Beranda / Romansa / Sentuh Aku, Pak! / 118. Hukum Karma

Share

118. Hukum Karma

Penulis: helloimironman
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-02 04:24:25

"Mama?!"

Carla yang hendak marah karena pintu flat nya diketuk jam dua malam mendadak sirna emosinya ketika melihat Mirda berdiri di depan pintu dengan wajah berantakan. Belum lagi keberadaan koper besar di belakang Mirda, seketika rasa kantuk Carla langsung hilang.

Tanpa berkata apa-apa, Mirda membekap Carla erat, wanita itu menangis, merintih sedih di dalam pelukan sang anak, membuat Carla semakin dibuat kebingungan dengan tingkah Mirda saat ini.

"Mama kenapa, Ma?" sambil mengusap punggung Mirda, Carla bertanya dengan cemas.

Sebelum menunggu penjelasan dari Mirda, Carla memerintahkan sang Mama untuk masuk dan minum air putih lebih dulu agar ia jadi lebih tenang.

"Mama berantem sama Papa?" Hanya itu yang ada dipikiran Carla sekarang. Pertengkaran dalam rumah tangga itu wajar, Carla sering melihat Mama dan Papanya berdebat ketika ia masih tinggal satu rumah dengan mereka. Tapi, sebesar apapun perdebatan keduanya, Mirda bukan tipe istri yang lebih memilih untuk minggat dari pada men
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Murni Aty
yuk ahh lanjut, rajin2 up-nyaa tiap hari kayak dulu..
goodnovel comment avatar
Abdur Rochim
lanjut lagi om up trus tiap hari
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sentuh Aku, Pak!   119. Mengurung Diri

    "Car, keluar dulu dong. Mama kamu udah bikinin sarapan masa nggak dimakan?" Savian membuang napas frustasi sebab tak mendapatkan respon apapun dari Carla yang sedang mengurung diri di dalam kamar. Wajah Savian semakin menurun melihat Mirda yang tampak cemas mengkhawatirkan kondisi anaknya di dalam sana. "Tante udah sarapan? tante sarapan aja dulu, biar Carla saya yang bujuk ya," ujar Savian dengan lembut, ini sudah agak siang, tapi sarapan yang Mirda buat tampak belum tersentuh sama sekali.Mirda menggelengkan kepalanya. Bagaimana ia bisa mengisi perut sedangkan Carla tidak ia ketahui kondisinya seperti apa di dalam kamar yang terkunci itu. Senyum menenangkan terbit dibibir Savian, meski saat ini yang mencemaskan Carla bukan hanya Mirda, dirinya pun sama. Tapi Savian berusaha terlihat tenang agar Mirda tidak semakin panik. "Mungkin semalam Carla bergadang, Tante. Jadi kayaknya masih tidur di kamar." Begitulah dongeng Savian, padahal pria itu tahu sejak satu tahun lalu Carla sudah

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-02
  • Sentuh Aku, Pak!   120. Berubah Pikiran

    Sudah hari ketiga semenjak Mirda datang ke flat. Lalu malam ini, Carla kembali kedatangan tamu, Ozi, papa tirinya datang membawa wajah kesedihan. Carla yang tidak mau ikut campur memilih untuk pergi ke rumah Savian. Ia cukup peka dengan kondisi, tentu karena Mama dan Papanya butuh ruang untuk berbicara empat mata. "Mandi dulu sana," Baru saja Carla mendudukan diri di sofa empuk milik Savian, suara pria itu malah menginstruksinya membuat Carla mendengus jengkel mendengarnya. Ia baru pulang kerja setengah jam lalu, belum sempat mandi bahkan mengganti pakaian kerjanya. "Aku nggak bawa baju ganti," jawab Carla tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Savian menutup laptopnya, kemudian beranjak duduk di sebelah Carla. "Pakai baju aku aja," balasnya, Carla tetap menggelengkan kepala menolak. "Yasudah kalau nggak mau. Kamu juga tetap cantik walaupun belum mandi," Savian gunakan tangannya untuk merangkul Carla dan menarik gadis itu kedekapan. "Lagi chatan sama siapa?" tegur Sav

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Sentuh Aku, Pak!   121. Married

    Hari berjalan dengan begitu cepat, hingga tidak terasa Savian dan Carla telah sampai di hari kebahagiaan mereka. Saat ini keduanya sudah berada diatas panggung pelaminan, bersalaman dengan para tamu undangan yang datang.Senyum kebahagiaan tidak kunjung luntur dari sepasang wajah pengantin baru itu. Badan langsing Carla yang terbalut kebaya jahitan tangan mertua dipadukan dengan wajah ayu miliknya, siapapun yang melihat pasti memuji keelokan rupa wanita itu. Savian sampai kesel sendiri melihat istrinya dipandangi oleh mata jelalatan para pejantan lain. "Untung kamu jadi pengantin cuma satu kali," bisik Savian ketika mereka memiliki waktu untuk duduk dan berbincang. Tamu mulai surut, beberapa beralih ke prasmanan dan photo booth yang telah disediakan. "Kenapa emangnya?" tanya Carla, sedikit sibuk merapikan kebayanya agar tidak rusak. Kebaya khusus yang dirancang dan dijahit dengan tangan sang mertua kesayangan, Carla bakal menangis tiga hari tiga malam kalau sampai robek. Menurutnya,

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-26
  • Sentuh Aku, Pak!   122 - After Married

    Savian membereskan meja kerjanya dengan semangat. Sudah waktunya pulang, ia jadi tidak sabar ingin sampai di rumah dan memeluk tubuh mungil istrinya. "Udah mau balik, Pak?" Jordi yang melihat Savian keluar dari ruangannya latah bertanya. Pasalnya, tidak ada gurat kelelahan seperti yang biasanya Savian ciptakan saat mau pulang. Dan juga, masih tersisa satu jam lagi sebelum jam pulang kantor.Savian menoleh, sepasang alisnya terangkat saat melihat para bawahannya masih bergelut dengan pekerjaannya masing-masing. "Iya. Kok kalian belum pada pulang?" tanya Savian bingung.Dengan kompak para bawahan melongo dan saling melempar pandang. Sudah jam pulang apanya!"Masih satu jam lagi kaliiii, pak!" Miera menimpali dengan jengkel. Savian selalu mengomel setiap ada bawahannya yang izin pulang sebelum jam kerja, tapi lihat apa yang ia lakukan sekarang. Kalau tidak ingat mencari kerjaan itu susah, mungkin mereka sudah kompak memaki-maki Savian.Mendengar ucapan Miera, Savian menaikan sebelah tan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-20
  • Sentuh Aku, Pak!   123. Awali Hari Dengan Olahraga Pagi

    Jam 5 pagi Carla sudah bangun dari tidurnya. Hal pertama yang cewek itu lakukan adalah tersenyum kecil sambil memandangi Savian yang pulas di sebelahnya. Tangan Carla bergerak, mengusap usil rahang tegas Savian. “Hmmm...” Yang disentuh terusik, sepasang mata mengantuk Savian terbuka perlahan, kemudian ia membawa Carla ke dalam pelukannya. “Masih gelap, tidur lagi.” titahnya dengan suara serak-serak basah. “Kebo!” sungut Carla sambil mencubit pipi Savian yang mulai mengembung, baru dua bulan pernikahan, tapi Savian sudah menampakan perubahan pada tubuhnya. Kalau kata Deica, ‘Berarti susunya cocok’.Padahal Savian sudah berhenti meminum susu kemasan apapun. Selain dari sumbernya langsung.“Mas, awas dulu!” sentak Carla karena Savian semakin mempererat pelukannya. Savian terkekeh kecil melihat wajah kesal Carla, “Mau ke mana sih, Sayang?” tanyanya mengejek, masih enggan melepaskan badan mungil sang istri dari dekapan. “Mau mandilah, badan aku lengket gini.” jawab Carla diakhiri dengu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-10
  • Sentuh Aku, Pak!   124. Salahpaham

    "Mas, aku bingung deh." ujar Carla sambil sibuk menyiapkan bekal untuk Savian. Sementara suaminya itu sedang fokus main ponsel sambil minum kopi di pantri."Bingung kenapa, Sayang?" tanya Savian tanpa mengalihkan pandangannya dari layar benda pipih di tangan."Tabungan aku udah cukup buat beliin Mama rumah, meskipun bukan rumah yang besar sih. Tapi di sisi lain aku nggak tega biarin Mama tinggal sendirian." jawabnya. Semenjak menikah, Carla tinggal di rumah Savian. Sementara Mamanya tinggal sendirian di flat sebab Mirda sudah resmi bercerai dengan Ozi setelah Carla menang di pengadilan saat sidang kasus pelecehan dengan Genta."Sejak kamu tinggal sama aku, Mama tinggal sendirian bukan?" balas Savian."Ya tapikan cuma beda blok aja jarak rumah kita sama flat."Savian manggut-manggut, ia menyesap kopinya sesaat lalu bersuara lagi. "Aku gak masalah kok kalau Mama mau tinggal di sini sama kita. Lagian masih ada dua kamar kosong, kan?" Kontan Carla menoleh ke Savian, sepasang mata coklat

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-11
  • Sentuh Aku, Pak!   125. Carla Ngambek

    Carla menghembuskan napasnya mendapati Savian yang masih bergelut dengan berkas-berkas dan laptop di ruang kerja. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, sudah lewat dari waktu tidur, tapi lihat apa yang sedang suaminya itu lakukan?"Mas, ayo tidur." Carla tidak suka ranjangnya terasa dingin karena Savian tidak ada di sana.Sejenak Savian melepas fokusnya, ia menatap Carla dengan raut wajah bersalah. "Kamu duluan aja ya, Sayang, aku masih ada kerjaan." ini sudah peringatan kedua dari istrinya, tapi jawaban Savian masih tetap sama. Masih ada kerjaan.Akhir-akhir ini Savian sering bergadang demi pekerjaannya. Meski tidak begitu sering, tapi tetap saja Carla mengkhawatirkan kesehatan suaminya itu. "Bisa dilanjut besok, Mas. Lagian kamu besok juga kerja, harus bangun pagi." rengek Carla memohon. Ia bagai anak kecil yang meminta Ibunya untuk menemaninya tidur.Hembusan napas panjang Savian keluarkan, "Nggak bisa, Sayang. Harus diselesaiin malam ini juga." kekeh Savian keras kepala.Gan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-12
  • Sentuh Aku, Pak!   126. Bibit Curiga

    "Tumben nggak bawa bekel, Pak?" Jordi bertanya, menatap bingung kehadiran Savian di antara teman kantornya yang sedang menikmati makan siang di sebuah restoran Padang."Istri gue lagi sibuk, jadi nggak sempet masak." jawab Savian sembari memasukan tangannya ke dalam air kobokan.Sebenarnya tadi pagi Carla menawarkan Savian untuk membawa bekal, tapi Savian menolak karena tidak tega. Sejak kemarin istrinya itu sibuk membantu keluarga Alvero menyiapkan acara lamaran Jovan yang terlaksana hari ini. Makanya Savian sengaja membiarkan Carla istirahat sebelum kembali ke rumah Alvero lagi.Jordi manggut-manggut. Pria itu mulai memakan makan siangnya sambil memainkan ponsel di tangan. Ciri khas anak jaman sekarang, nggak bisa lepas dari ponsel. "Pak, bini lo lagi sama siapa nih?" wajah Jordi sedikit panik, ia menunjukkan layar ponselnya ke hadapan Savian.Savian hanya melirik ponsel Jordi sekilas, menampakan sebuah foto selfie Carla dan Alvero yang Alvero posting di i***a story, lalu Carla ikut

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25

Bab terbaru

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 16. Peluk Untuk Keina

    Kahfi menghembuskan napasnya cemas, pria itu tidak bisa berhenti memikirkan istrinya yang sekarang entah berada dimana. Keina yang beberapa jam lalu mengeluh tak enak badan, kini menghilang. Sudah sejak tadi Kahfi ingin mencarinya, tapi Keino melarang dan mengatakan kalau sebentar lagi gadis itu pasti akan pulang. Kata Keino, Keina memang suka pergi main tanpa bilang-bilang. Kalau pun memaksa pergi, Kahfi juga tidak tahu harus kemana, dia tidak mengenal teman-teman dekat istrinya. Sedari tadi ponsel Keina juga tidak bisa dihubungi."Tunggu di dalam aja, Kaf. Dingin di sini." Keino datang sambil memainkan kunci mobil di tangannya, sepertinya pria itu hendak pergi.Kahfi mengangguk tanpa mengatakan apapun. "Enggak usah khawatir, Keina emang gitu anaknya, bandel. Sering kabur-kaburan. Nanti kalau dia udah pulang, sentil aja kupingnya, kebiasaan kalau main enggak izin dulu. Dia lupa kali kalau sekarang udah punya suami." gerutu Keino. Mungkin dia kesal dengan tabiat adiknya yang satu itu

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 15. Bertemu Dirga

    Keina melenguh disela-sela tidurnya, bukan tanpa sebab tidurnya yang nyenyak itu terganggu. Ada sesuatu yang mengguncang pundaknya, dan dengan terpaksa Keina membuka mata."Na, bangun..." Suara halus itu kini sudah langganan ditelinganya, jelas dia tahu siapa pemiliknya. Kahfi."Kenapa sih, Kak? Aku masih ngantuk!" Keina menepis tangan Kahfi dari pundaknya. Demi Tuhan, dia masih ngantuk berat, setelah subuh tadi dia harus terbangun untuk sholat subuh, kini Kahfi kembali mengusik tidurnya lagi."Hei, kamu lupa hari ini kita mau ke Dokter Kandungan?" Meski suaranya masih tetap lembut, tapi nyatanya saat ini Kahfi sedang menahan rasa sabarnya. Baru beberapa minggu menjadi suami, namun rasa sabar Kahfi benar-benar diuji.Mendengar apa yang baru saja suaminya itu katakan, spontan sepasang mata Keina membulat sempurna. Dia segera memunggungi Kahfi dan meringis pelan. Tentu saja sambil mengumpat dalam hati. Benar, dia lupa kalau hari ini mereka sudah janjian untuk periksa kandungan. Bukan me

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 14. Gawat!

    Keina duduk di depan Kahfi dan Keino dengan wajah tegang. Sejak kemarin kakaknya itu memang ada di rumah, tapi hubungan mereka sedikit canggung karena pemasalahan yang ada. Ya, tentu saja Keino marah saat mendengar kabar bahwa adiknya itu dihamili oleh pria yang tidak bertanggungjawab. Jangankan ngobrol, sejak datang saja Keino tidak mau menatap wajah Keina, baru tadi saat menegurnya di depan teman-temannya.Jadi, tolong jangan ditanyakan seberapa besar rasa marah Keino ke Keina. Sebagai kakak, dia jelas merasa sangat kecewa dan gagal melindungi adiknya dari janji manis laki-laki buaya."Gimana Keina, Kaf? Dia menjalani kewajibannya sebagai istri, kan?" tanya Keino menatap Kahfi dengan serius, walaupun Keina duduk tepat disebelah Kahfi, tapi tak sekilas pun matanya melirik ke arah sang adik yang merengut cemas.Sebelum menjawab pertanyaan kakak iparnya itu, Kahfi menoleh ke arah Keina dan tersenyum lembut. Dia menggerakan tangannya, merangkum punggung tangan Keina yang nganggur lalu m

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 13. Kedatangan Kahfi

    "Na, mobil siapa tuh?"Keina yang sedang asik berbincang dengan Gibral lantas mengalihkan pandangannya ke arah yang sama dengan apa yang Miska lihat saat ini. Sebuah mobil Range Rover yang melaju memasuki perkarangan rumahnya. Perlahan kening Keina berkerut sebelum bibirnya mengeluarkan sebuah decakan sebal setelah tersadar siapa pemilik mobil mewah itu.Ya, siapa lagi kalau bukan suaminya, Kahfi. "Siapa, Na?" Mario ikut bertanya.Dan ketika pintu mobil itu terbuka, memunculkan Kahfi yang keluar dari dalam sana. Hal itu tentu saja membuat rasa penasaran teman-temannya terbayarkan. Jelas mereka masih ingat wajah pria yang duduk di kursi pelaminan bersama Keina menggantikan posisi Dirga yang notebene teman mereka juga. Mereka spontan bangkit berdiri, kecuali Keina yang ekspresinya langsung mendadak bete."Na, kok diam aja, itu suami lo datang!" Miska menarik tangan Keina cepat tatkala melihat Kahfi yang berjalan mendekati mereka dengan seulas senyum manisnya. Jika boleh jujur, tadi Mis

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 12. Keina : Berat, Ma...

    "Maaaaa, takut!" Keina berlari mundur saat mendengar gemercik minyak panas tatkala ia memasukan potongan ayam ke dalam penggorengan. "Ya ampun, Na! Masak aja kayak mau tawuran!" Komentar Dinne yang berdiri diujung pintu dapur sambil memegang ponsel yang menyorot ke arah sang anak. Ya, dia sedang merecord kegiatan Keina untuk dikirim ke Kahfi sebagai laporan. Meskipun Kahfi tidak meminta, tapi Dinne berinisiatif sendiri. "Ma, bantuin aku dong! Kok malah main hape doang!" Gadis itu menatap sang mama kesal, tangan kanannya memegang spatula sementara tangan lainnya memegang tutup panci yang dia ambil spontan untuk melindungi diri dari cipratan minyak. Dinne berdecak, sebelum mengindahkan perintah sang anak, dia mengatur tata letak ponselnya agar kameranya terus menyorot ke arah Keina. Setelah itu dia berjalan mendekati kompor, "Sini, gitu aja udah marah-marah." Dia mengambil alih spatula dari tangan Keina, lalu menggoreng potongan ayam yang tersisa. "Mama kayaknya salah deh, sebelum be

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 11. Pengantin Baru Kok Pisah Ranjang?

    Kahfi mengelus bibirnya dengan kedua mata tertuju pada ponsel digenggaman. Biasanya di jam-jam segini pria itu sibuk dengan laptop dan pekerjaan, meskipun pekerjaannya sudah selesai tapi dia pasti selalu bertanya ke Sekretarisnya apakah ada pekerjaan yang bisa dia selesaikan saat itu. Namun untuk kali ini Kahfi memilih untuk korupsi waktu, entah kenapa dia lebih memilih untuk berperang dengan isi kepalanya sendiri daripada menandatangi berkas-berkas.Pria dengan kemeja abu-abu itu merenggangkan dasinya. Tangan kanan Kahfi memegang ponsel yang hanya dia tatapi sejak setengah jam lalu, sementara tangan lainnya memutar-mutar bolpoint. Nama sang istri yang asik berlarian di kepalanya menjadi alasan kenapa pria itu asik dengan dunianya sendiri. Kahfi melirik arloji dipergelangan tangannya, jam satu siang. Kalau dia telepon Keina dan bertanya apakah istrinya itu sudah sholat dzuhur dan makan siang, apa Keina akan merasa terganggu? Mengingat bagaimana respon Keina saat ia telepon tadi pagi,

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 10. I'm Gonna Miss You

    Mas Kahfi: Assamu'alaikum, Na... Selamat pagi.Mas Kahfi: Hari ini kesiangan enggak sholat subuhnya? Oh iya, jangan telat sarapan, ya.Keina yang baru membuka kedua matanya dan tak sengaja mendapati pop-up pesan dari Kahfi lantas berdecih. Entah kenapa pesan manis itu terlihat menjijikan untuknya. Typing Kahfi benar-benar menggambarkan sosok bapak-bapak yang sudah tua, sangat berbeda dengan Keina yang terbiasa menerima pesan dengan typing gaul dari teman-teman sepantarannya.Tanpa berniat membalas pesan dari suaminya itu, Keina lantas meletakan kembali ponselnya ke atas nakas. Sejenak dia merenggangkan otot-otot badannya sebelum menyibak selimut dan turun dari ranjang. Gadis dengan setelan piyama biru muda itu berjalan menuju jendela kamarnya, membuka ventilasi udara dan menghirup banyak-banyak udara yang belum terkontaminasi polusi.Kepala Keina menoleh ke belakang, melirik jam dinding. Ternya masih pukul enam pagi. Sejujurnya, ini momen langka karena Keina bisa bangun disaat matahar

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 09. Sayang, Adek, atau Istriku?

    Menepati janjinya, selepas sholat dzuhur Kahfi membawa Keina ke rumah Galih untuk silahturahmi sekaligus mengenalkan istri cantiknya itu. Tentu saja, Galih dan istrinya menyambut dengan baik kedatangan keduanya. Ya, meski gagal menjadikan Kahfi sebagai menantu mereka, tapi hubungan keluarga Galih dengan Kahfi tetap baik. Mereka juga banyak memuji Keina yang katanya cantik. Usai berbincang kecil selama kurang lebih setengah jam, Kahfi dan Keina harus pamit karena mereka harus pergi mengejar jam penerbangan pesawat ke Jakarta yang sudah mereka pesan siang ini. Ya, hari ini Keina akan kembali ke Jakarta, jika gadis itu menepati janjinya, maka dia akan kembali lagi bulan depan untuk menetap selamanya bersama Kahfi di kota ini."Sudah dicek lagi barang-barang kamu? Ada yang ketinggalan enggak?" tanya Kahfi seraya mengambil alih tas besar yang sedang Keina bawa. Lantas dia menaruhnya ke dalam bagasi mobil."Enggak ada, Kak," jawab Keina.Kahfi mengangguk, dia lantas membukakan pintu penump

  • Sentuh Aku, Pak!   [S2] - 08. One Step Closer

    "Mas Kahfi, tumben sudah dua hari saya enggak lihat mas Kahfi jamaah di sini,"Kahfi yang baru saja melangkah keluar dari pintu masjid langsung menghentikan tungkainya, dia berbalik badan dan mendapati Pak Galih yang melempar pertanyaan kepadanya.Sebelum menjawab, Kahfi lebih dulu menyalami tangan pria paruhbaya itu. Dia cukup dekat dengan Pak Galih selaku ketua RT dikompleknya. Apalagi mereka sama-sama jamaah tetap di masjid, jadi setiap hari pasti bertemu."Iya, Pak, kemarin saya habis dari Jakarta," jawab Kahfi dengan senyuman di wajah teduhnya. "Oh iya, Pak, rencananya pagi ini saya mau ke rumah bapak," imbuh Kahfi sambil melangkah menuju halaman masjid. Tentu saja, tungkai Galih juga mengiringi."Ada apa, mas?" Galih bertanya sambil memakai sandal jepitnya.Kahfi menahan senyum, sebenarnya dia tidak ingin berbicara dengan situasi seperti ini, dijalan menuju arah pulang. Meskipun jalanan sedang sepi dan hanya ada beberapa orang yang juga baru keluar dari masjid selepas sholat sub

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status