Share

Bab 9

Penulis: Wee Dee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-11 20:42:19

James tampak gelisah, kedua rekannya yang lain justru terlihat antusias mendengarkan Chou.

“Pemerintah kita saat itu menemukan jenis virus baru. Coronavirus. Tapi, saat itu masih sebagai coronavirus yang menyebabkan penyakit yang kita kenal sebagai SARS. Severe Acute Respiratory Syndrome. Sindrom pernapasan akut berat. Sebenarnya kasus pertama di Shunde, Foshan, provinsi Guangdong. Seorang petani yang tiba-tiba mengalami pneumonia akut dan meninggal hanya beberapa hari setelah dibawa ke rumah sakit. Dan salah seorang dokter yang menangani pasien pertama ini-yang sama sekali tidak tahu bahwa itu adalah jenis virus baru yang sangat berbahaya-justru melakukan perjalanan ke Hongkong untuk menghadiri resepsi pernikahan kerabatnya di Hotel Metropole, Peninsula Kowloon. Dua hari di Hongkong dia mengalami panas tinggi, dan sempat dirawat di rumah sakit. Namun, jiwanya juga tidak tertolong. Ternyata dia sudah menginfeksi enam belas orang yang saat itu bert

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 10

    “Apa ini sel yang khusus digunakan untuk penelitian?” tanya Chou dengan mimik penuh tanya. “Hela adalah sebuah sel yang diambil dari seorang penderita kanker serviks pada 8 Februari 1951. Sel ini berasal dari sel-sel kanker serviks bernama Henrietta Laks yang meninggal pada 4 Oktober 1951. Garis sel ini sangat tahan lama dan produktif. Ahli biologi sel bernama George Otto Gey yang pertama kali menyadari bahwa sel ini tetap hidup dan berkembang. Pada saat itu mereka sangat tidak menyangka bila sel ini bisa bertahan berhari-hari, karena biasanya sel dari manusia hanya bisa bertahan beberapa hari. Sering kali para peneliti lebih banyak menghabiskan waktu untuk menjaga sel tetap hidup daripada melakukan penelitian ilmiah terhadap sel tersebut. Itu salah satu alasan mengapa sel ini disebut sel manusia abadi,” jelas Chou dengan ringan. “Lantas mengapa kalian menyebutnya Hela?” tanya Chou lagi. “Hela diambil dari dua huruf pertama dari nama depan dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 11

    Tubuh Chen menggigil di atas sepeda motor yang melaju di jalan sepi kota Wu Chan. Rumah kontrakan dia memang agak jauh dari WIV. Maklumlah dia mencari yang harganya terjangkau. Iklim global yang melanda hampir seluruh dunia, menjadikan bulan September yang seharusnya masih hangat, kini suhunya sudah membuat menggigil. Musim panas dan gugur tahun ini terasa lebih pendek. Apalagi daratan China, sudah beberapa tahun belakangan dilanda iklim ekstrem. Bila musim panas, seolah ada di dalam oven saat siang. Begitu juga saat musim dingin. Jaket milik Chen sudah tidak ada yang mampu menghangatkannya. Padahal dulu satu jaket tebal saja sudah cukup hangat, bahkan panas bila dipakai berjalan atau beraktivitas. Atau karena jaket-jaketnya sudah terlalu kuno dan perlu membeli yang baru. Chen lupa kapan terakhir kali dia membeli jaket untuk musim dingin. Karena setelah berteman dengan James dan Chou, sering kali kedua rekannya itu menghibahkan jaket yang sudah tidak mereka sukai kepadanya. Berteman

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 12

    Dalam waktu tidak berapa lama, ketiga sahabat itu sudah sampai di depan gerbang WIV. Rumah kos mereka memang tidak seberapa jauh dari gedung WIV. Setiap hari mereka berjalan kaki sambil menikmati indahnya dan melihat kesibukan para pedagang menuju pasar seafood, Huanan yang letaknya tidak jauh dari WIV.Terkadang mereka melihat para pedagang membawa dagangannya berupa kelelawar, katak, dan binatang-binatang lainnya. Seperti pagi ini, mereka melihat satu truk besar membawa kurungan berisi kelelawar hidup berjalan dari arah berlawanan. Angel sempat terbelalak melihat hewan nokturnal itu bergelantungan di dalam kurungan.“Dari mana mereka mendapat kelelawar sebanyak itu?” tanya Angel terheran-heran.“Kamu belum pernah melihat kelelawar sebanyak itu? Kamu mau melihat lebih banyak lagi?” canda Chou disambut tawa James.“Melihat tiga puluh ekor dalam satu kurungan saja sudah membuatku merinding, apalagi sebanyak tadi. Di m

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 13

    “Masalah Bibi Qiu serahkan padaku,” ujar Chen dengan penuh percaya diri.Ketiga rekannya saling pandang. Chou mengernyitkan dahinya. Angel membelalakkan mata sipitnya. James melepas kacamata dan membersihkannya kemudian memakainya lagi. Berusaha meyakinkan kalau sosok di depannya adalah teman mereka, Chen si Gugup. Ya, sejak kuliah Chen mendapat julukan si Gugup. Karena selalu gugup bila berhadapan dengan masalah yang sekiranya berat baginya. Tiada yang menyangka saat sidang skripsi dia bisa melewati tanpa kegugupan, hingga mendapat gelar cumlaude.“Chen, kau sehat? Kau tidak mabuk, kan?” tanya Chou dengan pandangan khawatir.“Apa kau benar Chen? Dokter hewan gugup itu?” kelakar James.“Kalian ini ... sudah jangan goda Chen lagi!” Angel berpaling ke arah Chen, “Apa yang membuat kamu yakin bisa mengatasi masalah ini, Chen?” tanya Angel hati-hati.“Untuk kali ini, percayalah padaku. Ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 14

    James, Chou, dan Angel menunggu Chen yang sedang mencari Bibi Qiu. Tadi pagi perempuan paruh baya itu mengatakan bila hari ini dia membersihkan laboratorium dan beberapa ruang kantor di lantai satu. Tim kebersihan memang mempunyai jadwal sendiri-sendiri. Tidak setiap hari mereka mengerjakan pekerjaan yang sama di satu tempat. Ada yang mengatur tiap tim dan memutar secara acak jadwal mereka. Hari ini Bibi Qiu ada di tim empat. Bertugas membersihkan lantai satu dan mencuci beberapa peralatan yang digunakan oleh laboratorium. Tentu saja peralatan yang tidak digunakan untuk percobaan yang berbahaya.“Chou, coba kau telepon Chen. Mengapa mereka lama sekali,” gerutu James.“Sabar, aku yakin mereka sebentar lagi datang,” ujar Chou berusaha menenangkan James.“Itu mereka!” seru Angel lega.Mata James berbinar melihat Chen menggandeng tangan Bibi Qiu. Chou menahan tawa, Angel menatap sambil tersenyum.“Kami sudah me

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 15

    Sementara 839 km dari Wu Chan, di stasiun kereta api pusat Shanghai, seorang gadis berambut coklat keemasan berjalan anggun. Menenteng sebuah tas hitam yang terlihat padat dan berat. Kaki jenjangnya menuruni tangga dengan hati-hati. Dia seperti sengaja menghindari keramaian. Seharusnya dia bisa menggunakan tangga berjalan untuk keluar dari stasiun bawah tangga. Tetapi dia lebih memilih lewat tangga biasa yang tidak begitu ramai orang.Di ujung tangga tampak seorang lelaki berkulit putih dengan kacamata hitam, terlihat mengawasi si gadis cantik itu dengan saksama.“Hai, Sayang ... sudah lama menunggu?” tanya si gadis dengan mesra.“Tidak, aku juga baru saja datang dari timur,” jawab di pria bule tidak kalah mesra.“Dia orangnya,” batin si gadis.“Cantiknya,” pikir si bule tampan dengan senyum menggoda.“Aku sudah memesan kamar untuk kita. Ingat kita akan berpura-pura sebagai suami istri ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 16

    Shanghai, pukul 09.12, Mey Ling duduk di kedai sarapan tidak jauh dari sebuah coffee shop yang masih ramai pengunjung. Di mejanya ada seporsi roti bakar cokelat, segelas sedang susu teh dengan gula dan krim, serta semangkuk kecil yogurt, sajian yang wajib ada untuk agenda dietnya.Seorang lelaki dengan gaya rambut berantakan menghampiri Mey Ling. Dia memeluk Mey Ling dan mencium keningnya.“Kenapa kau tidak bangunkan aku?” bisiknya di telinga Mey Ling.“Maaf, Sayang, aku sengaja tidak membangunkanmu. Aku tidak tega melihat wajah tampanmu yang kelelahan,” kata Mey Ling sambil mencium tangan suami sementaranya.Beberapa orang menoleh dan tersenyum mendengar suara Mey Ling yang cukup keras.“Tidak apa-apa, Sayang. Lagi pula aku memang benar-benar lelah setelah ...,” ucap Harrison membalas mencium tangan gadis yang keras kepala itu.“Sudah aktingnya! Aku melihat dia masuk ke co

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25
  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 17

    Satu notifikasi masuk ke telepon genggam Harrison.“Ok, sudah masuk,” kata Harrison sambil mengacungkan ibu jarinya.Lelaki tanpa nama itu segera berdiri, mengambil gawai, kacamata, dan satu kotak wadah kacamata yang barusan dia pakai saat melihat I-pad Mey Ling.“Kapan kalian akan mentransfer datanya?” tanyanya gugup dengan wajah masih pucat. Sangat jelas terlihat dia belum bisa menghilangkan keterkejutannya saat melihat layar I-pad tadi.“Sebelum Anda sampai di hotel, data itu sudah selesai kami transfer,” sahut Mey Ling sambil memamerkan senyum manisnya.“Ba-baiklah, aku pergi dulu.”Lelaki berwajah asia tenggara itu bergegas meninggalkan kedai Pizzaexpress. Terlihat dia sangat terburu-buru. Beberapa kali tubuhnya yang agak tambun itu bertabrakan dengan orang lain. Mey Ling mengerutkan dahinya. Matanya terus mengawasi lelaki itu sampai hilang di kerumunan orang yang lalu

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-26

Bab terbaru

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 25

    “Bagaimana mungkin?” tanya Angel hampir tidak percaya.“Itulah yang membuat kami memutuskan mengirim kalian ke Beijing. Penelitian kalian bisa dibilang paling berhasil di antara tim-tim yang lain,” ujar Tuan Guan sambil membuka file yang lain dari komputernya.“Tim-tim yang lain? Sebenarnya ada berapa tim yang terlibat dengan penelitian corona virus ini, Prof?” tanya Chou hati-hati.“Kalian tidak mengira akan banyak tim yang terlibat, kan? Ini proyek besar. Hasil dari penelitian ini akan membuat kita semua dikenal dan dikenang. Mengangkat nama besar negara kita dan menjadikan bangsa ini dihargai, bahkan ditakuti dunia. Apa menurut kalian proyek ini hanya tentang karier kalian di WIV?” Tuan Guan mengakhiri kalimatnya seraya memperlihatkan layar komputer pada empat pemuda yang masih terkejut dengan semua info yang baru mereka terima.Di layar komputer terlihat rekaman dari proses penyilangan coronavirus SARS d

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 24

    Tepat pukul 08.00, kedua senior yang mereka tunggu datang. Lengkap dengan dua box berisi data lengkap penelitian selama hampir tiga tahun. Box plastik yang lumayan besar itu diletakkan di sebuah meja beroda yang di dorong oleh Dao. Tim James mengernyitkan dahinya melihat pemandangan ganjil itu. Seorang ketua tim yang terkenal sangat arogan melakukan pekerjaan yang receh. Bagaimana mungkin itu terjadi pada seorang ketua tim yang otoriter dan keras kepala.“Terima kasih Dao, kau boleh pergi.” Profesor Zangli berdiri di depan pintu dan tangannya sengaja menahan tubuh Dao yang hendak masuk ke laboratorium.“Tugasmu sudah selesai, kau boleh kembali ke laboratoriummu. Oh, iya, jangan lupa, nanti sore timmu akan bertemu dengan Profesor Kim di ruang rapat utama. Ingatkan teman-temanmu.” Tuan Guan mendekat dan segera menutup pintu laboratorium sebelum Dao menjawab.Di balik pintu kaca, Dao menatap tajam pada James yang melambaikan tangan sambil te

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 23

    Pagi hari, di Wu Chan. Distrik Jiangxia, bermandikan sinar matahari pagi yang hangat. Empat orang anak muda menyusuri tepi sungai Yangtze sambil berbincang santai. Jalanan masih sepi, maklum waktu masih menunjukkan pukul 06.00. Namun, karena ini adalah akhir musim semi, matahari sudah mulai bersinar terang menyambut awal musim panas. Sungai Yangtze atau sungai Panjang adalah sungai terpanjang di daratan China dan Asia, serta menjadi yang terpanjang ketiga di dunia. Sungai yang membelah kota Wu Chan dan membaginya ke dalam beberapa distrik itu menjadi pembatas kebudayaan kuno China di selatan, sedang batas di utara adalah sungai Kuning. Distrik Jiangxia sendiri terletak di sebelah timur atau kanan sungai Yangtze. Distrik yang paling sedikit jumlah penduduknya. Alam pedesaan yang masih asri lebih mendominasi distrik ini. Makanya, salah satu daya tarik wisata Jiangxia adalah alamnya yang masih asri. “Chou, semalam kau yakin itu Wangli yang meneleponmu?” James me

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 22

    Siapa yang tidak iri, mendengar rekanan satu proyek-walau bukan satu tim-mendapat undangan ke tempat paling bergengsi di daratan China. Bahkan, keberadaan Chinese Academy of Sciences sudah diakui dunia sebagai salah satu yang terbaik di Asia. CAS berkantor pusat di distrik Xijheng, Beijing. Berada langsung dibawah Dewan Negara Republik Rakyat China. Artinya semua yang melibatkan CAS berada di bawah kendali langsung dewan tertinggi partai berkuasa di China. CAS memiliki 100 institut cabang, dua universitas bergengsi, dan beberapa perusahaan komersial. Salah satu perusahaan komersial yang terbesar dan sudah diakui dunia kualitasnya adalah Lenovo. Shanghai Institute of Material Medica hanya salah satu cabang dari seratus institute yang tersebar di seluruh pelosok China. Salah satu bagian dari CAS yang menjadi basis penelitian tentang virus dan penyakit yang pernah menjadi pandemi dunia adalah Wuhan Institute of Virology. CAS bekerjasama dengan The Word Academy of Sciences untuk menghasi

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 21

    James tampak berlari kecil menuruni tangga sesaat setelah Chou meneleponnya. Beruntung urusannya sudah selesai dengan Profesor Kim saat gawainya berbunyi. Pintu kaca laboratorium yang hanya bisa dibuka dengan chip yang tertanam di kartu identitas tiap-tiap pekerja itu terbuka setelah James menempelkan kartu ID-nya di detektor yang terpasang di kanan pintu. “James ... bagaimana kabarmu, anak muda?” Profesor Lim muncul dengan wajah ceria dan senyum lebar. “Ba-baik, Prof. Saya baik-baik saja, terima kasih sudah bertanya.” James justru agak gugup melihat profesor senior di WIV saat masih sangat pagi. Sedari tadi dia gelisah, takut kasus hari itu akan dibuka kembali. Doanya sejak keluar dari ruang Profesor Kim hanya satu, semoga tidak ada lagi yang ingat tentang kelelawar nomor 29 itu. “Bagus, temanmu si dokter hewan itu belum datang?” Profesor Lim menanyakan Chen yang belum tampak batang hidungnya. James, Chou, dan Angel saling pandang. Chou segera berinisiatif menelepon Chen lagi. Be

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 20

    Bab 20Gedung Wu Chan Institute of Virology, lantai dua.“Chou, mengapa perasaanku tidak enak kalau ingat kelelawar itu. Apa menurutmu hewan itu benar-benar sudah mati?” tanya Angel.Chou masih terus menatap layar komputer di depannya. Sesekali jarinya menekan keyboard untuk mencari file yang dia inginkan.“Chou ...,” panggil Angel.“Apalagi? Semua sudah beres. Jangan terlalu khawatir. Tidak akan ada masalah, percayalah. Kamu tenang saja, ada aku dan James serta Chen yang akan membereskan semua bila terjadi hal yang tidak diinginkan.”Gadis itu menatap lelaki yang selalu melindunginya dari segala kesulitan. Angel merasa seperti mempunyai malaikat penjaga sejak mengenal Chou. Empat tahun dia sudah mengenal lelaki yang dua tahun belakangan resmi menjadi pacarnya itu. Kedekatan mereka pun karena terlibat dalam satu proyek untuk bahan skripsi mereka. Angel sempat terkejut saat dia menjadi satu ti

  • Senja Terakhir di Wu Chan   bab 19

    Bab 19“Yuma, papamu mana?” tanya tetangga depan rumah mereka.“Ada di dalam, Paman. Dia sedang menyiapkan kelelawar dan ular tangkapannya untuk dibawa ke Huanan,” kata si bocah dengan rambut hanya sejumput di bagian depan saja itu sambil mengambil tali yang diminta papanya.“Banyakkah tangkapan papamu?” tanya si Paman penasaran.“Lumayan, Paman. Aku tadi juga menangkap seekor kelelawar,” kata Yuma dengan bangga.“Benarkah? Hebat kau!” puji tetangga mereka sambil melangkah masuk rumah.“A Xiu, besok jadi pergi ke Huanan?”“Entahlah! Tangkapanku belum banyak, tetapi kalau terlalu lama disimpan di sini, aku takut mereka mati. Kalau mati harganya bisa turun,” jelas A Xiu sambil mengikat beberapa karung berisi binatang melata.“Apa kita harus ke hutan dulu? Tapi sekarang penjagaan sangat ketat, k

  • Senja Terakhir di Wu Chan   bab 18

    Bab 18 Mey Ling terkesiap, tubuhnya limbung ke belakang dan hampir jatuh. Sebuah tangan kokoh menopang tubuhnya agar tidak ambruk. “Hati-hati, Nona,” kata lelaki dengan seragam khas penjaga pintu masuk mal. Dia menyeringai, sambil mencengkeram lengan Mey Ling. Gadis itu baru tersadar siapa yang tiba-tiba muncul itu. Penjaga pintu keluar mal itu semakin kuat mencengkeram lengan Mey Ling yang berusaha melepaskan diri. “Apa maumu?” bentak Mey Ling. “Berikan I-padmu! Atau kau ingin menjadi seperti temanmu itu?” ancam lelaki asing itu sambil melirik tempat sampah. Mey Ling berusaha tetap tenang. Dia menyadari berbohong adalah hal sia-sia karena mereka pasti sudah tahu semua. Lelaki dengan rambut klimis dan rapi, jelas Mey Ling pun tahu siapa mereka. Sebenarnya sebagai kurir yang biasa membawakan pesanan klien bosnya, dia sudah terbiasa menghadapi bahaya yang mengancam nyawanya. Kematian bukan hal yang mengeju

  • Senja Terakhir di Wu Chan   Bab 17

    Satu notifikasi masuk ke telepon genggam Harrison.“Ok, sudah masuk,” kata Harrison sambil mengacungkan ibu jarinya.Lelaki tanpa nama itu segera berdiri, mengambil gawai, kacamata, dan satu kotak wadah kacamata yang barusan dia pakai saat melihat I-pad Mey Ling.“Kapan kalian akan mentransfer datanya?” tanyanya gugup dengan wajah masih pucat. Sangat jelas terlihat dia belum bisa menghilangkan keterkejutannya saat melihat layar I-pad tadi.“Sebelum Anda sampai di hotel, data itu sudah selesai kami transfer,” sahut Mey Ling sambil memamerkan senyum manisnya.“Ba-baiklah, aku pergi dulu.”Lelaki berwajah asia tenggara itu bergegas meninggalkan kedai Pizzaexpress. Terlihat dia sangat terburu-buru. Beberapa kali tubuhnya yang agak tambun itu bertabrakan dengan orang lain. Mey Ling mengerutkan dahinya. Matanya terus mengawasi lelaki itu sampai hilang di kerumunan orang yang lalu

DMCA.com Protection Status