Dari semua penjelasan saat ini, semua yang dikatakan setiap orang ada sisi benarnya. Deon mengerti dalam hatinya. Semua ini sudah dipikirkan ratusan kali dalam benaknya? Setiap kali dia membujuk dirinya untuk bertahan, dia selalu menyaring semua ini dalam benaknya. Barulah dia bisa menekan dan menenangkan hatinya.Deon benar-benar mengeluarkan isi hatinya pada Kaisar Tertinggi, jadi dia bisa mendengar pendapat Kaisar Tertinggi dan mengangguk, "Aku sudah paham."Kasim Chang datang dengan teh dan berkata, "Pangeran, bibirmu sangat kering sekali, minumlah teh ini!"Deon mengangkat kepalanya, melirik Kasim Chang, dan melihat wajahnya pucat. Dia tahu bahwa kasim tidak beristirahat dengan baik karena penyakit Kaisar Tertinggi. Deon berkata, “Terima kasih Kasim Chang, wajahmu pucat, jaga kesehatanmu.”Kasim Chang tersenyum, "Aku tidak apa-apa, aku masih tangguh."Dia meletakkan teh di meja kecil dan berbalik dengan nampan. Tidak disangka setelah berbalik, Kasim Chang pingsan.Deon terke
Terdengar langkah kaki setelah keheningan yang panjang."Nenek Yuan, hati-hati!" Shinta memapah Nenek Yuan masuk.Deon perlahan bangkit dan melangkah maju untuk membantunya.Shinta mengikuti mereka masuk dan membawa barang-barang. Deon meliriknya dan merasa tidak asing. Ini adalah barang-barang di dalam kotak obat Sera. Dulu Deon pernah melihatnya.Nenek Yuan meminta Shinta untuk keluar, kemudian duduk dan berkata kepada Deon, "Sebelum dia tidak sadarkan diri, dia pernah berpesan bahwa dia akan tidak sadar selama tiga hari. Jika dia tidak bangun tiga hari kemudian, harus memasang infus agar bisa tetap hidup. Hari ini adalah hari keempat, saatnya untuk memasang."Deon mengerutkan alisnya, "Sera tahu bahwa dia akan tidak sadar?"“Ya, dia tahu, dia sudah mempersiapkannya, jadi Deon, kamu jangan terlalu sedih, aku percaya bahwa dia bisa kembali." Nenek Yuan menepuk tangannya dan berkata dengan tenang.Deon bingung, "Kenapa? Kenapa dia tidak sadar?"Nenek Yuan menggelengkan kepalan
Deon tidak peduli IQ-nya dihina oleh anak -anak. Dia hanya terus bertanya, "Bisakah kamu mengendalikan orang -orang yang berada di tempat nenek itu?"Ketiganya melihat Deon sejenak, "Kami belum pernah melakukannya, kami hanya mengendalikan orang-orang di sini dua hari terakhir ini.""Kalian mengendalikan orang-orang di sini?" Deon menyipitkan matanya dan ingin memarahi mereka, tetapi dia berpikir ulang. Itu hanyalah masalah yang sepele."Belum pernah sih." Ketiganya sedikit bingung. "Buat apa ke sana? Kami juga tidak kenal orang di sana. Lagian, mengendalikan orang di sini juga dikasih tahu oleh ibu. Sangat seru loh, Ketika mereka melihat orang mati itu, mereka berlari dan menangis.""Kapan ibumu memberitahumu untuk mengendalikan orang itu?"Bakpao berkata, "Untuk mengendalikan orang mati. Ibu yang mengatakan sebelum tidur, sangat sulit untuk mengendalikan orang yang masih hidup buat kepala sakit, tetapi jika mengendalikan orang mati tidak akan bikin kepala sakit. Waktu tidur di m
"Otaknya tidak digunakan dengan baik.""Aduh, ini sangat mengkhawatirkan."Deon menatap langit dalam diam, dia termasuk orang cukup pintar di dunia orang normal, oke?Dia kembali ke kamar untuk merawat Sera, tetapi hatinya selalu ingin ke kamar anaknya. Dia ingin tahu kemajuan anak-anak sekarang. Ketika melangkah sampai pintu, dia memikirkan apa yang mereka katakan, dan kembali lagi. Pada akhirnya dia tidak ke sana setelah bolak-balik beberapa kali.Deon kembali ke kamar dan berbaring. Dia memeluk Sera dengan lembut, dan menaruh tangan di perut Sera. Dia teringat bahwa ketika Sera mengandung kembar tiga, dia aktif sepanjang hari, tetapi sekarang dia tidak bergerak sama sekali.Dia khawatir, cemas, dan sedih.Mereka tidak pernah membahas tentang kehamilan kedua, karena kehamilan pertama terlalu menakutkan. Dia tidak pernah memikirkan kehamilan lagi. Bahkan jika Sera membicarakan hal ini sesekali, Deon segera menghentikan topik ini."Sera, cepat sembuh." Dia mulai merasa mengantuk
Tidak lama kemudian, polisi lalu lintas mengirimkan video dari kamera pemantauan jalan. Ini memang seperti yang dikatakan petugas rumah duka. Anak itu tiba-tiba keluar dan menyeberangi jalan. Tidak terjadi kecelakaan.Yang paling penting adalah, bahwa anak itu berjalan di arah yang berlawanan. Pembatas jalan yang tingginya lebih dari satu meter. Dia bahkan melewati pembatas jalan. Dia mendarat dengan stabil dan terus berlari. Kemudian menghilang di belokan.Dia berlari ke suatu tempat dan arahnya sangat jelas. Dia pergi ke Jalan Barat Selatan. Pusat perbelanjaan penuh dengan orang, sehingga anak itu menghilang setelah sampai di Jalan Barat Selatan. Pada akhirnya, dia menghilang di Distrik Alam Serasi."Profesor Yuan, apakah Anda tinggal di Distrik Alam Serasi?" Kepala Departemen Bedah Bedah mengingat Profesor Yuan tinggal di sana."Ya." Profesor Yuan mengangguk, "Distrik Alam Serasi sangat besar, kamera tidak menangkap keberadaan terakhirnya. Aku rasa tidak mudah menemukannya.""A
"Beras Ketan, nama yang sangat bagus, apakah ada nama lain selain Beras Ketan?""Ada, namaku Polo.""Oh, nama yang sangat bagus.""Ya, nama-nama anggota keluarga kami sangat bagus. Kakak laki-lakiku bernama Sohpan, nama kecilnya adalah Bakpao, kakak keduaku bernama Bakti, nama kecilnya Onde-Onde. Aku bernama Polo, nama kecilku Beras Ketan, bagus tidak? "Beras Ketan memperkenalkan keluarganya. Suara Beras Ketan yang lembut membuat orang merasa sangat nyaman.Profesor Yuan menatapnya, dia merasa aneh, "Oh? Apakah kamu punya nama kecil ya? Apakah kamu tahu dari mana?""Nama dari ibu, nama kecil dari Kakek Kaisar."Profesor Yuan menggandengnya menuju ke lift dan terpana, "Apa? Kakek Kaisar?""Ya, mungkin nama kami dikasih juga oleh Kakek Kaisar. Lagian ibu tidak menjelaskannya. Kakekmu juga memberikan nama yang baik untuk ibumu, Sera Yuan, nama yang indah, Kakek Kaisar kamu punya banyak kata ya? Aku juga punya banyak kata."Bibir Profesor Yuan bergetar dan menatap Beras Ketan deng
Beras Ketan duduk dengan tenang di sofa dan menatap Profesor Yuan. Tadi kakeknya mengobrol tanpa henti, tapi sekarang terlihat begitu gugup. Beras Ketan merasa sedikit aneh."Kakek," Beras Ketan tiba-tiba menatapnya sedikit khawatir, "Apakah kamu tidak takut aku adalah pembohong? Kenapa membelikan makanan untukku?"Suara lembut ini membuat hati Profesor Yuan meleleh. Air matanya membuat pandangannya kabur."Kamu ingin apa, aku akan kasih semua yang kamu inginkan, tatapan matamu sama persis dengan ibumu ketika dia masih kecil." Dia membelai wajah Beras Ketan. Secara fisik mereka tidak mirip tetapi kepolosan dan kepintarannya sama seperti Sera.Ibu Sera dan Kakak Sera berpikir bahwa terjadi sesuatu di rumah dan bergegas pulang. Kakak Sera berseru, "Ayah, ada apa …."Kakaknya belum menyelesaikan kalimatnya. Profesor Yuan segera menutup mulutnya, dan menyeretnya ke samping. "Hush, dia sedang tidur, tidur, jangan berisik.""Siapa yang tidur?" Kakak Sera melepaskan diri dari tangan Pr
Beras Ketan membuka matanya, dan yang terlihat adalah wajah ayahnya yang dominan, "Ketan, kau sudah bangun? Kau sudah pergi sampai mana?"Dia menoleh dan melihat ke samping, Bakpao dan Onde-Onde juga sudah bangun dan lagi makan bakso. Dia menggosok matanya dan mengeluh, "Ayah, kenapa Ayah membangunkanku? Aku sedang minum teh susu di sana.""Minum teh?" Deon terkejut, "Ke mana kau pergi minum teh? Apakah kau sudah sampai sana? Kau sudah ketemu nenek?""Aku tidak melihat nenek, tapi aku melihat kakek. Ayah membangunkanku, dan di sana aku harus tidur." Beras Ketan sangat sedih dengan mulutnya tertutup, makanan-makanan itu enak, dan dia belum pernah memakannya.“Kau benar-benar melihatnya?” Deon sangat gembira, “Oke, pergi tidur, tidurlah, lalu kembali ke sana dan minta kakek untuk membawamu mencari kepala biara.”"Aku tidak bisa tidur lagi." Beras Ketan bangkit dan berjalan dengan mengantuk, "Makan bakso? Aku juga ingin makan."Bakpao dan Onde-Onde mengangkat kepala mereka bersama-sama, "