sedang mengandung. Ririn hanya takut saja, kalau tak baik berendam lama-lama untuk kandungannya ini.Pandangan mata Ririn melihat ke arah langit yang cerah sekali dan langitnya indah. Ririn menuju balkon kamarnya untuk menghirup udara pagi yang segar ini. "Indah sekali." bibir Ririn tersenyum manis melihat cuaca yang indah dan bagus ini.&nb

  • Sentuhan Cinta   BAB 90. Tutup Mulutmu!!

    Vanya duduk kursi yang berada dibalkon kamarnya, menatap langit-langit malam yang begitu gelap dan tak ada bintang yang menghiasi langit ibu kota ini. Seperti hatinya yang gelap dan tak ada arah kehidupan lagi. Vanya bahkan dianggap tak ada dirumah ini oleh kedua orang tuanya, sedangkan orang yang dirinya cintai hanya menganggapnya sebagai pelampiasan nafsunya saja. Mata Vanya otomatis menoleh ke arah bawah saat mendengar suara orang. Vanya melihat kedua pasangan tersebut yang baru keluar dari rumah ini. Kedua pasangan itu tak lain adalah Ririn dan juga Ares. Ririn mengantarkan Ares untuk ke depan pintu, sepertinya Ares akan pulang. "Serasi sekali," ucap Vanya dengan senyuman tipis melihat adiknya yang sepertinya sudah mendapatkan kembali kehidupan asmaranya. "Semoga kalian bahagia. Aku tak akan biarkan Miko merusak kebahagian kalian." Vanya dengan matanya yang masih melihat kedua pasangan itu yang masi

DMCA.com Protection Status