Beranda / Fantasi / Selubung Memori / 467. DARAH MONSTER #10

Share

467. DARAH MONSTER #10

last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-28 13:00:19

Kalau ini Ibu, dia pasti sudah mencabut izin misi Lavi.

Pada akhirnya, Lavi adalah darah murni. Aku tahu Lavi tidak berniat terlihat rapuh ketika bersamaku. Jadi, barangkali sesuatu telah bangkit dalam kurun waktu tertentu, yang bahkan tidak bisa kusadari. Sebagai ganti kemampuan yang semakin kuat, darah murni juga meminta bayaran. Itu konsep yang selalu terjadi pada tubuh kami. Aku punya asumsi bahwa sebagai ganti kemampuannya yang menguat—Lavi yang bisa mendeteksi alam liar, Lavi yang bisa mendengar roh alam—kewarasan Lavi, sedikit demi sedikit juga mulai direnggut.

Di titik ini, akhirnya aku mengerti mengapa hampir tidak ada darah murni yang berhasil mencapai titik puncak kekuatannya.

Dan memangnya ada puncak bagi kami?

Maksudku, sebelum kekuatan darah murni mencapai titik puncak, sesuatu pasti telah direnggut dari mereka. Jenderal harus kehilangan keluarganya—bahkan satu-satunya orang yang dia cintai, putranya, penglihatannya—d

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Selubung Memori   468. KATA SANDI #1

    Kami punya perjanjian akan kembali begitu matahari terbit.Namun, saat aku terbangun, pagi masih belum tiba, dan terlepas apa pun itu perjanjian kami tentang apa yang harus dilakukan orang yang bangun pertama, aku sudah melupakannya. Aku tergoda membangunkan Lavi, dan aku baru sadar sudah terlalu keras membangunkannya sampai dia mengira ada serangan. Kesadarannya masih setengah saat aku berkata, “Lavi, aku mimpi buruk.”Dia bukan tipe yang akan marah bila dibangunkan mendadak, dan di tengah situasi misi, kami tahu dibangunkan secara tiba-tiba bukan lagi sesuatu yang aneh. Jadi, Lavi bangun—Lavi bukan tipe yang bisa dengan cepat mengembalikan semua kesadaran, tetapi dia berhasil—lalu mendengar semua penjelasan mimpiku. Akhir-akhir ini ada banyak mimpi yang cepat kulupakan, jadi mumpung ingatan itu masih sangat segar, aku bisa menjelaskan semua detail penting pada Lavi.Aku bahkan agak ragu bisa menyimpulkan apa yang terjadi pada mimpiku, j

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • Selubung Memori   469. KATA SANDI #2

    Padang Anushka sepi ketika kami tiba. Satu-satunya yang menyambut kami hanya Mister. Kalau kupikirkan Mister akan terkejut, ternyata dia biasa saja. Dia hanya keluar pondok, lalu menundukkan kepala seolah-olah kami orang terhormat. Aku selalu sulit terbiasa ketika Mister melakukan itu padaku, jadi biasanya aku ikut menundukkan kepala—bahkan jauh lebih menunduk darinya. Itu membuat Lavi tertawa. Dengan cara paling kurang ajar, Lavi langsung mengajak Mister bercanda. Tampaknya dia bukan tipe yang mengedepankan formalitas.“Kami langsung ke klinik, jadi mereka tidak perlu dipanggil,” kata Lavi.“Baiklah,” kata Mister. “Selamat istirahat.”Setelah kami agak jauh, aku baru berani bertanya pada Lavi. “Tidakkah kau kurang sopan kalau tidak ikut menundukkan kepala?”“Aku menundukkan kepala, kok. Cuma tidak sampai lutut sepertimu. Kau terlalu sibuk menunduk sampai tidak lihat aku menunduk. Begini-begini a

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Selubung Memori   470. KATA SANDI #3

    Jesse segera mengurung tim peneliti di Balai Dewan setelah mengerti semua penjelasan. Sebelum pergi, dia hanya bilang, “Kukabari lagi saat ada hasilnya.”Kalau Jesse sudah bilang begitu, dia tidak akan terlihat lagi, kecuali laptop benar-benar terbuka sepenuhnya. Dia sudah dikuasai determinasi kuat.Dokter Gelda dan Lavi memintaku beristirahat di gerha. Kami harus segera bersiap lagi untuk titik berikutnya. Dinding putih yang kami temukan pada akhirnya bukan informasi paling berharga. Informasi soal ayah Fal jauh lebih membantu—yang ironisnya, informasi itu didapat dari mimpiku, bukan karena proses misi. Kara bilang, “Kita menunggu hasil dari regu Jenderal. Mungkin saja Jenderal membuka tabir kayu yang menutup lapisan kedua dinding itu.”“Memangnya Jenderal akan melakukan hal berisiko seperti itu?”“Risikonya memang tinggi, tapi tidak menutup kemungkinan Jenderal akan melakukannya. Sayangnya, kita tidak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Selubung Memori   471. KATA SANDI #4

    Malamnya, agaknya bukan waktu yang tepat bagiku untuk tidur.Ketika aku sibuk mengganggu Reila yang ingin tidur, pintu gerha kami tiba-tiba diketuk. Sebenarnya gerha kami sudah cukup ramai. Tara berkunjung, dan dia berhasil membantu mengalihkan perhatian Fal dari Reila. Namun, aku masih di sini dan Reila tidak akan tidur semudah itu. Ketika pintu diketuk, aku yakin Reila sudah berharap Lavi bisa membawaku pergi. Namun, harapannya pupus dalam sekejap. Begitu dia sadar, Kara sudah menyapanya.Kara sudah bilang, “Tidurlah, Nak. Aku hanya ingin mengobrol lebih lanjut dengan Forlan,” yang kurang lebih membuat Reila menggerutu. Dia bilang kalau seperti disingkirkan dan itu membuatnya kesal. Jadi, dia bangun.Sebenarnya aku sengaja memanggil Kara. Tidak ada tempat yang jauh lebih privasi dibanding gerhaku sendiri. Sebenarnya ada Joglo, tetapi membicarakan hal sensitif di Joglo agaknya bukan ciri khasku dan Kara. Dan di antara semua penghuni yang bisa kami a

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-10
  • Selubung Memori   472. KATA SANDI #5

    Pada awalnya aku hanya ingin bercerita tentang Lavi pada Bibi.Namun, setelah kupikirkan matang-matang, rasanya jauh lebih baik jika hal ini dimengerti oleh eksistensi hidup—yang melalui seleksi ketat, kupikirkan bahwa Kara dan Tara adalah dua orang yang cocok. Kara memiliki posisi yang lebih vital dibanding dewan lain untuk memutuskan sesuatu ketika tidak ada Jenderal. Tara memiliki ketenangan emosi, yang di satu sisi juga diakui oleh Lavi. Barangkali aku jarang melihat Tara dan Lavi mengobrol personal, tetapi aku yakin Lavi juga punya pemahaman yang sama pada Tara selayaknya aku.Pada akhirnya, posisi Lavi adalah kapten tim paling vital. Ketika menyadari keinginan bertempur dari kapten paling vital sudah memudar, tak ada pilihan lebih bagus dibanding mengatakannya pada jajaran yang lebih tinggi darinya.Ketika aku mulai mengatakan kebenaran pada mereka, awalnya Reila sudah kelihatan sangat mengantuk. Namun, ketika aku sampai di ucapan, “Andai saja

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-12
  • Selubung Memori   473. BLASTERAN #1

    Keesokan paginya, ketika jam sarapan, regu Jenderal akhirnya kembali dari misi. Di luar dugaan penghuni, Jenderal kembali bersama satu orang tambahan.Atau lebih tepatnya, satu mayat.Tentu saja itu menggemparkan penghuni. Semua orang langsung bergegas ke padang rumput. Saat itu aku masih di dapur, menghabiskan waktu dengan canda tawa bersama geng idiot, sampai tiba-tiba Bazz menggebrak meja kami dengan satu teriakan panjang: “JENDERAL DITEMPELI MAYAT!”Pengumuman penuh kesalahpahaman itu sudah cukup membuat satu meja meninggalkan piring—bahkan seorang Haswin yang terkenal tidak akan sanggup menyisakan satu cuil nasi di piring. Kami segera berlari, mengikuti para penghuni yang juga berbondong-bondong ke padang rumput, dan benar. Di padang rumput, kerumunan sudah terbentuk. Kami harus membelah kerumunan untuk melihat satu pemandangan di depan gelanggang: Kara dan Dokter Gelda yang tercengang karena mayat, bersama Jenderal yang berdiri tanpa rasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-14
  • Selubung Memori   474. BLASTERAN #2

    Tidak banyak yang menunggu di klinik. Dalton penasaran dengan laporan regu Jenderal. Yasha juga. Mereka beda denganku dan Haswin yang lebih memilih menyantap sisa makanan di dapur. Mika masih di dapur—berbeda dengan penghuni yang berlarian keluar, dia masih bersenandung santai menyuci semua piring yang menumpuk. Ada seseorang di sebelahnya. Kupikirkan awalnya agak asing—hingga kusadari dia salah satu kandidat yang baru lulus: Elisha.Mika juga tidak terkejut mendapati kami kembali.“Kubiarkan makanan kalian. Aku tahu kalian kembali,” katanya.Kalau kupikirkan makanan kami tetap seperti sebelumnya, itu salah. Alih-alih berkurang, piring-piring di meja kami bertambah. Awalnya hanya dua piring—milikku dan Haswin—tetapi sekarang, empat, lima—hampir tujuh piring.“Aku tidak ingat minta tambah,” kata Haswin.“Harus habis sekarang,” sahut Mika. “Daripada dibuang.”Mika su

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-16
  • Selubung Memori   475. BLASTERAN #3

    Sorenya, ketika aku dan Reila sedang main adu ketepatan panah di halaman belakang gerha, Haswin datang dengan Yasha, tiba-tiba berdiri di luar pagar. Untuk beberapa lama, mereka memerhatikan kami yang terus menarget tepat sasaran. Dan agaknya Reila tidak tahan diperhatikan, jadi dia bertanya, “Kenapa kalian di sini?”“Mau ajak Forlan,” kata Yasha.“Tapi kalian sedang keren,” kata Haswin.“Ke mana?” tanyaku.“Jenguk,” jawab Yasha. “Dan menyeret Dalton dari sana.”Kuputuskan mengikuti mereka. Aku mengajak Reila, tetapi dia lebih ingin latihan. Dia juga tidak punya alasan menjenguk mereka.“Aduh, kau ini,” erangku. “Tidak perlu alasan buat menjenguk.”“Jemput saja Fal.”Setidaknya, Reila benar. Fal ada di ladang bunga.Jadi, gerha baru itu ada di tempat yang kami rencanakan—di ujung jalur ke danau—dan alih

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18

Bab terbaru

  • Selubung Memori   613. HUTAN BEKU #1

    Pencarian tetap dilanjutkan. Timnya tetap. Jadi, Lavi bertahan denganku di ruangan itu sampai setidaknya aku bisa bergerak lancar lagi. Semua orang percaya Lavi tidak akan membuatku melakukan hal aneh-aneh, dan kuakui itu benar. Hanya dengan melihat Lavi yang kacau saja, aku tahu tidak akan bisa aneh-aneh—meski hal yang kulakukan tadi tidak kurencanakan untuk berakhir seaneh itu.Aku hanya menyandarkan punggung di gundukan tanah, dan Lavi duduk di sisiku. Kurang lebih, kami hening beberapa saat.“Aku,” kata Lavi, “tahu kau takkan kenapa-kenapa.”“Ya,” kataku.“Tapi tadi... aku merasa bakal kehilanganmu. Aku takut.”“Ya.”“Jangan membuatku jantungan lagi. Aku tidak suka melihatnya.”“Ya,” kali ini aku berjanji.Tubuhku sudah lumayan ringan. Setidaknya, kembali seperti sebelum aku melakukan rangkaian pelepasan energi besar. Jadi, alih-alih L

  • Selubung Memori   612. GUA TEBING #9

    Reila berniat menyergahku dengan beragam pertanyaan—sudah kelihatan dari wajahnya, tetapi kubilang, “Lavi.”Aku hanya menyebut namanya, tetapi Lavi mengerti. Dia mendekat ke Reila yang membuat Reila heran, tetapi Lavi tidak menunggu tuntutan Reila karena sudah meminta Reila menjauh dan berkata, “Jangan terlalu banyak menuntut pada orang yang berusaha menggapai informasi. Aku bisa mengerti kau ingin bertemu ibumu, tapi sebagai tim dan sebagai orang yang dipercaya, aku harus menahanmu.”Reila semakin ingin menuntut, tetapi aura Lavi mendadak menajam.Kurang lebih itu dirasakan Profesor Merla dan Leo juga.“Lavi, jangan terlalu menekannya,” kataku.“Maaf,” kata Lavi.Aku mengulurkan lengan seperti berusaha menggapai sesuatu. Di depanku hanya ada dinding tanah, tetapi aku tetap di posisi itu dan mulai memejamkan mata. Kurasakan aliran energi di sekitar. Kurasakan aura Ibu. Kurasakan juga aura

  • Selubung Memori   611. GUA TEBING #8

    Tidak lama kemudian, Leo dan Jenderal muncul dari kegelapan gua.Aku sudah duduk bersama Reila di tumpukan batu. Begitu menyadari Leo dan Jenderal yang kembali, Reila langsung mengangkat kepala. Namun, mendapati ekspresi yang dibuat Leo, kami semua tahu jawabannya.“Tidak ada,” Leo tetap menjelaskan.“Tidak ada petunjuk juga?” tanya Nadir.“Kami belum sedetail itu mencarinya. Hanya memasuki ruangan terdekat. Bagian dalamnya benar-benar gelap. Tidak ada penerangan. Tapi udara masih ada. Kita masih bisa bernapas normal. Kemampuan Helvin tidak sepenuhnya hilang—dan... ya, masih ada kemungkinan Bibi Meri ada di bagian dalam. Bibi Meri mampu merasakan ujung lain gua. Mungkin dia berjalan menelusuri itu.”Aku tahu Leo bermaksud menenangkan kami dengan gagasan itu.Namun, aku juga tahu apa yang sudah kupikirkan. Kemungkinannya sangat kecil Ibu bisa menelusuri gua gelap yang bahkan belum pernah dia kunjungi&

  • Selubung Memori   610. GUA TEBING #7

    Pintu gua itu lebih mirip seperti cekungan tanah raksasa yang menjorok ke dalam. Bebatuan raksasa menutupi sebagian besar pintu masuk, jadi kesimpulan itu tepat: pintu gua ini tertutup. Dan sangat rapi seolah bukan dengan bebatuan, tetapi dengan tanah yang berbentuk sama seperti pola dinding tebing sekitarnya.Bagian dalamnya gelap. Sangat gelap. Aku seperti melihat kegelapan yang berniat menelanku. Pintu masuk gua hanya terbuka sebagian. Itu artinya, cahayanya juga sangat minim. Hanya bisa masuk sekitar setengah pintu masuk gua. Cahayanya hanya bisa mencapai beberapa meter dari mulut gua.Lavi sedang duduk di bagian dalam gua, tidak jauh dari bebatuan yang jatuh bersama Nadir. Jenderal dan Leo tidak ada batang hidungnya. Lavi melihat kami yang tiba di mulut gua, dan dia langsung berdiri, mengulurkan tangan padaku yang berdiri di mulut gua. Aku tidak bergerak, hanya menatap kegelapan di dalam gua. Lavi langsung memelukku.“Bersabarlah, jangan berpikir aneh

  • Selubung Memori   609. GUA TEBING #6

    [“Forlan, darurat. Turunlah saat kau sudah bisa lihat tebing.”]Aku sudah bisa melihat keberadaan tebing di kejauhan. Hanya saja, belum sempat aku bertanya mengapa Lavi meminta seperti itu, kurasakan Lavi memudar. Semakin sering kami terhubung, aku juga semakin mengerti seperti apa rasanya saat Lavi tak lagi memusatkan fokusnya untuk terhubung. Ketika kami terhubung, Lavi rasanya seperti melekat di kepalaku. Namun, saat komunikasi telah terputus, Lavi seperti meleleh. Aku tahu dia tidak akan menyahut.Tebing itu terlihat tidak terlalu tinggi hingga aku melihat bawah. Kusadari permukaan tanah sudah turun jauh. Tebing itu masih buram karena jarak, dan ketika sudah mulai terlihat wujudnya, suara Fin menggema di kepalaku.[“Aku tidak bisa lebih dekat lagi.”]Itu sudah membuatku terkejut. Jadi, tiba-tiba aku menghentikan gerakan—aku hanya melayang di udara. Falcon mendadak berhenti, yang juga ikut membuat P

  • Selubung Memori   608. GUA TEBING #5

    Semestinya kami meneruskan perjalanan, tetapi Profesor Merla menyebut gagasan bagus: “Lebih baik kita tunggu koordinat. Rasanya sia-sia kalau kita sudah berjalan jauh, tapi akhirnya juga akan lewat jalur udara.”“Kita setuju pakai jalur udara?” tanyaku.“Aku setuju,” kata Reila, langsung.“Itu lebih efisien,” kata Profesor Merla.“Baiklah, aku juga setuju,” kataku.Maka kami beristirahat melebihi waktu yang direncanakan. Wilayah sekitar kami tampaknya bukan pedalaman hutan. Pepohonan memang banyak, tetapi tidak terlalu seperti kedalaman hutan. Pohon-pohonnya cenderung lebih pendek dan tak terlalu lebat. Batangnya barangkali besar, tetapi jarak antar pohon lumayan lengang. Kurasa aku mengerti mengapa tim Lavi bisa sampai berpikir sedang mengitari area gunung. Wilayah ini memang tidak seperti jalur memasuki gunung.Kami duduk di bebatuan yang tertutup semak tinggi. Bebatuan besar juga

  • Selubung Memori   607. GUA TEBING #4

    Sekitar setengah jam kami berjalan, ketika kami menelusuri hutan belantara yang kiri kanannya hanya semak tinggi, Reila terbangun sepenuhnya.Dia bergumam di bahuku. “Kak?”Aku menoleh, melihat matanya terbuka. Profesor Merla juga melihat. Kami berjalan beriringan. Begitu Reila membuka mata, kami langsung tahu. Lagi-lagi di antara semua yang bisa Reila ucapkan sebagai kata-kata sambutan, dia memutuskan berkata hal menyedihkan, “Maaf. Aku pasti menghambat.”“Bicara apa kau ini?” balasku.“Karena aku tidur, Kakak berangkat belakangan.”“Kau bermimpi soal itu?”“...tidak.”“Berarti kau tidak tahu apa yang terjadi. Jangan menyimpulkan sendiri.”Dia terdiam. Profesor Merla tidak bicara. Aku masih menggendong Reila.Lalu setelah beberapa waktu, setelah Profesor Merla menghalau rerumputan tinggi yang menghalangi jalur kami—dan aku memberit

  • Selubung Memori   606. GUA TEBING #3

    Profesor Merla bilang aku juga perlu istirahat, jadi aku memejamkan mata sejenak—berharap tidak tertidur, dan ternyata aku tertidur. Aku yakin tidak tertidur. Kesadaranku masih tersisa ketika mataku terpejam. Apa yang kulihat hanya gelap, tetapi ketika aku membuka mata lagi, Profesor Merla bilang, “Cepat sekali tidurmu. Kupikir kau bakal tidur sampai jam sembilan.”“Apa?” Aku langsung bangkit. “Sekarang jam berapa?”“Hampir delapan.”Kesadaranku benar-benar langsung kembali. Entah bagaimana caranya aku sudah berbaring di pangkuan Profesor Merla di sisi kiri—dan aku mendapati Reila di sisi kanan. Profesor Merla tersenyum.“Tenang,” katanya. “Selama kau bisa tahu posisi Lavi, kita bisa menyusul dengan cara apa pun. Kita bisa lewat udara seperti kalian. Istirahatlah.”Itu memang benar. Aku mengendurkan kesiapanku lagi.Profesor Merla masih belum berhenti terseny

  • Selubung Memori   605. GUA TEBING #2

    Tim Lavi berangkat sekitar sepuluh menit sejak keputusan keluar. Mereka berangkat dengan empat orang: Jenderal, Nadir, Lavi, Leo. Mereka akan berjelajah sesuai ingatan Leo dan melaporkannya secara berkala ke kepalaku. Lavi kali ini tak kelihatan cemas atau dihantui ketakutan, dia hanya tersenyum seperti biasa, bahkan sempat berkata, “Jangan merindukanku. Jangan mencemaskanku.”“Tutup mulutmu, beri aku jimat,” kataku.“Tidak mau. Kalau terlalu sering nanti tidak istimewa lagi.”Aku cemberut. Dia tertawa. Lalu dengan gerakan tak terduga, dia mendekat dan mengecupku. Kejadian itu berlalu sangat cepat sampai aku hanya bisa bereaksi dengan mengangkat alis. Dan dia tidak berniat menegaskannya lagi karena sudah bangkit dan melambaikan tangan. “Dadah, Kuda Putih.”Lavi melakukan hal sama—menoleh ke belakang dan melambaikan tangan hingga lenyap ditelan barisan pohon. Bedanya, kini dia tersenyum lebar.Ak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status