Sensasi itu kembali lagi ke kepalaku.
Sensasi dingin yang bergejolak—yang persis kurasakan ketika mengetahui Lavi terlempar dari pertempuran. Kepalaku langsung dingin, tetapi juga membara. Rasanya batas antara fakta dan fiktif hilang, hingga sulit memahami semua yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba kepalaku memutar ulang semua yang terjadi selama seharian, terutama ketika aku masih bisa melihat Fal. Itu mustahil. Aku masih ingat jelas kami punya janji untuk esok hari. Aku ingat kami punya janji bermain. Tidak mungkin secepat itu Fal melanggar janjinya.
Pertanyaan Haswin sangat jelas, “Fal hilang?”
“Dia,” Layla terisak, “dia—Fal—”
Kara menepuk pundak Layla, tampaknya mengerti Layla tak akan sanggup mengatakan apa pun. “Dengar, Nak. Aku tahu ini melanggar jam malam dan tidak semestinya aku di sini menemani Layla ke tempat berbahaya. Tapi Falesha hilang. Perkiraannya sekitar empat jam lalu saat terakh
Hal beruntungnya, kesadaranku tetap terjaga.Namun, gelap, tidak terlihat apa-apa. Satu-satunya yang terasa hanya debu.Aku bisa merasakan posisi tubuhku: telentang. Bagian bawahku tidak rata, sepertinya puing-puing bangunan. Aromanya tercampur antara tanah, debu, dan abu ledakan. Debunya jelas bercampur aduk, masih pekat. Sulit memahami apa yang ada di sekitar. Semua indraku terganggu. Mata tidak bisa membedakan mana yang dilihat saat terbuka dan tertutup. Rasanya seperti mau mati. Andai tidak memiliki kemampuan ini, aku yakin kami semua sudah tidak lagi di dunia.Suara pertama yang terdengar itu batuk Layla. Dia dekat.Kabar baiknya, dia langsung memanggil nama, meskipun lirih. “Forlan?”Aku tidak menjawab. Jadi, dia memanggil lagi. “Forlan?” Aku masih sulit membalas. Tenggorokanku kering. Lalu Layla memanggil lagi, tetapi dengan suara seperti hampir menangis. “Forlan? Di mana?”“Layla, jangan mena
Cara meloloskan diri kami lumayan mudah untuk ukuranku.Aku tidak menyangka kemampuan yang selama ini kusembunyikan—satu-satunya yang tahu aku punya kemampuan ini Lavi—harus digunakan ketika seperti ini. Kubilang pada Haswin syaratnya hanya satu: “Cari dinding tanah.”Jadi, ketika kami turun sampai dasar lubang, puing-puing sudah tidak ada di sekeliling. Gejolak dalam perutku mulai berputar kembali ketika konsentrasiku memuncak. Aku bisa membayangkan struktur tanah—pilihan mana yang lebih baik kuambil, apakah menyemburkan tanah ke luar hingga membentuk lorong tanah atau memadatkan tanah sekitar hingga tidak tersisa rongga.Cukup lama aku memikirkan itu, sampai kuputuskan menggabungkannya. Gemuruh mulai terdengar lagi seolah ledakan belum berhenti.Setidaknya, itu cukup membuatku terkejut. Lorong tanah terbentuk sampai atas dalam waktu kurang dari tiga menit. Sebagai gantinya, keringatku keluar cukup banyak seperti sehabis kel
Ada begitu banyak yang tercampur aduk dalam diri kami.Begitu Yasha kembali, aku juga berhasil berdiri—plus Kara berhasil tiba ke tempat kami. Dia langsung bertanya spesifik padaku, tetapi kubilang tidak masalah dan aku lebih cemas dengan kondisi Kara yang lusuh. Dua orang yang kepalanya diperban di sini aku dan Haswin, tetapi kondisiku jauh lebih parah. Haswin bilang itu wajar karena, “Ketika kita jatuh, orang pertama yang juga langsung membuat penyelamatan itu Forlan. Dia yang paling berkorban.”Aku benci gagasan berkorban, terutama bila Padang Anushka seperti ini.“Yang pertama meledak Gerha Troy,” kata Kara menjelaskan situasi sangat cepat. “Lalu dalam waktu sama, klinik, Balai Dewan, Mars, pondok utama. Reila di Mars, mencoba evakuasi penghuni yang mungkin masih tertimbun. Total ada dua puluh enam orang sebelum ledakan, kini ada empat belas. Reila masih terus mencari sisanya. Balai Dewan, sebagian runtuh, tim peneliti ter
Serangan telak itu melesak sukses ke perut Aaron.Angin membuat kami melayang tinggi. Aaron tidak sempat mempersiapkan diri—jadi dia jauh lebih terkejut ketika mendapati aku sudah ada di dekatnya, tepat di ketinggian yang membuat kami bisa melihat padang rumput.Sedetik, tendangan kuatku melesak ke perut Aaron, membuatnya meluncur tepat ke padang rumput. Kecepatan terjunnya begitu cepat, sehingga ketika tubuh besar itu menyentuh padang rumput, ledakan dalam tanah langsung berkobar. Satu dentuman itu meledakkan beberapa ranjau di dekat lokasi pendaratan Aaron.Sementara aku, berangsur-angsur menghilangkan puting beliung, mendarat di dekat Joglo. Ada Kara yang mengangkat alis dan Dalton yang menganga di dekat Joglo. Ada beberapa penghuni yang berlarian menuju asrama terhenti mendapatiku mendarat sempurna dengan keseimbangan yang sangat tepat.“Apa yang terjadi?” tanya Kara, langsung.“Aaron dan Troy di Gerhaku. Bagaimana keada
Terlalu banyak hal aneh masuk ke kepala kami.Dalton berusaha menjelaskan situasi itu ke Kara, tetapi sebaik-baiknya kami menceritakan ulang semua yang terjadi, Kara baru bisa mengerti sepenuhnya ketika melihat lubang besar di tempat yang kami yakini sebagai Anggara.Tidak ada yang bisa dijelaskan, jadi penghuni masuk kembali ke Joglo, kali ini bahkan tidak hanya di depan pintu masuk, tetapi sudah di depan relief. Itu tempat teraman sejauh yang bisa kami pikirkan. Dan sejauh yang kurasakan, Aaron masih bertempur melawan Mister di padang rumput.Aku dan Dalton masih duduk di tangga masuk Joglo, butuh jeda sejenak.“Oh tidak. Kenapa selalu ada hal aneh saat ada kau?” gumam Dalton.“Percayalah, aku juga heran kenapa selalu ada hal aneh ketika aku di sana. Tapi kali ini bukan aku. Aku juga tidak mengerti.”“Aku ingin percaya itu karena Ratu Arwah,” ujarnya.“Sejauh ini, mari kita anggap itu kesimp
Kabar baiknya: lima belas orang berhasil diselamatkan. Kabar buruknya, sepuluh orang hampir tak sadar lagi, dibawa ke Joglo—Reila berniat menyusul ke padang rumput sepertiku, tetapi aku menyergah, “Kau. Harus. Istirahat.”“Kau juga harus istirahat,” protesnya. “Kau sudah—”“Tapi ini tugasku,” sergahku. “Aku harus melakukan ini.”“Dan ini juga tugasku,” timpalnya, tanpa jeda. Barangkali kelelahan kami memang serupa—aku terjebak di bawah tanah, meledakkan kemampuan yang sulit diterima akal sehat—dan dia sudah mengangkat puing-puing lebih dari yang bisa dia lakukan, sembari mencari keberadaan orang yang mungkin terkubur jauh dalam tanah. Dan dia melakukan itu tanpa petunjuk, sekaligus di waktu yang sama cemas pada keberadaan orang-orang yang juga terjebak menahan sesaknya kegelapan.Reila tahu argumenku lemah. “Aku ini tim bertahan. Kau bukan. Aku yang palin
Andai aku tidak menghentikan Fal, kurasa dia akan membunuh Troy.Troy sudah terkapar, terguling-guling memegangi bahunya yang lubang—mulai mengumpat-umpat sangat keras. Aku mengambil jalur pandang Fal ke Troy, lalu menurunkan paksa telunjuknya. “Fal, jangan.”Fal masih melotot ke tempat Troy yang bahkan sudah kuhalangi.“Aku tidak apa-apa,” kataku. “Lihat? Aku tidak terluka.”“Dia mau melukai Forlan,” ucapnya, dingin. Matanya melotot kaku.Sebenarnya terbalik, aku yang melukainya, tetapi aku tidak bisa bilang itu. “Fal, lihat mataku.” Fal melihat mataku, jadi aku mulai mengusap air matanya. “Fal tidak boleh melakukan itu. Aku senang Fal marah karenaku, tapi Fal tidak bisa tiba-tiba mengeluarkan cahaya seperti tadi. Itu bahaya.”Fal tampaknya tidak bisa diajak bicara lagi. Mata merahnya masih berusaha menatap Troy layaknya menuntut sesuatu. Dia seperti bukan benar-b
Ini operasi militer paling mendadak yang pernah kulihat selama di sini.Para penghuni Mars yang setidaknya bisa bergerak—minimal luka ringan—sudah bersiap mengambil senjata di gudang, memakai zirah besi, berlari ke padang rumput. Beberapa orang bahkan membawa jebakan yang siap disebarkan. Aku tidak tahu itu berguna untuk melawan monster atau tidak, tetapi asumsi kami semestinya tidak hanya melawan monster. Kenzie tidak sadar—bahkan meskipun dia sadar, keadaannya belum tentu bisa memimpin pasukan. Maka jelas, penggantinya cuma Haswin dan Yasha. Mereka berdua bisa berpadu sangat sempurna.Perintah pertama Kara padaku sangat jelas. “Isha barangkali butuh bantuan Falesha di garis belakang. Ketika kau kembali, aku ingin kau mengamati dari jarak paling jelas, menunggu siapa yang paling harus kita hentikan. Sebisa mungkin, kau harus coba mendekati Aaron dan Troy. Ketika penghalang pecah, mereka berusaha keluar. Halangi mereka. Dan kau juga harus pergi