Share

Jenuh

Penulis: Elyana Armeta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pukul 09.30 Anea diantar sopir Om Pram menuju apartment-nya. Setelah semalam menghabiskan waktu bersama Anea, om Pram langsung pulang ke rumah subuh tadi. Mungkin ia takut jika istrinya curiga, entahlah itu sama sekali bukan urusan Anea.

Anea merasa jengah dengan pekerjaannya akhir-akhir ini. Ia mungkin akan berencana untuk liburan guna melepas kepenatan. Rutinitasnya sebagai wanita malam sangat tidak baik bagi psikologisnya. Guna menetralisir itu semua, para wanita seperti Anea memilih berfoya-foya dengan belanja barang mewah atau liburan. Hal yang wajar mengingat pendapatan mereka juga besar. Kali ini Anea sepertinya ingin mengajak Mitha, sahabatnya itu menjadi satu-satunya tempat yang meneduhkan baginya di kala apa pun. Mungkin takdir miris yang mereka jalani membuat keduanya saling menguatkan.

Anea mengambil gawainya, ia mencoba menghubungi Mitha, tetapi nomornya tidak aktiv. Ke mana gerangan si wanita humor itu pergi, kenapa gawainya harus dimatikan. Anea menghemb

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Semu cinta Anea   Hati-hati!

    Hati-hati !Sebuah kertas bertuliskan dua kata terlihat setelah Anea membuka pintu. Kertas itu dimasukkan dari celah bawah pintu, hal yang biasa dilakukan pengelola apartmen bila ada suatu pemberitahuan. Namun kali ini Anea yakin, ini bukan berasal dari pihak pengelola apartmen, namun siapa? Anea bertanya-tanya dalam hati.Apakah ini sebagai peringatan? Atau sebuah ancaman? Anea membolak-balikkan kertas itu. Hanya dua kata, tak ada barang lain yang mencurigakan, sulit dimengerti. Apakah Anea harus mengabaikan atau justru mencari tahu pelakunya? Mungkin tidak terlalu penting baginya mengingat kertas itu hanya bertuliskan dua kata tanpa maksud dan tujuan yang lebih detail.Ataukah ada seseorang yang iseng menyelipkan di celah pintunya? Tapi kenapa harus unit apartmennya? Di lantai ini jarang orang yang sekedar berjalan-jalan. Anea rasa tetangganya semua orang sibuk yang berangkat bekerja pagi hari dan pulang malam h

  • Semu cinta Anea   Berencana liburan

    Bel pintu berbunyi.Siapa yang bertamu? Anea melirik jam. Sudah pukul lima sore, rasanya waktu berputar cepat sekali. Anea bangkit dari sofa dan membukakan pintu.Ceklek!“Hai sayang.”Anea kaget karena Jan datang tanpa mengabari terlebih dahulu. Sepertinya Ia belum pulang sama sekali. Tangannya masih menenteng koper dan pakainnya masih sama dengan tadi siang.“hai sayang, masuklah...”Jan meletakkan kopernya diatas meja dan mendaratkan bokongnya di sofa. Anea membuka dasi dan melepaskan jas yang dipakai Jan.“Kau memang pasangan yang idaman”Anea tersenyum mendengar pujian Jan.“Sebaiknya kau mandi dulu, apakah kau punya baju ganti?”“Ya, ada di koper.”“Kalau begitu gegaslah, aku akan menyiapkan makan malam untuk kita.&rdq

  • Semu cinta Anea   Rencana double date

    Anea “!!!! Kenapa ka..” Ucapannya terputus karena yang dilihat bukanlah sahabatnya itu melainkan seorang lelaki yang hanya mengenakan pakaian dalam. “Mitha..” “Anea kau membuatku kesal karena tak kunjung membukakan pintu!” “Kenapa kau terus menggedor-gedor pintu ku. Apakah tak bisa menunggu sejenak.” “Karena kau lama sekali. Lalu sekarang apakah kalian tinggal berdua?” “Tidak, dia hanya menginap.” “ooh, aku mengganggu rupanya.” “Aku tak bilang begitu, sudahlah lebih baik kau masuk saja.” Mitha sebenarnya heran, karena Jan hanya mengenakan pakaian dalamnya saja. Tapi untuk menegur rasanya ia kurang berani. “Bukankah kau seharusnya bekerja?” “Aku bertanya pada sopir, katanya kau tak minta dijemput malam ini. Berarti kau tak datang, dan aku memutuskan untuk tak datang juga.” “Aku sudah ijin cuti ke mamy Han, satu minggu..” “Kenapa lama sekali?” “Sepertinya aku Sedang butuh

  • Semu cinta Anea   Liburan di Bali

    Sebuah kamar hotel bernuansa putih menjadi tempat singgah sementara. Anea meletakkan koper di sisi ranjang dan merebahkan tubuh yang lelah dari pesawat. Sebenarnya masalah utamanya adalah karena ia kurang tidur semalam. Ditambah harus bangun pagi untuk menyiapkan pakaian ganti, bertambah ribet lah aktivitasnya. Jan menyusul dengan koper ditangan kanan, dan sekantong makanan ringan ditangan kiri. Beberapa minuman juga ia tambahkan dalam kantong plastik itu. Sedangkan Mitha memasuki kamar sebelah bersama Reno. Mereka semua tiba pukul sebelas, belum terlalu siang untuk pergi makan, jadi menggunakan waktu untuk istirahat dulu. Hotel yang mereka sewa lumayan bagus dan bersih, namun bukan hotel mahal yang mewah. Harga sewa untuk hotel begini pun sudah lumayan mahal jika berada di kawasan wisata. Apalagi jika hotel mewah, pasti harganya fantantis! Maka dari itu Anea memilih hotel yang biasa saja asalkan masih layak disebut hotel. Celana hotpants mocca

  • Semu cinta Anea   Penelepon misterius

    Jan melambaikan tangan, sebuah taksi berhenti tepat di depan mereka. Anea membuka pintu dan masuk duluan sementara Jan membawa koper menuju bagasi dan dibantu sopir memasukkannya. Lain halnya dengan Mitha Ia memilih langsung pulang ke rumahnya sendiri dengan taksi yang berbeda bersama Reno.Anea teringat ponsel yang dimatikannya. Ia ingin liburannya tidak terganggu sehingga memilih tidak menghidupkan benda pipih itu. Mungkin ia harus menghidupkan lagi gawai di tangannya karena liburan kali ini sudah selesai.Tangannya memencet tombol power di sisi gawai, tak lama setelahnya layar mulai menampilkan gambar. Anea mendiamkannya beberapa saat. Taksi mulai melaju membelah jalanan. Jan duduk menyender di jok penumpang dengan membawa ukulele yang kemarin.“Aku lapar, Apakah kita bisa ke restaurant dulu untuk makan, sayang?”“Mungkin sebaiknya kita drive thrue saja. Makan dirumah sepertinya lebih nyaman.”“Baiklah.&rdq

  • Semu cinta Anea   Istri Om Pram

    Tanpa pikir panjang Anea segera menolak panggilan itu. Namun beberapa detik kemudian ponselnya kembali berdering. Anea kesal dan kembali menolak panggilan telepon itu. Panggilan terus berulang hingga beberapa kali dan Anea selalu menolak telepon itu. Hingga beberapa waktu kemudian Anea menerima pesan dari nomor yang sama. [Kau bersembunyi cukup baik wanita rendahan! Tapi tunggulah aku akan memukanmu] Anea semakin resah, ia memilih me-nonaktivkan ponsel. Berusaha tenang dan tidak memikirkan ancaman itu Anea kembali membereskan rumah agar dapat beristirahat dengan nyaman. Ia berfikir apakah ini ada hubungannya dengan pekerjaannya karena wanita tadi terus mengatainya wanita jalang, pelacur atau apalah itu. Jika benar ini masalah dengan pekerjaan, maka Anea bersiap akan mengadukan hal ini pada Mamy Han. Semua anak buah mamy Han dijaga oleh para bodyguard jika terancam masalah dengan para pelanggan. Seandainya benar wanita tadi istri dari salah sat

  • Semu cinta Anea   Bersembunyi di rumah Jan

    Anea mengambil gawainya, segera mencari kontak Mamy Han. menekan tombol panggil dan menunggu wanita itu menjawab teleponnya.Tuuut... Tuuttt.. Tuuuttt...(Halo. Ada apa Anea?)(Tolong aku mam, istri om Pram baru saja melabrakku. Dia galak sekali seperti macan yang habis beranak.)(Apa? Pram?? Kenapa bisa?)(Entahlah mam, dia mendapatkan bukti foto di villa.)(Kalau begitu datang kesini sekarang, kita bicarakan disini.)(Tidak mam, aku sedang lelah. Mungkin aku akan bersembunyi saja dulu untuk sementara waktu.)(Baiklah terserah kau.)(Tapi tolong jangan sampai dia menemukanku, rahasiakan keberadaan diriku dari siapapun.)(Baiklah, mamy setuju.)(Ya sudah mam, terima kasih. Bye!)Jan mendengar sedikit obrolan Anea dengan bosnya itu. Ia mencoba bertanya beberapa hal tentangnya."Apa kau jadi ikut tinggal dengan ku?" Jan bertanya memastikan."Tentu saja. Apa kau mau aku jadi bulan-bulanan

  • Semu cinta Anea   Bar digerebek!

    "Sayang.. kenapa kau melamun?"Anea terkejut karena tiba-tiba Jan sudah pulang dan masuk tanpa Anea sadari."Sayang, kau sudah pulang?""Ya, apa kau tidak melihatku masuk?" Jan memang membawa kunci sendiri.Anea hanya menggeleng pelan, beberapa saat kemudian ia tersenyum."Apa ada yang mengganggu pikiranmu?""Tidak ada, aku hanya kesepian. Apa yang bisa kulakukan selain melamun?""Itu tidak baik, sayang.""Aku tahu itu ""Emm.. Jadi lihatlah apa yang ku bawa untukmu."Jan mengangkat sesuatu di tangannya. Ekor mata Anea bergerak mengikuti gerakan tangan Jan. Sebuah kantung plastik yang menggembung tampak menutupi isinya, Anea tak bisa menebak benda apakah itu."Apa yang kau bawa sayang? Apakah makanan favoritku?""Bukan." Jan menggeleng."Lalu?" Anea menjadi penasaran."Bukalah, kau akan senang mendapatnya."Anea mengambil langkah dan meraih bungkusan plastik itu dari tangan Jan. Ma

Bab terbaru

  • Semu cinta Anea   Nekat minggat

    Beberapa hari ini Anea sudah berpikir matang-matang dengan rencana yang akan ia jalankan.Namun saat melihat wajah polos Albian, akankah ia sanggup?Kadang ingin berontak dengan keadaan, namun apa daya badan!Anea terus mengukuhkan niat. Menebalkan hati. Albian akan lebih menderita seandainya ia tak bekerja dan terus-terusan seperti ini.Bayangkan saja, kebutuhan setiap hari semakin besar sedangkan pemasukan mereka mampet bahkan kering kerontang."Semoga dengan nekatnya Ibu, kamu menjadi anak yang beruntung di hari esok, sayang." Ucapnya pelan hampir tak terdengar seraya mengelus dan mengecup puncak kepalanya.Mungkin malam ini, adalah malam terakhir Anea tidur bersama Albian. Bahkan tidak satu malam penuh. Sore tadi, Anea telah membuat janji dengan tukang ojek desa sebelah untuk mengantarnya ke kota. Anea beralasan mengejar jam pesawat sehingga ia diwajibkan berangkat malam-malam.Anea mencontoh kaburnya Jan waktu itu.Ibunya tidak akan mungkin mengijinkan Anea kembali b

  • Semu cinta Anea   Karena uang menipis

    [Mit, ini sembilan juta hutangku. Terima kasih ya!] Bersamaan dengannya, Anea melampirkan sebuah bukti transaksi rekening yang tertuju pada Mitha.Tanah mereka telah berhasil dijual. Sebagian darinya untuk membayar hutang. Meski masih sisa lumayan banyak, namun mereka harus bersabar untuk mengirit-irit mengingat sejauh ini tidak adanya pemasukan.[Secepat ini? Dapat uang dari mana? Bukankah kau bilang tidak ada pemasukan lagi?] Mitha bertanya-tanya.[Kami jual kebun, hehe.] Jawab Anea sedikit malu-malu.[Ya ampun Anea! Kau bisa memakainya dulu! Mengapa sampai jual kebun?][Tak apa, Mit. Kami juga butuh makan setiap hari. Jika tidak jual kebun, bagaimana bisa dapur kami berasap?][Baiklah, tapi jika butuh apa-apa jangan sungkan hubungi aku ya!][Iyaaa..!! Thank you!]Hari berganti hari, kondisi ibunya semakin membaik karena rutin berobat dan minum suplemen dari dokter.Mereka berbahagia, nampak dari pancaran rona muka yang semakin sumringah saban hari."Ibu kangen pergi ke sawah.. Tidu

  • Semu cinta Anea   Jalan keluar

    [Mam, aku ingin kembali!]Susah payah Anea mengetik dan mengirim pesan seperti itu. Lelehan hangat yang turun dari matanya pun setia menemani dengan hati perih terkoyak.Sang ibu masih terbaring tak berdaya pasca terjatuh dua minggu lalu. Tentu saja sudah berobat kesana-kemari dengan menghabiskan rupiah yang tak sedikit.Uang yang mereka pakai pun sebagian dari hasil hutang.Anea hanya bisa menghubungi sahabatnya, Mitha dengan masalah ini. Meski mereka benar sahabat, namun bagaimanapun Anea sungkan jika harus terus meminjam uang, sedangkan hutangnya sudah menumpuk tanpa tahu cara supaya bisa melunasi. Dari seberang sana, orang yang menerima pesan dari Anea terseyum lebar. Gelengan kepala ia lakukan berulang kali seraya menarik ujung bibirnya ke atas setelahnya.[Sudah kubilang waktu kau keluar! Kau pasti akan menyesali keputusanmu!]Anea tak mengerti apa maksud balasan dari mamy Han. Apakah itu berati ia tak mau mempekerjakan dirinya lagi?[Bagaimana, Mam?] Anea harus mer

  • Semu cinta Anea   Digoncang cobaan.

    "Ibu..." Anea berhenti pada kata itu. Keadaan pahit ini harus dikupas agar semua jelas. Kepala itu tertunduk dalam, bahkan tiba-tiba lidah terasa kelu untuk melanjutkan kata.Ibunya menepuk pundak beberapa kali tanda menguatkan. "Ceritalah dengan ibu, Anea...!"Kalimat yang didengar malah mengundang gerimis di kelopak mata. Ia menengadahkan pandangan agar bendungan itu tak merembes."Anea tidak tahu kenapa semua jadi seburuk ini, Bu...""Ada apa sebenarnya dengan kalian, Anea?"Hening, Anea butuh waktu memantabkan hati untuk menjawabnya. Sang ibu setia menunggu tanpa memaksa Anea lebih keras."Ayahnya Albian.. menghilang, Bu!"Sang ibu terkejut hingga kedua kilau di mata itu melebar. Setelah berhasil mengatur napas sejenak, ia kembali membuka suara."Menghilang bagaimana? Apa sesuatu yang buruk telah terjadi padanya?" Tanya sang ibu tak paham."Bukan Bu... Dia sengaja meninggalkan kami.." Ucap Anea dengan linangan air mata yang tak sanggup ia tahan lagi.Genangan air mata sang ibu pun

  • Semu cinta Anea   Pulang kampung yang terlalu cepat

    Kriet!Pintu setengah reyot itu telah terbuka tanpa kunci yang menghalangi.Anea masuk melalui lubang perseginya dengan langkah lesu terseok.Hening.Mungkin ibunya belum pulang dari sawah. Kedua adiknya mungkin ikut membantu. Maklum, sejak Jan jarang memberi nafkah, kini pengeluaran di rumah kecil ini semakin membengkak. Hal itu membuat ibunya pontang-panting mengerjakan sawah sendiri karena jika harus membayar orang untuk bekerja, ia merasa sayang uangnya. Lebih baik mereka gunakan untuk kebutuhan Albian. Alhasil kedua adiknya juga ikut membantu karena kasihan dengan ibu mereka, meskipun mereka masih sekolah.Anea mencoba menghela napas. Menetralkan rasa gugupnya yang membayangi."Kuatkan mama ya, sayang.." Anea mengelus kepala Albian yang sedang berceloteh.Satu tangannya meletakan koper di pojokan, menurunkan sang anak dari gendongan, kemudian mendaratkan bobot tubuh pada kursi kayu berwarna coklat yang selalu menemani keluarga kecil ini bercengkerama.Albian merangkak kesana-kema

  • Semu cinta Anea   Mengungsi ke apartment Mitha

    Mitha duduk di depan Anea yang hanya terpisah oleh sebuah meja. Saat menatap koper yang Anea bawa, ia yakin jika sahabatnya itu sedang mempunyai masalah."Apa yang terjadi, Anea?" Tanya Mitha segera."Aku tidak tahu, Mitha. Masalah menimpaku bertubi-tubi, rasanya aku sudah tidak sanggup!" Sendu ia berucap.Mitha menggelengkan kepala dan menarik tubuh condongnya, sedikit menjauh dari meja."Kau tidak pernah berbicara padaku lagi. Itu yang ku sayangkan, Anea.""Maafkan aku, Mit. Aku hanya tidak mau kau tahu jika aku selalu dalam keadaan yang tidak baik.""Sudahlah, Ne. Sekarang katakan padaku apa yang terjadi denganmu?"Anea menggigit bibir bawahnya. Lidah itu terasa kelu untuk memaparkan keadaan. Malu rasanya! Namun memang sekarang hanya Mitha yang dapat melegakan hatinya."Aku tidak tahu Jan ada di mana..."Mitha melotot setelah mendengar pengakuan Anea."Apa maksudmu, Anea? Kau tid

  • Semu cinta Anea   Pertolongan July

    "Apa? Bagaimana bisa kau tidak tahu?"Anea menggeleng. Rasa panik menyergapnya seketika, seluruh sendi rasanya melemah. July yang melihat Anea syok segera mengambil Albian dari gendongan ibunya."Mari kita ke rumahku!" July menyambar lengan Anea dengan setengah memaksa agar Anea menuruti."Apa kau tahu di mana Jan pindah, July?"Ingin sekali July mengatakan "iya" pada pertanyaan Anea barusan. Tetapi sayang sekali, ia harus menjawab yang sebenarnya. Gelengan kecil July menambah sempit hati Anea."Apa kau benar-benar tak mengetahuinya? Mungkin Jan pernah bilang sesuatu atau petunjuk apa pun itu. Ayolah July... bantulah aku!" Jemari Anea meraih July seraya memohon."Maafkan aku Anea. Tapi aku benar-benar tidak mengetahui apa pun."Air mata telah di ambang pintu. Jika Anea tidak malu dengan July yang telah bersikap baik padanya, mungkin sekarang Anea telah menangis meraung-raung dan berkali memaki Jan. Sayang sekali, kali ini Anea hanya m

  • Semu cinta Anea   Pindah

    "Aku minta kau berubah Jan! Ingatlah dengan Albian." Ungkap Anea sebelum benar-benar mninggalkan Jan lagi.Setelah dua hari di kota, Anea harus kembali ke kampung. Sebenarnya Anea sangat takut jika Jan mengulangi kesalahannya lagi."Aku khilaf Anea. Jiwa laki-laki ku berontak setelah sekian lama tak mendapat pelampiasan." Kilah Jan saat mereka berdebat.Akhirnya Anea mengalah dan memih memaafkan Jan. Anea pun sadar jika godaan Jan yang ditinggal seorang diri memang besar. Namun Anea memperingati Jan untuk tidak mengulangi kesalahannya. Pesawat membawa raga Anea terbang meninggalkan Jan lagi. Hatinya terus berdoa agar Jan benar-benar menepati Janji. Meski dalam hati kecil Anea, mengatakan Jan akan kembali berulah jika Anea terus meninggalkannya seorang diri. Maka dari itu, sepanjang perjalanan Anea memikirkan jika ia akan kembali tinggal bersama di kota.Kembali menjadi keluarga yang utuh. Ya... mungkin memang

  • Semu cinta Anea   Mencari tahu

    Tiga bulan sudah semenjak Jan menikmati kegadisan Adelia. Sejak itu pula ia merasa ketagihan dan tak putus berganti wanita.Jan semakin melupakan Anea dan Albian. Nafkah untuk mereka pun, dengan tega ia pangkas seminim mungkin. Uang yang ia punya habis untuk berfoya-foya dan bermain wanita.Tanpa Jan sadari, ia telah menelantarkan keluarga kecilnya yang berada jauh dari jangkauan."Sudah lewat tanggal gajian. Mengapa belum transfer uang, sayang?" Tanya Anea lewat pesan singkat di gawainya.Setelah membaca pesan dari istrinya, Jan malah merasa jengkel dengan itu. Susah-susah ia bekerja malah harus memberikan uangnya pada Anea. "Mengapa ia tak bekerja saja seperti dulu?" Pikir Jan saat ini yang tengah kacau. Hari-hari Jan berlalu tanpa absen dengan para wanita bar. Gajinya habis untuk kesenangan itu. Bahkan saat ini ia mengambil hutang lagi di kantor, setelah melunasi huta

DMCA.com Protection Status