Beranda / Romansa / Senja di ufuk barat / 1. Terlahir berbeda

Share

Senja di ufuk barat
Senja di ufuk barat
Penulis: Tataya Gamboa

1. Terlahir berbeda

Penulis: Tataya Gamboa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-01 19:27:24

Alana Guvenc, sejak kecil dia tidak tahu wajah ayahnya, karena Ibunya selalu bercerita kalau dia sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan ketika hendak pergi bekerja.

Alana sejak bayi sudah menjadi cibiran semua orang, karena rambutnya yang tumbuh dengan warna hitam putih yang bersilang, meskipun dia sudah pernah menggunduli rambutnya, namun tetap saja, ketika tumbuh warnanya masih tetap sama hitam putih bersilang, tidak berubah.

Namun Ibunya, Maria. Selalu dan tak henti memberikan kasih sayang yang tulus dan memberi semangat agar Alana percaya diri. Semua jeri payah Maria membuahkan hasil. Alana menjadi anak yang percaya diri dan berlapang dada dengan warna rambutnya yang aneh.

"Hai Madame..." sapa Alana pada tetangganya yang sedang menyiram tanaman.

"Hai, Sigung kecil..." Jawabnya tersenyum.

Sebenarnya Alana tidak suka dengan panggilan sigung kecil, namun dia tetap tersenyum dan menerimanya.

"Bu, apa aku warnai saja rambutku, dengan warna hitam, atau warna merah seperti Ibu..?." Ucap Alana ketika sedang membantu Maria menyiapkan makan siang.

"Tidak usah sayang, jadilah dirimu sendiri. Sini..." Ajak Ibu sambil membawaku kedepan cermin. "Lihat, wajahmu sangat cantik, kulitmu putih, matamu indah, hidungmu juga mancung, tidak ada satu pun kekurangan dalam dirimu.." Ibu membalikkan badanku menghadapnya. "Asalkan kamu berlapang dada, selalu ramah, dan jujur, kamu akan menemukan tempatmu sendiri.." Ucap Maria.

"Iya Bu.." Jawab Alana dengan senyum.

"Ayo kita makan.." Lanjut Maria.

Maria adalah seorang ibu rumah tangga, dia tidak bekerja sebagai seorang karyawan di perusahaan, dia hanya membuka jasa menjahit dirumahnya. Orderannya selalu banyak, karena jahitannya yang halus dan rapih dengan ukuran yang selalu pas di setiap konsumennya.

Diam-diam Alana memperhatikan cara Maria mengukur, menggunting dan menjahit. Dan Alana mulai menyukai dunia menjahit, menyukai warna-warni kain, menggambar pola-pola baju yang indah dan Alana membuatnya untuk bonekanya.

"Wah.. Alana, jahitanmu hampir sempurna, pola bajumu juga bagus..." Ucap Maria senang.

"Iya, aku selalu memperhatikan Ibu ketika sedang menjahit, lalu aku buat baju ini untuk Morena, boneka tua yang manis." Jawab Alana sambil memamerkan baju buatannya.

Wajah Alana tiba-tiba muram.

"Kenapa sayang ?." Tanya Maria.

"Bu, bagaimana sifat Ayah ? Apa dia akan senang jika melihat hasilku ini ?." Tanya Alana.

Maria tertegun mendengar pertanyaan Alana.

"Tentu saja sayang, Ayah pasti akan bangga.." Jawab Maria berkaca-kaca.

"Bagaimana wajah Ayah Bu ?" Tanya Alana lagi. Karena semenjak Alana kecil, dia tidak pernah melihat foto ayahnya terpampang didinding.

"Kita sudah pernah membahas ini sebelumnya, Ibu tidak mau dibayangi oleh masa lalu.." Jawab Maria.

"Baik, Bu..." Ucap Alana.

"Eh, minggu depan kamu mulai masuk sekolah Alana, carilah teman yang baik, dan ingat, jangan hiraukan orang-orang yang mengataimu, jangan buat masalah, apalagi sampai berkelahi... Oke ?." Tanya Maria menunggu jawaban persetujuan dari Alana.

"Tenang saja Bu, aku bisa mengatasinya." Jawab Alana.

******

Pagi itu, Alana ikut Maria berbelanja ke pasar. Ketika sedang memilih sayuran, sekelompok anak lewat di depan mereka dan berhenti.

"Hei, kalian lihat apa yang aku lihat ?." Ucap seorang anak seusia Alana kepada temannya.

"Memangnya apa yang kau lihat ?." Tanya satunya lagi.

"Aku melihat Induk sigung..." Ejeknya sambil berlari dan tertawa terbahak-bahak.

Alana sangat ingin membalas anak itu. Namun, Maria menghalangi.

"Sudahlah, Ayo...!." Ajak Maria.

Alana menurut sambil menggerutu.

"Dasar anak jalanan, tidak berpendidikan dan menyebalkan !." Gerutu Alana.

Maria hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

"Sudahlah, ingat.. Besok kamu mulai masuk sekolah..." Ucap Maria bersemangat.

Alana sedikit tersenyum dan menjawab, "Iya Bu..!."

Dalam hati Alana, dia berniat untuk membalas sekelompok anak-anak tadi. ["Akan aku balas kalian nanti."]

Bab terkait

  • Senja di ufuk barat   2. Mulai Sekolah

    Hari ini adalah hari besar untuk Maria, karena hari ini Alana akan masuk sekolah, mendapatkan sahabat baru, lingkungan yang baru, serta pelajaran yang baru."Apa kau mau memakai topi ini ?" Tanya Maria."Tidak usah Bu, aku akan jadi diriku sendiri.." Jawabnya percaya diri."Ingat, jangan membuat masalah, berbaurlah dan...""Jangan berkelahi..." Sela Alana ketika Maria belum selesai dengan ucapannya."Iya kamu benar.." Ucap Maria sambil mengecup kening Alana.Alana mulai berjalan memasuki gerbang sekolah."Ibu akan menjemputmu nanti..." teriak Maria. "Sampai jumpa.." ucapnya lagi dengan girang."Hai..." Sapa Alana ramah.Namun orang-orang melihatnya dengan aneh."Halo..."Sapa Alana lagi sambil berjalan menuju ruang kelasnya.Tiba-tiba..."Jangan halangi jalanku sigung kecil..." Ucap lelaki gendut itu kasar seraya menabrak Alana sampai jatuh.Alana tidak menjawab, dia hanya terseny

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • Senja di ufuk barat   3. Melanggar Janji

    "Alana, ingat.... Jangan buat masalah.." Ucap Maria sebelum Alana berangkat."Iya Bu..." Teriak Alana. "Ya kalau dibutuhkan ya gimana lagi.." gumam Alana pelan dan tersenyum jahil.Hari itu di sekolah ada praktek olahraga, awalnya murid-murid begitu khidmat memperhatikan guru olahraga.Namun ketika Anak gendut itu mulai menjahili Alana, semua berubah.Perkelahian pun terjadi."Dasar kau sigung jelek..." ucap Anak gendut itu."Dasar kau gendut...!" balas Alana."Apa kau bilang ?" Geram si Gendut sambil menyerang Alana."Aaaw..." Alana mengerang.Alana membalas Anak gendut itu dengan jambakan rambut.Anak-anak lain bersorak ria seakan sedang melihat pertarungan gulat."Ayo Kau gendut, jangan kalah sama si Sigung jelek itu....!" seru salah satu murid."Ayo Alana... Jangan kalah dengan si Gendut tukang makan yang hanya berisi lemak tak berguna itu..." seru yang lainnya.Kedua anak it

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • Senja di ufuk barat   4. Bakat Alana

    Selama berada di rumah, Alana sibuk dengan hobi menggambarnya, banyak pola-pola baju Alana yang sangat membuat kagum Maria. Dan Maria membuat pola baju Alana menjadi nyata. Baju desain Alana sangat menarik perhatian banyak orang. Banyak orang yang berani membayar mahal untuk satu baju Alana.Tiba-tiba..."Heh.... Seenaknya saja kau membuka usahamu tanpa minta ijin dariku..." ucap seseorang yang tiba-tiba datang.Wajahnya sangat seram dan berkumis, badannya besar dan berotot kekar, membuat Maria takut."Kenapa Aku harus meminta ijin padamu ? Siapa kamu ?" tanya Alana gugup."Hahaha..." lelaki itu tertawa terbahak. "Kau tidak tahu siapa aku Nona manis ?" jawabnya sambil mendekati Maria dengan wajah mesum dan tangannya menyentuh wajah Maria."Menjauh dari Ibuku.." sergah Alana sambil mendorong lelaki itu."Dasar anak kecil bodoh..!" umpat lelaki itu.Lelaki itu menghempaskan Alana sampai terjatuh."Alana.." Teriak Maria.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-04
  • Senja di ufuk barat   5. Guvenc Boutique

    Beberapa tahun telah berlalu, Maria dan Alana membuka sebuah butik yang diberi Nama Guvenc Boutique. Alana kini tumbuh menjadi remaja yang cantik, dia mengubah warna rambutnya menjadi seperti warna rambut Maria. Mereka terlihat seperti saudara, karena paras Maria yang cantik dan awet muda."Terimakasih Alana.." ucap Maria suatu hari."Kenapa Bu..?" jawab Alana heran."Kamu sudah menjadi anugrah yang paling indah yang Tuhan berikan kepada Ibu." jawab Maria.Alana bangkit dari duduknya dan memeluk Maria."Terimakasih telah sabar denganku, dan mau menerima aku apa adanya Bu, kamu adalah orang yang paling aku sayang di dunia ini." ucap Alana.Dan mereka saling berpelukan.Sepanjang berjalannya waktu, Guvenc Boutique telah mulai di kenal di telinga penikmat fashion, dimulai dari warna dan model baju yang indah dan Unik.Onem Boutique adalah salah satu butik yang beridi sejak lama dan tak ada yang berani bersaing dengannya, namun den

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-04
  • Senja di ufuk barat   6. Hancur

    Keadaan keluarga Guvenc semakin memburuk, berita - berita konyol yang tersebar membuat kesehatan Maria semakin memburuk.Ketika itu, tengah malam, saat Alana hendak ke dapur mengambil minum, terdengar hawar Maria berbicara kepada seseorang di telepon."Kumohon hentikan ini semua ! Apa kau setega itu ? Harimau pun tak memangsa anaknya sendiri.." hawar suara Maria."Ibu sedang berbicara kepada siapa ya ?" gumam ku heran."Demi ketenaranmu, kau tega sekeji ini..!" hawar Maria lagi. "Demi Tuhan kau akan mendapat balasannya."Itulah kata terakhir yang Alana dengar. Alana sangat penasaran sekali, tapi dia mengurungkan niat ya untuk pergi melihat Maria."Mungkin besok akan aku tanyakan.." gumam Alana.Pagi itu cuaca sangat dingin dan mendung, Maria melihat dengan sendu langit yang sama-sama sedang pilu."Bu.... Boleh aku masuk ?" tanya Alana lembut."Ya sayang..." jawab Maria lemas."Apa Ibu baik-baik saja ?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-04
  • Senja di ufuk barat   7. Keluarga Baru

    Saat tersadar, Alana sudah berada dalam jeruji besi."Apa ? Apa-apaan ini ? Penjaga !!! Kenapa aku ditangkap ? Atas dasar apa ?" tanya Alana emosi.Salah satu penjaga menghampirinya dan me jawab sinis, "Kau telah membakar rumahmu sendiri dan membuat Maria Ibumu terkena serangan jantung dan akhirnya meninggal.""Tuduhan yang bodoh ! Siapa yang membayarmu ? Onem ?" sanggah Alana."Jangan kurang ajar kau Bocah ingusan !"timpal petugas itu emosi." Sini kau, berhadapan denganku !"ucap Alana menantang.Tantangan itu berhasil membuat petugas itu emosi dan membuka pintu jeruji Alana. Ketika melihat kesempatan itu, Alana langsung memukul petugas itu dan melarikan diri, Dia berlari sekencang mungkin dan bersembunyi pada truk barang yang sedang parkir di dekat situ. Didalam truk barang itu dia menangis sejadi-jadinya sampai dia tertidur. Dan dia tak peduli kemana truk barang itu membawanya pergi.Saat truk itu berhenti d

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • Senja di ufuk barat   8. Mencuri

    "Aku tidak mau menjadi pencuri..."Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Alana, namun berbeda dengan sekarang, dia mulai menikmati pekerjaan itu, walau kadang dia suka beradu mulut dengan Renata.Sejak awal Renata memang tidak menyukai kedatangan Alana, Renata hanya takut kalah bersaing dengan Alana. Dan pada intinya Renata menyukai Mike, dia takut Mike menyukai Alana, karena Renata melihat ada pandangan yang berbeda pada diri Mike kepada Alana.Malam itu Alana sedang duduk di balkon, menatap hiruk pikuk jalan raya dari atas gedung itu."Kopi..?" tawar Mike tiba-tiba muncul."Ya, terimakasih.." jawabku sambil menerima kopi itu dan menikmatinya."Apa yang kamu lihat ?" tanya Mike."Jalanan itu, dengan lampu-lampunya, indah, aku senang dengan pemandangan ini, dan aku rindu Ibuku.." jawab Alana."Ibuku pasti sangat kecewa kalau dia tau aku menjadi seperti ini.." tambahnya lagi."Apa kau merasa malu bergabung bersama kami ?"tanya Mike."Tid

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • Senja di ufuk barat   9. Pertengkaran

    "Malam tadi kita gagal melakukan operasi di rumah kakek tua itu, padahal barang-barang yang dia miliki cukup berharga.. "ucap Renata." Dan ini semua gara-gara gadis bodoh itu..!"lanjutnya lagi.Alana memandang Renata, dia bangkit dari duduknya dan menghampiri Renata seraya berkata," Apa ? Gara-gara aku ? Bukannya kau yang sengaja mendorongku !.""Tuduhan yang bodoh, mana mungkin aku melakukannya !" bela Renata."Sudah... Sudah....! Malam tadi memang bukan malam keberuntungan kita, jangan saling menyalahkan...!" pukas Leo."Aku mau keluar dulu..!"Alana berpamitan."Kemana...?" tanya Mike.Namun Alana terus saja berjalan tidak menghiraukan Mike."Kau ini kenapa sih Renata ?" tanya Mike."Kita kan keluarga.. Janganlah seperti ini ?""Kenapa kau terus saja membela dia ? Apa kau suka padanya ?"tanya Renata." Dan apakah kau cemburu ?"pungkas Tama mengejek."Diam kau gendut..!" ucap Renata."Oh Tuhan... Aku tersin

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07

Bab terbaru

  • Senja di ufuk barat   19. Tawuran

    "Gila ! Guru konseling kali ini bisa beladiri Bro !" ucap Frans."Santai Bro... 13 guru konseling udah kita usir dari sekolah ini, yang ini juga pasti bisa..." jawab Badar dengan santai."Guru konseling itu...." ucap Erik tidak selesai."Loe kenal ?" tanya Ervan menyelidik."Enggak, gue gak kenal.." jawab Erik.Padahal Erik baru saja kemarin bertemu dengannya, dia yang mengejar Erik waktu itu, ketika ketahuan mencuri di sebuah toko kaset."Sial !" gumam Erik perlahan."Alaaaah ! Cewe kerempeng gitu mah gampang.... Tinggal sentil, mental dah tuh !" ucap Badar menyepelekan.Lalu mereka semua tertawa, kecuali Erik."Gue cabut duluan ya ! Mau cari angin." ucap Erik sambil berjalan meninggalkan mereka."Napa tu bocah ?" tanya Badar."Biarin aja lah...lagi be-te pasti..." jawab Frans."Woooiiii !" Seru Frans sambil melemparkan bantal pada Adam yang sedari tadi hanya bermain game saja di ponselnya."

  • Senja di ufuk barat   18. Hari pertama

    Selesai bertemu dengan klien, Junos menuju rumah Glyn, dia penasaran dengan keadaan Glyn sekarang. Tak butuh waktu lama, Junos sudah tiba di depan rumah Glyn. Dia melihat keadaan rumah yang sepi, Junos memarkirkan motornya terlebih dahulu lalu perlahan Junos masuk dan melihat Glyn yang tengah tertidur di sofa. Dalam benak Junos ada niatan untuk menjahili Glyn. Junos merogoh air yang ada di dalam pot bunga didekatnya, lalu dia mencipratkan air itu ke wajah Glyn. Glyn mengernyitkan wajahnya, didalam mimpinya dia sedang berada ditengah hujan deras dan tiba-tiba keadaan menjadi banjir. "Banjiiir...banjiiir !" teriak Glyn sambil terbangun. Junos tertawa terbahak-bahak melihat Glyn yang bermimpi. "Kau ? Dasar kau !" ucap Glyn sambil melemparkan bantal sofa ke arah Junos dan memukulnya berkali-kali. "Aw..aw...aw..." erang Junos sambil tertawa. Dengan refleks Junos memegang kedua tangan Glyn dan menatapnya. Glyn terdiam dan berkata, "Apa ?" Sambil men

  • Senja di ufuk barat   17. Teman baru

    Pagi ini Glyn berencana untuk mencari pekerjaan, Karena ia tidak mungkin terus merepotkan ayahnya."Aku cari kerja dimana ya ? Apa kira-kira ya ? Aku tidak mau lagi menjadi designer, Aku ingin melupakan itu semua." gumam Glyn sendirian. Mungkin dia bisa membantuku " gumam Glyn lagi dengan berfikir Junos akan membantunya. "Tapi, dimana Aku bisa menemukannya ? Aku tak tahu dia tinggal dimana, huh ! Merepotkan sekali."Baru saja dia berfikir tentang Junos, tiba-tiba terdengar seperti suara motor yang berhenti didepan rumahnya."Apa mungkin itu dia ?." gumam Glyn sambil berlari ke jendela dan melihatnya. "Benar itu dia.." gumam Glyn lagi dengan senang. Lalu dia turun dan menemui Junos."Hai, Aku bawakan sarapan." ucap Junos.Glyn Masih terdiam menatap Junos, karena dia masih berfikir tentang pribadi Junos dan siapa dia."Kenapa kau baik padaku ? Kita tidak saling kenal, Aku tidak mengenalmu sama sekali." ucap Glyn menyelidik."Karena aku

  • Senja di ufuk barat   16. Indonesia

    "Ayah, Aku akan mulai menjalankan rencanaku, aku akan melamar pekerjaan di tempatku dulu bekerja." Ucap Alana. "Baiklah, itu keputusanmu Alana." Jawabnya. "Mulai sekarang, panggil Aku Glyn Ayah..." Ucapnya. Sang dokter tua itu terkejut mendengar pernyataan Alana. Sekaligus senang, akhirnya anaknya benar-benar hidup kembali. "Doaku selalu menyertaimu Nak, semoga jalan yang kau pilih, tidak menyesatkan hatimu.." ucap Ayahnya itu. Perkataan itu sedikit membuat Glyn tidak enak hati. "Ayah tenang saja, Aku akan baik-baik saja." Jawabnya. "Besok pagi, Aku akan pergi pagi-pagi sekali." Tambahnya lagi. "Baiklah, Aku akan siapkan sarapan dimeja besok pagi."jawab Ayahnya. "Terimakasih..." Ucap Glyn Andrea. Malam itu, entah apa yang terjadi pada Glyn, selintas dia berfikir untuk pergi saja dari negara itu. Satu negara yang telah menorehkan banyak Luka untuknya. Negara yang ingin dia tuju, adalah negara kelahira

  • Senja di ufuk barat   15. Identitas Baru

    Pagi itu Alana mulai berhenti memusuhi dokter tua itu."Terimakasih..."ucap Alana pada Pak Tua itu yang sedang membereskan meja makan."Tidak masalah putriku..apapun akan ayah lakukan untukmu.."jawabnya dengan senyum."Siapa nama putrimu ?"tanya Alana padanya.Dokter tua itu, menghela nafas dan kembali duduk di meja makan itu."Maafkan aku karena telah mengubah wajahmu seperti ini, aku hanya ingin melihat wajah putriku yang telah tiada itu kembali, aku melakukan ini karena aku tahu, luka bakarmu yang sangat parah, bagaimanapun juga, wajahmu tidak akan kembali normal, itulah kenapa aku melakukan ini padamu. Tapi sungguh tidak ada maksud lain, tinggalah disini sebagai putriku..."ucapnya sendu dan menahan tangis.Aku masih diam seribu bahasa, namun dalam hatiku, aku paham tentamg perasaan yang dirasakan oleh dokter tua itu. Lalu dia beranjak dari meja makan."Aku harus ke rumah sakit, lakukan apa yang kau mau disini.."ucapnya.Setelah dia pergi

  • Senja di ufuk barat   14. Kebakaran yang di rencanakan

    Selsesainya acara fashion itu, Alana berniat berbicara dengan Patricia tentang kejadian gaun itu.Tok...tok...tok...Pintu ruang Patricia diketuk oleh Alana. Namun Patricia tidak meresponnya."Boleh aku masuk ?"tanya Alana ragu.Patricia hanya menolehnya sebentar, dan dia berpura-pura melihat-lihat buku sketsanya."Dengarkan penjelasanku, aku bersumpah tidak melakukan itu..."ucap Alana bersungguh-sungguh. "Coba pikirkan, untuk apa aku melakukan itu ? Apa untungnya bagiku ?"ucap Alana lagi.Patricia mulai menoleh Alana, dia menarik nafas yang sangat berat."Jika kau ingin branchmu sendiri, silahkan, aku tidak akan melarang, tapi jangan melakukan hal sekotor ini..."ucap Patricia menyelidik."Kau tidak tahu tentang aku, dulu aku mempunyai butik sendiri atas namaku sendiri, aku tidak perlu melakukan hal itu, aku bisa mengenalkan kembali butikku tanpa harus melakukan hal sepicik itu..."jawab Alana.Keras Patricia berfikir, na

  • Senja di ufuk barat   13. Sebuah Tuduhan

    Pagi itu Patricia mendapatkan telepon dari ikatan fashion dunia bahwa minggu depan akan diadakan pameran fashion di London."Nah teman-teman, baru saja saya mendapat kabar, bahwa minggu depan akan ada pameran fashion di London, maka dari itu saya ingin kalian membuat karya yang unik dan memisahkan baju untuk pameran yang terbaik dari yang paling baik..kalian siap ?" tanya Patricia."Siap Mademoiselle..." jawab Mereka."Oke, bubar..." ucapnya."Apa nih yang akan kita buat ?" tanya Elina pada Patricia."Kita lihat koleksi yang kita punya dulu..." ucap Patricia.Elina dan Patricia memilih baju-baju yang bermodel unik dan indah."Hanya ini yang kita punya..." jawab Elina."Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh..hanya ini ?" tanya Patricia."Yap, koleksi yang terbaik dari yang paling baik.." jawab Elina."Kita harus bergegas..setidaknya kita butuh tiga atau lima lagi untuk tampil.." ucap Patricia.Saat sedan

  • Senja di ufuk barat   12. First Kiss

    Malam itu Alana pulang agak larut karena asyik membuat hiasan untuk baju rancangannya, dia berjalan sendiri menyusuri jalan yang sedikit sepi. "Dapat juga pekerjaan impianmu..!" ucap seorang wanita yang berdiri didekat pohon cemara. "Renata..."panggil Alana."Akhirnya kamu pulang juga..."lanjutnya lagi. "Tentu saja, aku tidak akan membiarkanmu merebut semua yang menjadi milikku..!"ucapnya dan berjalan mendahului Alana. "Menyebalkan sekali si Renata itu.." gerutu Alana. Sesampainya dirumah, Alana dan Renata mendapati Mike, Tama dan Leo sedang berbincang. "Jadi kita gak akan beroprasi lagi nih ?" tanya Tama. "Ya, sepertinya kita harus merubah kebiasaan kita.."jawab Mike. "Apa rencana kamu Mike ?"tanya Leo. "Belum tahu...kamu ada ide Leo ?"tanya Mike. "Aku mau cari janda kaya aja hahahaha...!"canda Leo. "Gila kamu..! Kalo cantik tuh janda, nah kalo nenek-nenek masih mau kamu ? Hahaha..." ejek M

  • Senja di ufuk barat   11. Peluang

    "Tolong panggilkan cleaning service yang bernama Alana kemari.." ucap Patricia pada teleponnya.Tak lama kemudian Alana pun datang.Tok.. Tok.. Tok.."Nona memanggil saya ?" ucapnya."Ya, masuklah..!" ucap Patricia yang sedang duduk dikursi putarnya."Saya minta maaf soal mute-mute itu, saya sangat greget sekali ingin menempelkan aksen itu ke gaun tadi.." ucap Alana menyesal."Itu ide yang sangat bagus sekali Alana, bagaimana kau bisa ?" tanya Patricia."Dulu aku dan mendiang Ibuku sering membuat baju dan menjualnya, kami hidup dari situ, tapi sekarang Ibuku sudah tiada.." ucap Alana meredup."Aku minta maaf, aku tidak bermaksud mengungkit itu. Kau lihat tumpukan kain di sudut sana ? Kira-kira apa yang bisa kau lakukan dengan tumpukan kain itu ?" uji Patricia.Alana menghampiri kain-kain itu, dia melihat warna dan merasakan tekstur dari kainnya. Lalu tak lama memudian dia membuat pola, mengguntingnya, dan menjahitnya, da

DMCA.com Protection Status