Beranda / Young Adult / Senandung Masa SMA / Bab 109 Karena Teman

Share

Bab 109 Karena Teman

Penulis: Arumi Sekar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-11 09:29:02

Arai baru sampai di rumah Rambo, namun rumah itu sudah tampak ramai. Motor-motor berbagai merk terparkir di pinggir jalan dengan rapi sesuai arahan Tuan Rumah.

Bagaimanapun juga, depan rumah Rambo adalah jalan utama menuju ke pabrik, dia tak enak jika banyak kendaraan menghalangi truk-truk kecil berlalu-lalang membawa hasil produksi mereka.

Meskipun hampir semua sepakat tak membawa pacar masing-masing, nyatanya ada Desma, Kak Angela dan Kak Mirna sedang duduk bertiga di salah satu sisi. Arai pernah dengar, mereka tak akur pada Desma. Namun nyatanya mereka bertiga tampak bercanda dan mengobrol satu sama lain. Mungkin karena Desma sudah menjadi bagian dari GWR juga.

“Loh, Rai, Matari mana?” tanya Kak Angela saat melihat Arai datang hanya sendirian.

“Nggak ikut, Kak. Titip salam aja, katanya,” sahut Arai sedikit berbohong, mana ada Matari menitip salam.

“Yaaaah, sepi dong cewek-ceweknya cuma kita bertiga,” sahut Kak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Senandung Masa SMA   Bab 110 Tengah Malam

    Arai tersadar saat mendapati jam di rumah Rambo menunjukkan pukul 2 lewat dini hari. Ruangan sudah sepi menyisakan beberapa teman-temannya yang tertidur. Pintu masih terbuka lebar. Alunan radio dini hari terdengar sayup-sayup di luar. Namun tak ada pergerakan manusia selain dirinya sendiri.Dia memutuskan untuk ke toilet. Tepat saat melewati kamar Rambo, tampak Desma dan Anton sedang tertidur bersama dengan selimut seadanya dari sarung milik Rambo.Dia tak mau mengganggu mereka dan berjalan menuju toilet kemudian segera keluar kembali ke ruang utama.Choki masih tertidur di salah satu sudut, meringkuk dengan jaket miliknya sendiri. Sesekali Choki bergumam tak jelas. Tampaknya dia bermimpi entah apa.Arai masih meneguk segelas air di atas meja. Yang akhirnya disadarinya ternyata bukan air putih biasa. Entah milik siapa gelas itu. Namun Arai akhirnya meletakkannya lagi.Dia mencari-cari air putih tersisa, namun yang dia temukan ada di dalam kardus-ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • Senandung Masa SMA   Bab 111 Omelan Ayah Arai

    Arai memarkir motornya dengan hati-hati di pekarangan rumahnya. Saat dia masuk, Ayahnya sudah duduk di ruang utama sambil membaca koran. Dengan sigap, dia meletakkan koran itu dan memperhatikan anak sulungnya. Wajahnya tampak tak enak.“Ayah bolehin pulang jam berapa aja, tapi juga bukan berarti jam segini, Rai. Mestinya kamu pagi pulang dulu, mandi, cek ibumu butuh bantuan apa. Baru kalau kamu mau main lagi, silahkan. Kalau kaya gini, kenapa kamu nggak sekalian tinggal di sana aja?” tanya Ayahnya dengan suara keras.“Maaf, Yah. Arai ketiduran,” sahut Arai pelan.“Ketiduran? Sampai siang? Emangnya kamu ngapain aja semalam? Sudah dzuhur belum? Ayah yakin kamu nggak subuh juga ya?” seru Ayahnya.Arai hanya menunduk sambil bersandar di dinding.“Ya sudah, mandi dulu. Kamu bau banget. Abis gitu sholat, terus makan. Kalau sudah, temui Ayah di sini.”Arai tak berkutik. Itu pertama kalinya ayahnya mar

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14
  • Senandung Masa SMA   Bab 112 Selepas Ujian

    Pergantian bab, terkadang ada ujian yang diadakan oleh guru pengampu. Termasuk saat itu adalah pelajaran Sejarah. Hapalan demi hapalan diwajibkan untuk dihapal oleh para murid. Termasuk Arai. Dia bahkan meng-copy catatan milik Matari dan menjadikannya kecil-kecil, agar dengan mudah dia bawa ke mana-mana.“Kepala gue pusing!” keluh Choki saat melihat Arai muncul sambil membawa catatannya.“Sama. Kelar ini semua ke rumah Rambo yuk!” ajak Arai.“Tumbennnn ngajak duluan. Ada angin apa nih?” tanya Choki.“Gue mau nyicil bayar utang air mineral ke dia. Kalian nih pada rusuh banget. Gue yang kena imbasnya,” timpal Arai.“Ya lo juga sih. Gue sih nggak ambil botol air mineral sama sekali. Gue denger, anak-anak pada ngambil buat ngeganti isinya pakai alkohol yang tersisa. Jadi ya emang rusuh banget. Cuma pas pagi itu, sebelum gue cabut, emang cuma lo yang ambil dan mereka-mereka belum pada bangun.”

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14
  • Senandung Masa SMA   Bab 113 Pergolakan Diri

    “Jujur gue kaget sih lo juga nanya ke Bang Luigi, lo sekarang suka juga?” tanya Choki saat melihat Arai memasukkan permen pink ke dalam saku jaketnya.“Enggak sih, gue cuma butuh buat bobo aja, kepala gue pusing banget. Gue pengen tidur seharian,” sahut Arai sambil tersenyum tipis.“Iya, beda-beda efeknya ke orang emang bro. Kalo gue kaya nge-fly tipis-tipis gitu. Bener sih pusing jadi ilang. Makanya gue demen.”“Nah itu yang gue cari sih, Chok,” kata Arai. “Tar weekend gue nggak ke mana-mana deh. Bokek juga gini.”“Lo nggak ngapel lagi?”“Nggaklah, ke rumah dia juga butuh bensin kali!”“Hahahahaha. Pokoknya kalau Matari ngambek, bukan salah gue ya.”“Lo nggak usah sok ngasih saran sama gue, Chok. Prihatin sama hidup lo, sekarang lo jarang banget jajan di kantin. Lo nggak laper kan? kita pulang aja udah jam 3 sore lho.”&

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • Senandung Masa SMA   Bab 114 Rumah Hafis

    “Ri, gue sama Praja mau ngomong sama lo. Nanti sore, bisa nggak lo ikut gue ke rumah?” tanya Hafis. “Sekalian ngerjain tugas Akuntansi, mungkin? Kita satu kelompok kan di tugas buku besar kali ini?”“Iya, satu kelompok, sama Dinda juga,” sahut Matari. “Dinda, lo nanti bisa ke rumah Hafis?”“Bisa, tapi gue agak telat ya. Lo tahu sendiri, gue harus ngejagain adek gue dulu sampai tetangga gue pulang kerja, biar bisa dititipin sama dia. Gimana?” sahut Dinda dari kursinya.“Eh, pada mau ngerjain tugas Akuntansi ya?” tanya Ayla menyerobot pembicaraan. “Ikut dong!”“Emang tugas lo udah? Lo sekelompok sama siapa sih?” tanya Dinda.“Sama Santi, terus lupa 2 cowok laennya. Hahaha,” jawab Ayla tak peduli.“Trus, lo nggak ada rencana mau kapan kerjain tugas sama mereka?” tanya Dinda.“Belum dibahas sih. Nggak tahulah, gue

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • Senandung Masa SMA   Bab 115 Informasi Rahasia

    Hafis baru saja selesai mandi saat kembali ke ruang kerja di mana Matari dan Praja masih bekerja bergantian menghitung Akuntansi dengan benar. Wajah keduanya tampak kusut. “Ya ampun, muka kalian, susah bener emangnya?” tanya Hafis. “Nih, coba lo kerjain. Kita udah puyeng. Dinda mana sih?” timpal Praja. “Biar kepalanya yang ngitung nggak 3 orang doang nih.” “Belum jalan. Tetangganya belum balik. Tapi tenaaaang, nanti kita panggil salah satu penjaga rumah gue. Kayanya ada yang anak Akuntansi deh. Bentar ya. Sebelum itu rehat dulu guys, nih snacknya dimakan. Jangan dianggurin!” seru Hafis. “Nah, boleh tuh. Ri, kalem dulu. Gue mau ke toilet juga,” kata Praja sambil beranjak. Matari meletakkan pensilnya kemudian mengucek-ngucek matanya yang pusing dan pening. Seluruh kolom perhitungan belum balance, itu tandanya ada yang salah dari tugas Akuntansi mereka. Hafis akhirnya duduk di dekat Matari, mengecek pekerjaan teman-temannya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • Senandung Masa SMA   Bab 116 Penyelidikan Sederhana

    Meskipun tak percaya, ada sisi penasaran yang muncul dalam sisi dirinya yang lain. Dia ingin membuktikan bahwa semua itu tak benar, namun dengan mata kepalanya sendiri. Weekend ini Arai lagi-lagi tak memberi kabar pergi ke mana. Sudah biasa sih, tapi rasanya karena informasi dari Hafis itu, justru membuat Matari berpikir yang tidak-tidak.Untuk meredam rasa penasarannya, akhirnya dia mengirimkan SMS pada Ayla.Matari: “Hai, La. Lagi di mana lo?”Ayla: “Di rumah aja. Kenapa nih? Gue telepon deh.”Belum sempat Matari menjawab, telepon rumahnya berdering. Ayla memang selalu seperti itu jika dia benar-benar menginginkan sesuatu.“Kenapaaaa? Kangen yaaaa????” seru Ayla saat Matari menerima telepon itu.“Enggak, mau nanya doang. Arai di situ nggak?” tanya Matari penasaran.“Tumbeeeen, biasanya nggak diapelin udah anteng aja.”“Cuma pen

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • Senandung Masa SMA   Bab 117 Senin yang Penuh Kecurigaan

    Entah bagaimana, Arai merasa tak perlu meminta maaf pada Matari saat bertemu di hari Senin. Dengan kekesalan luar biasa, Matari menghampiri Arai.“Ya gue emang nggak ada pulsa, Ri. Gue juga tidur seharian. Kenapa sih, gitu aja dipermasalahin banget?” timpal Arai saat Matari mengkonfrontasinya,“Kok lo nggak ada pulsa mulu?” tanya Matari. “Gue isiin kalo emang nggak ada pulsa. Kalo cuma marebu, sepuluh ribu juga gue ada.”Arai mengerutkan dahinya. Matari tahu, Arai sedikit tersinggung.“Emangnya duit gue cuma buat pulsa doang?” gerutu Arai.Matari terdiam. Ada rasa curiga yang menggebu dalam hatinya. Meskipun mungkin orang lain jika mendengar pernyataan Arai seperti itu, merasa hal yang wajar. Tapi tidak dengan Matari. Informasi dari Hafislah yang membuat kecurigaannya menguat.Rokok, yah, Arai memang semakin hari semakin tak bisa lepas barang dua jam saja. Bersama gerombolannya, dia akan mencur

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17

Bab terbaru

  • Senandung Masa SMA   Epilog

    Dentingan alat musik keyboard mengalun pelan. Matari tahu itu intro lagu Hoobastank-The Reason. Tak seperti versi aslinya, ada intro tambahan panjang dari gitaris klasik setelahnya.Café rumahan yang tak terlalu besar di bilangan Jakarta Selatan, yang sebagian besar bertema outdoor, memamerkan sound system-nya yang minimalis tapi berkualitas. Café itu penuh dengan siswa-siswi kelas 11 IPS 1, yang salah satu siswinya mengubah café sedemikian rupa sehingga bisa menampung kurang lebih 50 orang.Matari baru tahu, Priscilla punya café rumahan kecil di depan rumahnya. Ulang tahun sweet seventeennya kali ini, diadakan di café rumahan miliknya sendiri. Waitress-nya saja terbatas, karena dari kalangan keluarga sendiri.“I'm not a perfect person… There's many things I wish I didn't do…,” si vokalis mengawali dengan suara yang mirip-mirip penyanyi aslinya, serta merta mem

  • Senandung Masa SMA   Bab 183 Calm Down

    Entah bagaimana Arai dan gengnya menyelesaikan permasalahan mengenai Sindhu. Namun, seminggu kemudian, Sindhu masuk dengan beberapa plester serta perban di wajah dan kakinya, setelah sebelumnya dia tak masuk 2 hari. Dia mengaku jatuh dari sepeda motor yang dikendarainya. Tapi Matari tahu, itu ulah Arai dan para cecunguk GWR.Yang lebih menakjubkan, Sindhu sudah tak berani menatap Matari secara terang-terangan. Sesekali jika kepergok, dia langsung memalingkan muka. Dia juga berubah menjadi lebih pendiam dan tak banyak omong seperti sebelumnya.“Rai, lo apain sih dia?” tanya Matari saat jam pelajaran olahraga berlangsung.Arai yang sedang menunggu giliran sepakbola, hanya tertawa-tawa.“Udah gue bilang kan, kalo permasalahan kandang sendiri mah nggak akan ketahuan. Gue jamin,” jawab Arai mengambang.“Dia bilangnya jatuh dari motor, itu beneran?” tanya Matari.“Ya enggaklah.”“Trus?&r

  • Senandung Masa SMA   Bab 182 Cerita Arai

    Setelah menceritakan semua yang dia dengar dari Daffa, wajah Arai tampak konyol. Dia malah setelah itu tertawa-tawa. Gigi taringnya, yang dulu menarik, sekarang terlihat menyebalkan bagi Matari.“Tenang, Ri. Tenaaaang aja. Gue mau kasih tahu kabar mengejutkan soal dia buat lo,” kata Arai kemudian.“Apaan tuh?” tanya Matari.“Kalo ada tambahan cerita gini, gue jadi ikutan pengen mukulin dia.”Matari tampak bingung. Arai kemudian melanjutkan bicara.“Jadiiii, anak-anak GWR itu mau mukulin dia udah lama. Kayanya sih minggu depan bakalan mukulin dia.”“Hah? Rame-rame?”“Iya, tapi aslinya tetep 1 lawan 1 lah, cuma emang kita dateng bareng-bareng. Mukulinnya gantian aja.”Matari bergidik takut.“Hei, udah biasa kaya gini di geng gue. Target sekolah lain emang lagi dipending dulu, mengingat kita diawasin banget kan sekarang sejak desas-desus peredaran

  • Senandung Masa SMA   Bab 181 Curhatan Matari

    Matari menghela napas, saat malam minggu itu, Arai untuk kesekian kalinya muncul lagi di rumahnya. Hebatnya, Tante Dina sekarang akrab dengannya. Bahkan Ayah, juga secara terang-terangan menyapa dengan lebih ramah seperti saat menyapa teman-teman perempuan Matari.Ayah bahkan tak pernah ramah pada Iko, tetangganya. Ataupun Praja, yang dulu sering mengantarkannya perempuan.“Elo kenapa tobatnya pas udah putus, bego? Nggak inget lo dulu nggak berani masuk ke sini?” ledek Sandra yang akan pergi bermalam mingguan dengan Cakra, seperti biasanya.“Diem aja lo bawel! Kan gue udah sering bilang, kalo statusnya temen, lebih santai,” jawab Arai membela diri.Matari cuma terkekeh dan memberikan asbak pada Arai. Cowok itu sedang merokok di sudut teras.“Auklah, gelap! Gue ke sebelah dulu ya, mau fotokopi dulu. Si Cakra nanti ngejemput di situ. Gue udah bilang nyokap sih, Ri,” kata Sandra sambil membuka pagar.Matari m

  • Senandung Masa SMA   Bab 180 Kejuaraan Basket Antar Sekolah

    Seluruh SMA Negeri dan Swasta yang mendaftar, akan datang bertanding di sekolah Matari secara bergantian merebutkan piala Basket antar SMA se-DKI. Seperti biasa, untuk acara pembukaan, banyak ditampilkan acara-acara penghibur seperti tari tradisional, paduan suara hingga cheers yang Bersatu dengan para breakdancer.Dari tempat duduk penonton, Matari bisa melihat bahwa Sindhu cukup mahir beratraksi meskipun tubuh cowok itu tak setinggi yang lain. Mengingat proporsi tubuhnya juga tambun.“Gue kaya liat bola hidup lagi beraksi tahu nggak?” ledek Kian berbisik pada Matari.Matari cuma tertawa kecil. Matari sejujurnya tak terlalu fokus. Karena acara ini, dia sebenarnya juga didapuk jadi panitia bergabung dengan para volunteer dari sekolah lain.Namun, karena dia ditunjuk ambil bagian di keamanan acara, tugasnya hanya mondar-mandir di area penonton, area sekitar lapangan, area luar dan lain-lain. Patrolilah istilahnya.“Gue patrol

  • Senandung Masa SMA   Bab 179 Cerita Daffa di Siang Hari

    Jam kosong hadir setelah sekian lama. Matari dan teman-teman di kelasnya bergiliran ke kantin untuk diam-diam membeli makanan. Sesuai arahan Daffa, agar pergi tak bersamaan dan cepat kembali. Berjaga-jaga kalau ada guru piket yang datang mengecek tugas yang diberikan.Dalam beberapa hal, Matari sudah mulai enjoy ada di kelas ini. Meskipun saat istirahat, dia akan nongkrong dengan Praja cs, namun, kelas ini tak terlalu buruk, meskipun Sindhu membuatnya tak nyaman.Matari baru kembali dari kantin, duduk bersama berdekat-dekatan dengan Kian, Yana, Priscilla dan Anya. Mereka sedang heboh membahas cerita hantu yang sedang hits menyebar di kalangan sekolah mereka. Kisah ini dialami oleh para anak kelas 10 yang kemahnya kali ini diadakan di sekolah, karena permintaan para wali murid.Sebagian besar dari mereka merasa keberatan diadakan di bumi perkemahan yang biasanya. Mau tak mau, akhirnya kemah diadakan di sekolah dengan mendirikan tenda di tepi-tepi lapanga

  • Senandung Masa SMA   Bab 178 Sindhu dan Jawabannya

    “Jadi, gue punya kakak perempuan. Kebetulan dia udah almarhumah. Sakit. Nah mukanya itu mirip banget sama Matari,” kata Sindhu mengawali. “Waktu kelas 1 alias kelas 11 dulu, pas liat dia nyanyi di kemah, gue sempet kepikiran. Tapi waktu itu gue tahu, Arai lagi mulai ngedeketin dia juga.”Daffa sedikit terenyuh saat Sindhu mulai bercerita bahwa Matari mirip dengan almarhumah kakak perempuannya.“Karena sekarang kita sekelas, gue jadi bisa perhatiin terus, jadi gue jadi beneran demen sama dia. Apalagi lo liat perhatiin deh bro, toket dia lumayan gede,” kata Sindhu sambil meraba dadanya sendiri. “Paslah sesuai sama tipe-tipe gue.”Daffa yang tadinya sedikit luluh kemudian berubah menjadi merasa jijik. Daffa tak tega jika harus menjelaskan perihal itu pada Matari. Daffa juga punya ibu dan kakak perempuan yang sangat sayang padanya. Dia tak bisa membayangkan jika kakaknya diperlakukan seperti ini oleh teman sekelasnya.

  • Senandung Masa SMA   Bab 177 Investigasi Daffa

    Daffa selesai mengabsen teman-teman satu kelas. Setelah Matari meminta bantuannya kemarin, Daffa jadi benar-benar menyadari ada yang tak beres dengan Sindhu. Apalagi saat selesai mengabsen barusan, saat Daffa memanggil nama Matari, Sindhu secara otomatis menoleh. Hal itu dia perhatikan, berlangsung dengan pasti selama 2 minggu berturut-turut setiap kali Daffa mengabsen.Keanehan lainnya, saat Matari harus menulis di depan sebagai sekretaris, Sindhu selalu memperhatikannya. Saat dia bengong memperhatikan, Daffa akhirnya bertanya juga. Sindhu bilang, karena tulisan Matari tak terlalu terlihat jelas di matanya yang minus, makanya dia hanya bisa bengong sambil memperhatikan papan tulis saja.“Kenapa lo nggak pake kacamata aja?” tanya Daffa.“Nggak, ah, kaya lo gitu? Nggak mau. Gue kan ikut ekskul breakdance sekarang, susah kalo pake gituan. Gue mah pake softlense aja, cuma ya tetep nggak maksimal. Minus gue udah gede,” jawab Sindhu d

  • Senandung Masa SMA   Bab 176 Bantuan Daffa

    “Eh, Matari! Lagi liatin apa lo? Serius banget?” tanya Daffa.“Kaget gue, Daf,” sahut Matari yang menyadari Daffa tiba-tiba berdiri di sebelahnya.“Elo sih serius banget. Coba gue liat, baca apa sih lo?”“Itu, lomba nulis cerpen.”“Wahhh, iya! Ikut lo? Mayan tuh hadiahnya! Laptop sama HP!”“Gue sih ngincer laptopnya. Kalo HP sih ya udahlah ya, gue udah punya.”“Heiii, itu HP seri terbaru! Udah berkamera pula. HP lo kan masih jadul, kenapa enggak?”“Iya juga sih. Juara berapa aja sih untung aja ini mah! Juara 3 sampe Harapan aja uang cash! Mayan juga kan?”“Iya, udah coba aja dulu! Lo kan ada bakat, jadi mending maju dulu aja. Kalopun nggak menang, ya udah nggak papa, nambah pengalaman. Kalo menang sih bonuslah, piagam itu bisa dipakek lho buat daftar uni nanti. Bisa ngebantu lo.”“Masa sih, Daf?”

DMCA.com Protection Status