Pukul 5 sore hari waktu Hawai. Ririn keluar dari kamarnya, setelah ia hanya didalam kamar saja, semenjak pria aneh itu mengikuti dirinya.
Mengingingat hal itu saja selalu membaut Ririn menjadi marah, karena liburannya ini seperti terganggu. Itu semua karena pria asing yang sudah berani sekali mengancam dirinya.
Ririn sudah keluar dari kamar hotelnya, ia hanya berharap semoga tak melihat pria yang menyebalkan itu lagi.
Saking Ririn tak ingin bertemu dengan pria itu lagi, Ririn memakai topi untuk menutupi wajahnya. Itu jauh lebih baik.
Ririn memasuki lift, saat ia memasuki lift entah kenapa suasana menjadi mencekam sekali. Ririn merinding dibuatnya.
Mata Ririn hanya melihat sepatu seorang pria, didalam lift ini. Ririn dengan takut-takut, melirik ke arah pria itu.
Glek.
Saat dirinya melihat pria itu, Ririn dengan cepat meluruskan kepalanya.
Perlahan mata Ririn mulai terbuka, pemandangan pertama kali yang dirinya lihat adalah langit-langit ruangan.Kepalanya berdenyut kesakitan, hingga membuat tangannya memijat kepalanya. Saat dirinya sedang memijat kepalanya.Ingatan Ririn kembali mengingat, Ririn yang mengingat apa yang terjadi kepada dirinya. DEngan cepat membuka matanya lebar-lebar."Dimana ini?"Ririn sungguh sangat panik sekali. Ia juga mengingat ada orang yang mengikutinya, saat ia ingin minta tolong, ada yang membekap mulutnya.Hanya sampai disana saja ingatan Ririn. Tubuhnya menjadi keringat dingin, saking takut dan gugupnya."Dimana ini?" Ririn matanya masih melihat sekeliling.Ririn melihat karena ia ingin memastikan kalau ini bukan kamarnya. Tentu saja bukan kamarnya, karena sangat mewah."Siapa yang melakukan ini? apa salah gue?" Ririn pusing
Ririn mendorong dada pria itu, saat pria itu akan menciumnya lagi. Ririn dengan cepat bangun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu.Ririn harus keluar dari kamar ini dan menjauhi pria meseum yang sudah lancang sekali mencium bibirnya.Saat tangannya sudah menyentuh knop pintu. Tapi pintunya tak bisa dibuka dan membuatnya menjadi panik."Mau keluar Nona?"Suara serak dan seksi itu kembali bersuara, membaut tubuh Ririn merinding hanya dengan mendengar suaranya saja.Ririn memukul kepalanya, agar ia bisa fokus untuk bisa keluar dari kamar hotel ini. Bukannya malah mengagumi ketampanan dari pria yang bernama Ares terus.Ririn memutarkan tubuhnya hingga bisa menatap pria itu lagi. Saat dirinya sudah saling berhadapan dengan pria bernama Ares tersebut.Mulut Ririn seakan menganga melihat ciptaan Tuhan yang luar biasa tersebut. Bagaimana Ririn tak terpana.
Pukul 1 pagi hari waktu Hawai. Mata Ririn masih juga belum terpejam. Bayangan-bayangan pria yang menculiknya itu, menghantui dirinya.Bahkan ciuman bibir itum masih terasa jelas di bibirnya yang lembut ini. Ririn tak menduga jika pergi ke Hawai, akan bertemu dengan pria -pria aneh.Satu pria ponsel dan satu lagi pria lift. Tapi pria lift yang bernama Ares itu jauh lebih gila, karena sudah menculiknya, membiusnya, dan mencium bibirnya yang suci ini.Ririn mengumpat berkali-kali, karena bibirnya sudah tak suci lagi dan itu semua karena pria bernama Ares.Lihat saja nanti, saat dirinya sudah berada di negaranya sendiri. Ririn akan menyantet si Ares itu, biar tau rasa."Bajingan," umpat Ririn.Ini semua karena ulah pria bajingan itu, membuatnya jadi tak bisa tidur seperti ini. Ririn juga bingung harus melakukan apa di jam seperti ini.Telapak
Jantungnya tak henti-henti berdetak memikirkan hal yang terjadi tadi. Pria bernama Ares itu kembali bertemu dengan dirinya.Untung saja pria itu tak membuat ulah dengan cara menculik dirinya lagi. Ririn lega akan hal itu, tapi saat mengingat perkataan pria itu.Pipinya bersemu merah, bukan karena ia merasa malu. Tapi dirinya merasa sangat kesal karena pria itu telah menghinanya secara terang-terangan.Ririn merasa marah akan tuduhan pria itu yang seakan mengatakan kalau dirinya hanyalah wanita penggoda dan murahan.Entah kenapa pria bernama Ares itu mengatakan hal seperti itu kepada dirinya dan membuatnya menjadi sangat kesal dan pastinya marah."Bajingan," umpat Ririn saking kesalnya sama pria itu.Ririn harus mengingat semua perlakukan pria bernama Ares itu. Walaupun tampan tapi hati dan mulutnya itu sangat jahat.Niat Ririn ingin menya
Saat Ririn sedang menundukan kepalanya, ia merasakan sebuah sentuhan di kepalanya dan membuat Ririn mendongkakan kepalanya."Kau bisa menangis kucing liar?"Hiks Hiks.Tangisan Ririn menjadi pecah dan membuat Ririn menangis tersedu-sedu."Aish," umpatnya setelah melihatnya menangis kencang sekali."Berhentilah.""Dompetku hilang hiks..hiks, mereka menghina dan mengumpatku." Ririn seakan mengadukan apa yang dirinya alami.Ririn semakin menangis dan menangis. Ia sangat sedih karena uangnya sudah hilang dan dompetnya yang terdapat data dirinya juga.Membuat tubuh Ririn menjadi lemas dan jatuh terduduk di jalanan. "Apa yang harus ku lakukan?"Hiks...hiks."Kenapa semua selalu tak berjalan dengan apa yang ku inginkan? dosa apa yang sudah kulakukan di masa lalu? hingga Tuhan menghukumku seperti ini?""Ber
Malam sudah datang dan sekarang sudah pukul 6 malam hari. Ririn masih duduk di mobil dengan pandangan mata yang tadi melihat ke arah pantai.Ririn berkali-kali menghela nafasnya dan juga menahan rasa takut. Mengingat ucapan dari Ares yang menakuti dirinya akan pantai ini.Ririn juga bingung sama pria itu yang meminta untuk tetap didalam mobil dan jangan keluar. Ririn menurutinya, karena Ares sudah berkata kalau dirinya keluar dari mobil, nanti akan ada hantu yang datang.Jadilah Ririn di dalam mobil saja, seraya sekali-kali menatap sekeliling yang benar-benar tampak sangat sepi sekali.Pikiran Ririn berubah menjadi negatif, dirinya merasa kalau ia sedang di kerjai sama pria berwajah sangat tampan itu.Tapi Ririn juga tak berani untuk keluar dari mobil, karena suasana di luar sana menyeramkan.Pria itu belum juga datang, padahal sudah pergi 15 menit yang lalu. Pergi tepat disaat mata
"Apa maksudmu Tuan?""Pilih kecupan atau ciuman," kata Ares."Untuk apa?" Ririn sama sekali tak mengerti dengan arah tujuan pria bernama Ares itu bicara."Jika kau memilihnya, kau bisa mendapatkan semua barang mu ini." Ares sambil menujukan semua barang yang berada didompet ini.Matanya menyipit curiga, entah kenapa dirinya merasakan hal yang aneh dan membuat menjadi curiga sama pria itu.Tapi saat dirinya melihat barang-barang miliknya. Ririn menghela nafasnya, mau tak mau ia harus menjawab pertanyaan yang aneh itu."Kecupan," jawab Ririn dengan malasnya."Kecupan tak menarik," sahut Ares."Kembalikan barangku dan kelaur sana dari kamarku ini Tuan Ares terhormat," kata Ririn."Jawaban anda sangat tak menyenangkan. Jadi barangmu tak dikembalikan.""Ya!!! lancang sekali k
Ares tak mengindahkan kata-kata yang dilontarkan sama wanita yang ada dibawah tubuhnya ini.Wajah Ares semakin dekat dan dekat ke wajah wanita yang sedang panik ini. Bibirnya menyeringai sangat puas sekali.Ririn bahkan tak bisa bernafas dengan baik. Apalagi ditambah dengan helaan nafas Ares yang bersentuhan dengan kulitnya ini."Ares, serius jangan macam-macam." Ririn seraya menyentuh dada bidang Ares, agar tak mendekati tubuhnya."Takut?"Suara serak yang sangat seksi itu kembali muncul, membuat Ririn terpana akan suara Ares yang sangat jantan sekali.Ririn ingin mengeluarkan suaranya lagi, tapi mulutnya sudahh terkunci sama mulut Ares yang seksi tersebut.Ares memagut bibirnya dengan kasar dan membuat Ririn kemalahan dalam menghadapi serangan pria yang ada di atas tubuhnya ini.Tubuhnya selalu saja seperti in
Di pagi buta seperti ini. Dirinya sudah dipaksa untuk bangun dari tidurnya dan tiba-tiba saja Roy mengatakan kalau kakaknya sedang menunggu didalam mobil sedan berwarna putih. Roy menipunya dengan mengatakan hal tersebut, membawanya pada pukul 6 pagi hari. Bahkan matahari saja belum muncul.Bahkan Ririn ingin meminta bantuan dari Ares, tapi pria itu sama sekali tak bisa dihubungi. Padahal semalam dirinya tidur bersama dengan Ayah dari anaknnya, di kamar rumah sakit. Membuat Ririn mengucapkan sumpah serapah kepada Roy, yang seenaknya saja membawa dirinya di pagi hari ini."Tersenyumlah agar cantik," ucap Roy kepada wanita itu yang sedang duduk."Apa yang elu lakukan sama gue Roy?" Ririn menatap tajam adik dari Ares.Tapi bukannya menjawab apa yang dikatakan sama Ririn, Ares malah memerintahkan kepada staff untuk melakukan hal magic kepada Ririn, yang sedang marah-marah itu."Roy!!
Pukul 8 malam hari di rumah sakit. Ririn tetap berada disamping kakaknya yang tak juga terbangun. Hati Ririn hancur melihat alat-alat yang menempel ditubuh Vanya. Ririn juga tak henti-hentinya untuk menangis.Ririn memegang dengan lembut tangan Vanya, sambil berdoa kepada Tuhan, agar membuat Vanya cepat sadar. Tapi kakaknya tak juga sadar, padahal kata dokter kakaknya akan bangun. Tapi kenapa Vanya belum juga membuka matanya.Kriet. Pintu terbuka dan membuat Ririn menoleh, mendengar suara itu."Rin. kembalilah ke kamar kamu." Roy mendekati wanita hamil tersebut."Masih ada disini?" Ririn yang kaget karena Roy masih berada dirumah sakit, dirinya mengira kalau Roy akan kembali."Hm, priamu itu memintaku untuk menemanimu," jawab Roy yang berdiri disamping Ririn.Ririn hanya menganggukan kepalanya saja. Tatapan matanya kembali melihat ke arah Vanya. "Kapan kakak
Ares mendobrak pintu berkali-kali, tapi pintu ruang bawah itu sangat kuat dan membuat Ares susah menembusnya. Oleh karena itu Ares menembakan pintu terbuka dan membuat kunci pintu hancur. Membuatnya menjadi lebih mudah masuk ke dalam ruang bawah tersebut Bibirnya menyeringai bak seorang iblis. Tatapan matanya dan aura yang Ares keluarkan berubah seketika, saat melihat orang yang dicarinya. Ares menatapnya seakan ingin membunuh langsung Miko, yang sedang duduk dengan wajah yang babak belur. Pria itu langsung saja bangun disaat melihat kedatangan Ares, dengan tangan yang membawa senjata api tersebut. Ares mendekati pria bajingan itu dan membuatnya saling berhadapan dengan pria yang sudah membuat akal sehatnya menghilang. Tapi bukannya takut dengan kedatangan Miko.
Vanya akhirnya mendapatkan pertolongan. Ambulance membawanya pergi tubuhnya menuju rumah sakit bersama dengan Ririn yang tak ingin berpisah dengan kakaknya tersebut. Sedangkan Roy menelpon rumah sakit untuk menyediakan segalanya dan tak lupa juga memberitahu Ares melalui sekretarisnya tentang apa yang terjadi hari ini. Ares sangat sibuk sekali karena jadwal hari ini begitu padat sekali dengan berbagai macam rapat. Hingga membuat kakaknya melupakan ponselnya. Roy yang mengangkat panggilan masuk dari nomer asing di ponsel milik Ares dan yang mendengar suara-suara Ririn meminta pertolongan. Tapi setelah itu panggilannya terputus dan Roy menghubungi balik tapi ponsel tersebut tidak aktif lagi. Lantas dengan cepat Roy melacak semua jaringan itu dengan berbagai cara yang dirinya ketahui, hingga ia menemukan lokasinya. Untung saja Roy biasa menemukan lokasinya dengan cepat. Jika tidak kedua bersaudara itu akan dalam bahaya, terutama Ririn
Miko semakin mendekati Ririn yang terus saja mundur-mundur. Tapi Miko mendekati wanita yang terlihat jelas kalau sedang ketakutan. "Jika saja kamu kebih nurut, pasti tak akan terjadi hal ini." Miko menyeringai sinis dan tatapan mata Miko sangat tajam, seperti pedang yang siap menghunus siapapun.Vanya berdiri dengan susah payah, walapun harus menahan rasa sakit akibat tubuhnya yang menerima hantaman keras oleh Miko. Vanya harus bangkit karena ia melihat adiknya dalam keadaan yang berbahaya, Vanya tak akan membiarkan Miko melukai Ririn dan bayinya.Vanya menarik tangan Miko agar menjauh dari adiknya. Menahannya dengan sekuat tenang, walaupun dengan tubuh yang sakit. "Lari Ririn, keluar dari apartemen ini!!" teriak Vanya kepad adiknya."Tidak, tidak. Kita harus keluar bersama!!" ucap Ririn yang melihat kakaknya terus menahan Miko."Cepatlah, tak punya banyak waktu. Keluarlah!!" teriak Vanya.
Entah keberanian dari mana membuat Ririn melakukan hal gila ini dengan bawa-bawa pisau. Tapi jika dirinya tak melakukan hal ini, pasti Ririn akan di lecehkan lagi sama Miko. Ririn tak ingin membiarkan hal itu terjadi."Baiklah sayang. Aku tak dekat-dekat dengan dirimu."Ririn sedikit tenang karena ancaman dirinya ini sangat ampuh dan membuat Miko tak akan berniat untuk melecehkan dirinya lagi. "Dimana kakak gue?" tanya Ririn kepada Miko.Arah pandangan mata Ririn berahli melihat ke arah telunjuk tersebut. Dugaan dirinya sepertinya memang benar, kalau kakaknya tersebut disembuyikan sama Miko. "Buka pintunya," perintah Ririn. Pasti pintu itu terkunci jika tidak, pasti kakaknya akan keluar dan menemui dirinya."Baiklah, tapi pisau itu jauhkan dari tangan kamu." Miko yang masih panik dengan apa yang dilakukan sama Ririn. Miko hanya menuruti apa yang dikatakan sama Ririn, tapi setelah itu ia akan me
Tubuh Vanya berada di atas ranjang, dalam keadaan tak berbusana sama sekali. Itu semua karena ulah Miko yang menyentuhnya secara paksa dan ancaman, membuat Vanya tak bisa berkutik dan melakukan apa yang dikatakan sama Miko, padahal dirinya tak ingin sama sekali disentuh oleh bajingan seperti Miko.Cairan bening keluar dari matanya, tubuhnya tak terlalu merasakan sakit walaupun Miko melakukannya dengan kasar. Perasaanya saja yang sangat terluka, akibat perbuatan dari Miko. Hiks.. hiks.. Sungguh hatinya merasakan sakit bertubi-tubi ini semua karena Miko. Pria itu sudah melukai perasaanya dan sekarang melukai tubuhnya.Vanya hanya bisa tergeletak di kasur ini saja, tubuhnya lemas dan tak bisa melakukan apapun. Lagian kamar yang Vanya tempati terkunci dari luar oleh Miko. Pria itu juga keluar dari kamar dan meninggalkannya sendiri dengan air mata yang bercucuran.Vanya hanya berharap semoga saja adiknya tidak datang ke
Pukul 8 pagi hari. Ririn sudah terbangun dari tidurnya yang nyenyaknya. Tubuhnya merasakan sakit sekali, akibat sentuhan panas tersebut. Efeknya baru dirinya rasakan pagi ini. Ares sungguh sangat luar biasa, sekaligus gila karena telah membuat tubuhnya sakit-sakit."Tubuhku yang malang." Ririn segera bangkit untuk berendam air hangat. Semoga saja mampu sedikit mengurangi rasa sakit tubuhku ini.Tak butuh waktu lama Ririn sudah keluar dari kamar mandi dengan perasaanya yang jauh lebih nyaman. Ririn berendam hanya 7 menit saja, sejujurnya mau lebih lama. Tapi dirinya ingat sedang mengandung. Ririn hanya takut saja, kalau tak baik berendam lama-lama untuk kandungannya ini.Pandangan mata Ririn melihat ke arah langit yang cerah sekali dan langitnya indah. Ririn menuju balkon kamarnya untuk menghirup udara pagi yang segar ini. "Indah sekali." bibir Ririn tersenyum manis melihat cuaca yang indah dan bagus ini.&nb
Vanya duduk kursi yang berada dibalkon kamarnya, menatap langit-langit malam yang begitu gelap dan tak ada bintang yang menghiasi langit ibu kota ini. Seperti hatinya yang gelap dan tak ada arah kehidupan lagi. Vanya bahkan dianggap tak ada dirumah ini oleh kedua orang tuanya, sedangkan orang yang dirinya cintai hanya menganggapnya sebagai pelampiasan nafsunya saja. Mata Vanya otomatis menoleh ke arah bawah saat mendengar suara orang. Vanya melihat kedua pasangan tersebut yang baru keluar dari rumah ini. Kedua pasangan itu tak lain adalah Ririn dan juga Ares. Ririn mengantarkan Ares untuk ke depan pintu, sepertinya Ares akan pulang. "Serasi sekali," ucap Vanya dengan senyuman tipis melihat adiknya yang sepertinya sudah mendapatkan kembali kehidupan asmaranya. "Semoga kalian bahagia. Aku tak akan biarkan Miko merusak kebahagian kalian." Vanya dengan matanya yang masih melihat kedua pasangan itu yang masi