PENGAKUAN BUKAN PERNYATAAN!
Rendi paham itu adalah hal yang menyakitkan sekali. Ingin rasanya dia memeluk wanita itu tapi dia tapi tubuh tak bergerak."Jadi aku pikir sudah saatnya aku menyerah," kata Selly sambil mengusap air matanya yang jatuh di pipi."Karena aku mencintaimu," tegas Selly."Dokter Rendi, percayalah! Semua orang bilang cinta itu saling melengkapi dan berani, anggap saja ini adalah hadiah terakhir tentang cinta dariku. Karena aku selalu mencintaimu tanpa pernah kau minta, kau harus lebih berani berani menyatakan cintamu kepada wanita yang kau cintai. Dengan begitu kau bisa menjalani hidup lebih baik. Kau harus berhasil," kata Selly sambil menepuk lengan Rendi. Rendi pun menganggukkan kepalanya, dia tak ingin terlihat menangis di hadapan Rendi."Dokter Rendi, percayalah. Asalkan kau bahagia aku baru bisa merasa senang," ucap Selly lagi."Waktunya hampir tiba, Kak Aruna sebentar lagi akan datang, pasti dia sudah berjalan menuju ke sini. ADRAMA DION DAN BIMA!"Baiklah jika begitu Aruna. Aku akan mengejar kebahagiaan milikku sekarang dan kau juga harus mengejar kebahagiaanmu," kata Rendi."Mas Rendi, aku sangat bahagia untukmu. Semangat ya! Kejarlah dia," perintah Aruna. Rendi pun tersenyum lega, mereka langsung berpisah.Saat Rendi keluar mengejar Selly, sebenarnya Selly masih di luar Resto. Dia tidak benar- benar pergi, dia masih menunggu di luar restoran sambil matanya menatap ke lantai tiga meskipun tidak terlihat apapun dari sana. Selly mengusap air matannya yang mulai berjatuhan di pipi."Kuat Selly, kuat. Kau hebat," gumam Selly mencoba menguatkan dirinya sendiri. Dia sekarang tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, mungkin bisa saja Aruna menerima Rendi lalu mereka berbahagia atau mungkin Rendi yang mendapat penolakan itu. Rendi pun mengejar dia berpikir mungkin Selly memang masih di luar. Dia memutari lantai dua tak melihat keberadaan Selly, dia pun menyusuri lantai satu dan ke bawah sambil
DRAMA TURUNAN DION DAN BIMA!"Bima lebih baik mati daripada dihina oleh wanita. Kita ini lelaki harus punya harga diri tinggi. Nak, ingatlah pria itu harus berprinsip," pesan Dion. Tanpa Dion sadari tiba-tiba Aruna sudah datang dari belakangnya. DIon dan Bima pun langsung menoleh ke arahnya belakang. Bima menepuk keningnya perlahan pasti Ibu dan Ayah Baiknya akan berdebat lagi."Bima ayo pulang!" ajak Aruna mendatangi Bima."Kenapa kau baru datang, Aruna. Sebenarnya dari mana saja dirimu?" tanya Dion."Apakah kamu menemui pasangan kencanmu lagi? kau bertemu dengan lelakimu yang lain selain tadi sore? Sebenarnya berapa lelaki yang memang di rekomendasikan oleh Arumi? Apakah ada lelaki lain lagi yang akan kau temui besok? Lusa? Selanjutnya, Aruna? Lihat kau sampai menelantarkan Bima," cerca Dion.Aruna hanya menggelengkan kepalanya melihat Dion begitu. Dia sangat tak percaya Dion mengatakannya, benar-benar di depannya bukan lah sosok seperti Dion Presdirnya du
MENYADARI CINTA!"Aruna! Aruna!" teriak Aruna sambil mengetuk pintunya berkali-kali. Dion bahkan memasukkan sandi di smart door pintu rumahnya. Namun kata sandinya sudah diganti."Astaga kata sandinya sudah diganti lagi!" keluh Dion."Bima! Bima! Buka pintunya. Aruna!" teriak Dion dari luar. 'Ceklek' pintu dibuka."Kenapa lagi Ayah Baik?" kata Bima membuka pintunya."Ah! Anak pintar. Pandai!" puji Dion hendak masuk.Refleks Bima kemudian merentangkan tangannya. Dia menutupi pintu, sehingga dia tak bisa masuk ke dalam. Dion kaget melihat tingkah putranya itu."Kenapa? Kenapa kau menghalangi aku masuk?" tanya Dion."Ibu bilang penipu tidak disambut di rumah kami!" cegah Bima dengan polosnya."Penipu? Siapa yang penipu?" tanya Dion."Ayah Baik! Kata Ibu Ayah Baik adalah penipu. Karena berbohong tadi," jawab Bima."Sebenarnya siapa yang kau bantu? Kau ada di pihak siapa? mengapa sekarang membenci Ayah Baik? Apakah kau tak ingin Ibu dan Ay
RENDI OH RENDI!Ya meskipun hatinya sudah berkata dia tak akan mau lagi dengan Rendy tetapi jauh di lubuk hatinya perasaan itu masih ada untuk Rendi. "Bukan begitu," kata Rendi."Lalu?" tanya Selly. Selly menatap wajah Rendi sedangkan Rendi pun tiba-tiba mematung dan meneguk ludahnya dengan kasar berkali-kali. Lalu dengan absurd nya dia mengalihkan pembicaraan saat melihat ayam goreng dalam boks yang dibeli oleh Selly dari salah satu junk food kesukaannya."Apakah kau tidak takut gemuk, Selly? Aku sedang patah hati! Jadi wajar saja aku makan banyak," kata Selly."Kau kan seorang Dokter! Aku punya penyakit emotional eating!" protes Selly.Emotional eating atau makan emosional adalah ketika seseorang menggunakan makanan sebagai cara untuk mengatasi emosi, bukan makan karena lapar. Saat sedang marah, sedih, stres, dan lainnya, beberapa orang mungkin mencari makanan untuk menenangkan emosi. Makanan biasanya dijadikan sebagai pengalih perhatian. Pada saat in
PEGI KE TIONGKOK!"Baiklah Aruna jika tidak ada perubahan aku akan pergi ke Tiongkok dua hari lagi. Aku harus ke Tiongkok untuk menyelesaikannya, aku juga lebih akrab dengan beberapa rumah sakit di sana. Sebelumnya mereka pernah membahas rumah sakit lisensi jantung kita, setelah melakukan konferensi kesehatan kemarin di bali. Dan Puji Tuhan nya, mereka sangat tertarik dengan tipe catering kita. Hak itu yang membuat kita harus berkolaborasi dengan makanan dari Tiongkok karena tidak bisa dimunafikan juga mereka lebih mempertimbangkan makanan yang dikonsumsi mereka lebih sehat daripada kita. Mereka menggunakan konsumsi sedikit garam dan lain-lain tanpa mengurangi cita rasa makanannya," kata Arumi.Sebagai konsekuensi dari permasalahan kesehatan dan tren global, masyarakat dari segala usia di Tiongkok mulai menjadi lebih sadar akan kesehatan mereka dan manfaat dari pola makan yang lebih sehat, yang mengakibatkan pertumbuhan pesat pasar makanan kesehatan dalam beberapa tahun tera
JALAN MANA YANG HARUS AKU PILIH? CINTA ATAU PERUSAHAANNYA?"Berikan suntikan dana ke sana saja. Buat Arumi pergi dari sisi Aruna, maka kau bisa mendapatkan Aruna kembali, Pak Dion," saran Hendi."Apa maksudmu?" tanya Dion penuh selidik."Kau kan sungguh merindukan Kak Aruna kan, Pak Dion. Aku memberikanmu solusi paling simpel. Belilah barang dan cari dia di perusahaannya, berikan dia kejutan dengan ini semua. Gampang kan?" tanya Hendi."Kejutan ya?" gumam Dion."Ya aku rasa itu adalah ide yang baik," sahut Hendi."Apakah kau mendapatkan ini dari cerita dari novel mu yang baru? Novel mana lagi yang sedang kau baca?" tanya Dion."Tidak. Aku mencarinya dari hasil pemikiranku sendiri, Pak Dion. Apakah kau meragukan kemampuanku? Bukankah dengan begitu kau tidak akan terlihat seperti pria sejati dan memanfaatkan kekuasaan serta uangmu saja. Tidak seperti itu juga kan?" tanya Hendi."Ck! Apa yang kau bicarakan? Aku tak paham. Serti hal konyol saja," keluh Dion."Di dalam novel tertulis wanit
KEDATANGAN ELBARA DAN KENCAN BUTA! APAKAH RENCANA SELANJUTNYA?Hari ini Aruna bertemu dengan seorang laki-laki yang digadang-gadang adalah saudara jauh Arumi lagi. Entahlah Arumi mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Tapi tiba-tiba Aruna mendadak ilfeel dengan gaya lelaki yang sok perlente begini."Hari ini kau sudah bertanya banyak tentang aku kan?" tanya Aruna."Bagaimana jika kau seharusnya juga memperkenalkan diri juga?" usul Aruna."Hmm, boleh juga. Baikla aku akan mengatakan semua latar belakangku padamu. Sebenarnya aku ini adalah orang sangat sederhana dan normalnya lelaki. Aku lulusan pascasarjana dari universitas swasta yang cukup memiliki gengsi yang sangat tinggi. Aku sebenarnya bekerja di PT. Gold Jakarta, namun aku ke sini kebetulan tadi menemani wakil CEO ku untuk kunjungan dan survei wilayah perluasan perusahaan. Aku memiliki berat badan ideal dengan tinggi badanku, dan penampilan yang cukup menarik. Bagaimana menurutmu?" tanya Lelaki itu."Ck! Sialan, Arumi menemukan
TATAPAN DAN SENYUM MENYERINGAI ARUNA!"Kau belum menjawabku!" tegas Elbara masih penasaran. Aruna mencoba melepaskan dirinya tetapi semakin kuat cengkraman Elbara."Lepaskan aku!" perintah Aruna membentak . Elbara semakin menguatkan cakramannya. 'BUGGGHHHHH!' Tak lama tiba-tiba seorang lelaki datang dan memukul Elbara. Lelaki itu tak lain adalah Dion. Elbara langsung sempoyongan ke belakang. Elbara bangun dan menatap tajam ke arah Dion. "Dia memintamu melepaskan tangannya. Seharusnya kau melepaskan tangannya! Jadi untuk apa banyak omong kosong?" ujar Dion. Elbara berdiri dia menatap wajah Dion dengan tatapan tajam."Tunggu pembalasanku," kata Elbara. Aruna pun menghela nafas panjang lalu memilih untuk pergi meninggalkan mereka semua. Dion hanya menatap Aruna sebentar dan memanggilnya."Aruna! Aruna!" panggil Dion."Untung saja aku tidak membuatnya marah," kata laki-laki itu. Dia baru tahu ternyata jika Aruna adalah kekasih orang yang heba