SAKITNYA ARUNA!
"Oh ya jangan lupa gantikan meeting ku dengan PT Hadinata Wijaya," teriak Aruna."Istirahatlah," sahut Arumi."Loh tumben, biasanya dia yang paling semangat dengan proyek ini! Jangan- jangan pasti mereka sedang bertengkar," batin Arumi."Pak Dion! Pak Dion kan tidak perlu datang sendiri untuk meningkatkan sistem ini. Banyak hal yang bisa kita kerjakan," kata Hendi setengah mengeluh karena harus mengubah jadwal secara mendadak."Ck! Kau hanya mengomel saja. Aku memang tidak di perlukan tapi dia di perlukan di sini," gumam Dion."Kenapa kau menyusahkan diri sendiri?" sahut Hendi."Karena Aruna masih tidak mau menerima teleponu, dia memblokirku!" kata Dion. Arumi yang datang dari belakang mendengar perkataan Dion. Dia tersenyum penuh arti. Akhirnya dia tahu apa penyebabnya. Arumi segera menghampiri Dion karena bagaimanapun juga Dion adalah atasannya."Loh Pak Dion, saya tidak tahu anda juga di sini. Ada apa?" tanya Arumi yang cGUGATAN HAK ASUH ANAK Dion mendengus kesal sambil memandang sinis ke arah Rendi. Mereka pun bergegas untuk sampai di rumah Aruna. Sesampainya dia di depan pintu depan rumah Aruna, mereka bergegas berjalan bersamaan. Mereka bebarengan mengetuk pintu rumah Aruna. Dion mencoba memasukkan keyword di pintu doorlock itu tapi nyatanya tak tak bisa di buka. Akhirnya Rendi mengetuk pintu biasa.'Tok' 'Tok' 'Tok'"Siapa?" teriak dari dalam."Aku!" sahut Dion dan Rendi berdua bersamaan. Aruna pun membuka pintunya, karena dia yakin Rendi suara yang di dengarnya tadi. Aruna yang memang sedang membuat jus, akhirnya berjalan ke pintu sambil melepaskan apron measaknya. Dengan malas, dia membua pintu dan langsung kaget melihat dua orang lelaki itu berada di depannya."Kenapa kalian di sini?" tanya Aruna heran mengernyitkan keningnya karena Dion dan Rendi datang bersama."Arumi bilang kalau kau sedang tidak enak badan. Lalu dia menyuruhku kemari menjengukmu, aku baw
PENJELASAN PENGACARA"Aku harus bagaimana, Mas?" tanya Aruna."Aruna, tenanglah. Aku an membantumu. Aku memiliki salah satu pasien di rumah sakit, di mana anaknya adalah seorang pengacara yang khusus menangani masalah perceraian dan gugatan perdana. Aku akan menghubunginya jika kau butuh, akan ku kenalkan padanya," ucap Rendi."Mas, berhubung Pak Dion sudah menyiapkan surat gugatan pengacara itu berarti dia sudah mempersiapkan segalanya juga. Kita harus segera bersiap- siap," ujar Aruna."Ini benar sekali," sahut Rendi melihat wajah Aruna yang masih terlihat ayu meskipun berantakan."Kalau begitu tolong bantu aku, Mas. Bantu menghubungi pengacara itu," pinta Aruna."Baiklah, aku akan menghubunginya sekarang," kata Rendi sambil mengambil teleponnya."Terima kasih ya, Mas," kata Aruna terharu dengan kebaikan Rendi. Rendi segera menghubungi nomer relasinya itu. 'Tut' 'Tut' telpon tersambung dengan rumah Rendi berbasa basi dulu. Kemudian dia mengata
AJAKAN MENIKAH RENDI! Aruna menganggukkan kepalanya. Sedikit banyak dia setuju dengan semua ucapan Rendi. Bukannya apa- apa, dia adalah seorang tua tunggal untuk Bima. Meski pekerjaannya juga mapan, kedua orang tuanya mendukung, namun jika di logika dan berpikir realistis tentulah semua itu tak sebanding dengan kekayaan Dion. Di tambah, Bima sendiri sakit dan membutuhkan banyak uang. Itu tentulah akan memberatkannya. Apalagi Bima sangat dekat dengan Dion. Semua sungguh memberatkannya."Lalu apa yang harus aku lakukan, Mas Rendi?" tanya Aruna."Aruna dengarkan aku! Aku akan mengorbankan diriku untuk menjadi Ayah sambung untuk Bima. Bagaimana kalau kita menikah, namun kau jangan salah paham. Kita tidak menikah secara betulan. Kita bisa bercerai setelah mendapatkan hak asuh Bima. Seperti perjanjian pernikahan. Seperti yang kau tahu, pekerjaanku sebagai dokter tentu lebih memudahkanmu untuk memenangkan gugatan kan?" usul Rendi. Aruna cukup terkejut dengan se
PERTEMUAN RAHASIA! Di sisi lain, Bima sudah pulang sekolah. DIa celingak celinguk melihat ke luar, belum nampak Ibu nya menjemput. Bima menghela nafas panjang, lagi semenjak kepergian Ayah Baiknya jam pulang pun harus menunggu lama. Bima duduk di kursi tunggu depan."Bima!" panggil seorang lelaki memakai jas. Melihat kedatangan lelaki itu, Bima tersenyum senang. Dia membalas lambaian tangan lelaki itu dan setengah berlari menghampirinya."Om Baik!!!!" teriak Bima sambil mendatangi Hendi."Sayangku! Apa kabarmu?" tanya Hendi."Baik Om Baik. Kenapa kau datang ke sini?" tanya Bima."Aku merindukanmu! Ayok kita ke toserba sebelah. Aku akan membelikanmu es cream," ajak Hendi. Bima pun menganggukkan kepalanya. Tentu saja wajarnya anak kecil dia merasa kesenangan karena mendapat es cream. Dengan bergandengan tangan bersama Hendi mereka ke toserba samping sekolah Bima."Om Baik, Ayah Baik ku kemana?" tanya Bima sambil menyuap es cream ke dalam mul
DION YANG URING- URINGAN SENDIRI!"Aku tidak pernah memakai kolam renang ini! Padahal ada seseorang yang menyukainya," gumam Dion. Dion sangat tahu dulu Aruna sangat suka berenang untuk pilihan olahraganya. Sehingga dia memiliki impian rumah luas yang memiliki kolam renang. Mungki sebagian orang mengira itu hal konyol. Namun memang itu cita- cita Aruna, apalagi Dion juga suka berenang untuk kesehatannya."Sial! Aku belum pernah mengajak Bima dan Aruna berenang di sini. Aku belum sempat mengajak dan melatih Bima berenang," batin Dion dalam hati. Dion dan Bima yang sama- sama mengidap penyakit jantungnya. Memang ada banyak pilihan olahraga yang disarankan untuk bantu kesembuhan penyakit jantung, termasuk berenang. Berenang adalah latihan aerobik yang dapat memperkuat jantung dengan membuatnya lebih efisien dalam pemompaan yang mengarah pada aliran darah yang lebih baik ke seluruh tubuh. Berenang bantu kesembuhan penyakit jantung bila sedang dalam tahap rehabilit
BAGAIMANA RENCANANYA? AMAN?"Bima, pokoknya kau harus menurut pada Ibu! Kau harus minum obat tepat waktu, mengerti?" tanya Dion pada Bima yang melakukan panggilan video call hampir lima jam."Bima sampai kapa kau akan melakukan panggilan itu?" tanya Aruna."Iya, Bu! Ini aku akan mematikannya karena HP Bima sudah kehabisan baterai. Ayah, video call nya Bima matikan ya! Dadah Ayah Baik!" pamit Bima sambil mematikan teleponnya. Bima turun dari ranjang. Menyerahkan HP itu pada sang Ibu yang masih terlihat sibuk dengan laptopnya. Aruna menutup laptop itu saat Bima menghampirinya. Aruna menatap Bima, karena sepertinya anak itu ingi berbicara sesuatu."Ada apa, Sayang?" tanya Aruna."Ibu bertengkar dengan Ayah Baik lagi ya?" tanya Bima. "Tidak, apakah Ayah Baik mengatakan hal itu padamu?" tanya Aruna. Bima menggelengkan kepalanya perlahan."Apakah Ibu mau jujur dengan Bima, Ibu bertengkar kan dengan Ayah Baik? Ayah Baik tidak dinas di luar negeri, man
ANI- ANI ++ Setelah mobil Papa nya melaju meninggalkan rumah mereka, Elbara sangat lega. Dia menghela nafasnya panjang. Lalu merangkul Elizabeth istrinya dengan erat. Dia memandang wajah Elizabeth, wanita yang di nikahinya selama tiga tahun ini. Elizabeth dan dia menikah karena perjodohan, PT Gold milik Pak Wijaya, dulu adalah PT milik keluarga Elbara, namun karena mereka salah langkah mengakibatkan PT miliknya itu hampir jatuh. Sebelum perusahaan bangkrut, perusahaan itu pun diakuisisi oleh Pak Wijaya. Dengan membeli hampir delapan puluh persen saham miliknya. Elbara tak ada pilihan lain, dia pun menjualnya. Tak habis akal, dia pun menikahi putri Pak Wijaya, Elizabeth. Gayung bersambut, Pak Wijaya tak keberatan karena selain usia yang sudah tua sebenarnya Pak Wijaya melihat Elbara cukup kompeten untuk besaing dengan PT milik keluarga kakaknya, PT Hadinata Wijaya Itu lah sedikit kisah latar belakang kehidupan pernikahan Elbara dan Elizabeth."Lepaskan! Aku mau ist
STRATEGI PEREBUTAN TAHTA CEO"Arggghhh!" teriak Elbara mengusap wajahnya gusar."Kau kenapa, Sayang?" tanya Sheila berjalan menuju ke arah Elbara. Dia memeluk mesra dari belakang."Aku bisa gila lama- lama tinggal dengan wanita dingin itu! Sialan. Dia bisa berubah menjadi seribu satu wajah dan sikap dalam beberapa detik saja. Sebenarnya apa yang selalu ada di pikirannya?" omel Elbara."Ck! Kenapa? Apakah acara makan malam dengan mertuamu tak berjalan lancar, Sayang? Bukan kah kau mengatakan padaku malam ini tak akan menghubungiku, karena tua bangka mertuamu itu?" tanya Sheila."Hm! Makan malam ini berjalan lancar! Bahkan lancar sekali, Elizabeth sangat pandai berpura- pura bahwa hubungan kami baik- baik saja. Padahal! Bangsattt! Dia merayuku, memelukku, melayaniku! Tapi begitu Papa nya pulang, sikapnya langsung berubah menjadi dingin! Gila. Wanita itu benar- benar gila. Tiga tahun menjadi suaminya aku benar- benar seperti tak memiliki harga diri saat bersama